c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

29 Agustus 2023

21:00 WIB

AI Bisa Bantu Atasi Berbagai Kejahatan Keuangan

Dengan teknologi AI, berbagai kejahatan keuangan seperti pencucian uang dan pencurian data nasabah bisa diatasi

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

AI Bisa Bantu Atasi Berbagai Kejahatan Keuangan
AI Bisa Bantu Atasi Berbagai Kejahatan Keuangan
Ilustrasi AI atau Artificial Intelligence. Shutterstock/Iurii Motov

JAKARTA - Perusahaan perangkat lunak global, FICO mengungkapkan, teknologi Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan mampu membantu sektor perbankan dan institusi keuangan dalam mengatasi berbagai kejahatan keuangan, termasuk pencucian uang.

General Manager di Asia untuk FICO Asia Pacific, Dattu Kompella mengatakan penggunaan model pembelajaran machine learning atau AI dalam hal ini bukanlah hal baru. Bahkan saat ini penggunaannya sudah menjadi sangat komersial. 

"Peluncuran pertama model pembelajaran machine learning terjadi pada tahun 1992 dan Platform FICO yang di seluruh dunia sudah menerapkannya melalui kartu kredit dan debit, membantu mencegah kejahatan di atas 60%, bahkan hampir 70% dari total kejahatan," katanya kepada Validnews, Selasa (29/8).

Sebagai informasi, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengenai estimasi risiko siber di sektor finansial, estimasi total kerugian rata-rata tahunan yang dialami sektor jasa perbankan secara global yang disebabkan oleh serangan siber adalah mencapai US$100 miliar atau setara Rp1.420 triliun.

Kompella mengatakan, menurut survei yang telah dilakukan pada tahun 2020 lalu, sebanyak 95% bank di Indonesia optimistis bahwa kecerdasan buatan akan memperkuat upaya Anti Pencucian Uang (APU). Namun, masih banyak bank yang ragu-ragu untuk menerapkan teknologi mutakhir tersebut.

Sebaliknya, saat ditanya tentang efektivitas teknologi lama yang berbasiskan regulasi, 100% bank di Indonesia masih meyakini kemampuan sistem APU tersebut. Meski demikian, 91% bank sangat kesulitan menyesuaikan sistem ini. 

Survei ini menunjukkan sejumlah tantangan penting bagi solusi kepatuhan APU yang tengah digunakan di Asia Pasifik. Seperti kemampuan mengatasi jenis-jenis risiko baru yang mengancam sistem kepatuhan APU pada kanal dan produk perbankan. Lalu, kapasitas untuk menyediakan solusi kepatuhan yang terintegrasi secara lengkap, serta sarana yang diperlukan untuk mengubah regulasi dengan cepat.

Di Asia Pasifik, bank-bank multinasional yang berskala lebih besar lebih berpeluang untuk memakai solusi buatan vendor untuk APU. Sedangkan, sistem internal lebih banyak digunakan bank-bank domestik.

Survei tersebut juga mengatakan, salah satu indikator utama yang mengubah strategi penanganan kejahatan keuangan ialah pengalaman pelanggan. Lebih dari dua di antara lima responden menilai pengalaman pelanggan sebagai faktor terpenting. Karena itu, 17% bank di Asia Pasifik menjadikannya faktor penting saat ini dan masa depan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kompella mengatakan model teknologi AML (Anti Money Laundry) telah menjadi kata kunci, sehingga semua orang ingin menggunakannya. Menurutnya, ketika sebuah perusahaan harus berurusan dengan pelanggan dan berurusan dengan uang pelanggan, maka mereka harus menerapkan teknologi AML.

Perlindungan Data
Namun, untuk tahun ini, ia menyebutkan perlindungan data pengguna juga menjadi salah satu fokus utama bagi lembaga jasa keuangan sebagai salah satu layanan utama bagi nasabahnya.

Menurutnya, kasus pencurian data atau pembajakan akun bisa saja terjadi jika sistem pengamanan yang dimiliki perbankan tidak benar-benar solid. Kebocoran informasi akibat kelalaian pengguna menjadi salah satu kasus yang paling sering muncul dan menimbulkan kerugian yang jumlahnya tidak sedikit.

Belum lagi terkait skimming, pembobolan kartu kredit, dan kejahatan lain yang melibatkan data pribadi pelanggan, semua risiko muncul di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Untuk itu ia melihat teknologi AI dapat membantu meningkatkan keamanan aplikasi dengan mendeteksi celah keamanan yang mungkin ada pada aplikasi. AI dapat memeriksa kode aplikasi secara otomatis dan memberikan peringatan jika ada celah keamanan yang perlu diperbaiki.

Selain itu, teknologi AI juga dapat digunakan untuk meningkatkan enkripsi data. Enkripsi data adalah proses mengubah data menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca atau dipahami oleh orang yang tidak berwenang. Dengan menggunakan teknologi AI, enkripsi data dapat ditingkatkan dengan membuat enkripsi yang lebih kuat dan lebih sulit ditembus.

Teknologi AI juga dapat membantu dalam meningkatkan keamanan identitas pengguna. Teknologi biometrik seperti pengenalan wajah atau sidik jari dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang memiliki akses ke data sensitif. Selain itu, teknologi AI juga dapat digunakan untuk memverifikasi identitas pengguna melalui suara atau pola ketikan.

"Dengan berbagai macam kegunaannya, seperti mengatasi berbagai kejahatan keuangan itulah mengapa hal terbesar yang kami lihat adalah menjelaskan kemampuan AI yang kami bawa ke dalam platform," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar