c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

24 Agustus 2021

14:15 WIB

Agar Tetap Eksis, UMKM Perlu Branding dan Komunikasi

Mengkomunikasikan produk UMKM dan usaha secara digital melalui sosial media lebih optimal.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Agar Tetap Eksis, UMKM Perlu Branding dan Komunikasi
Agar Tetap Eksis, UMKM Perlu Branding dan Komunikasi
Communication Lead Briefer.id, Celixa Yovanka. dalam Seri Webinar bertajuk #MerdekaBerkolaborasi “Branding & Komunikasi untuk Pelaku UMKM, Penting gak sih?!”,. IGICO/Dok

JAKARTA – Branding dan mengomunikasikan produk merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar bisa menembus pasar dan tetap eksis, sehingga dapat memperluas usahanya. Hal tersebut disampaikan oleh Communication Lead Briefer.id, Celixa Yovanka.

"Untuk dapat terus bertumbuh, pelaku UMKM di Indonesia perlu membekali diri dengan kemampuan untuk melakukan branding dan mengomunikasikan produk, sehingga mereka dapat memanfaatkan medium-medium digital yang relatif terjangkau," ujar Celixa dalam Seri Webinar bertajuk #MerdekaBerkolaborasi “Branding & Komunikasi untuk Pelaku UMKM, Penting gak sih?!”, Selasa (24/8).

Saat ini, menurut dia, mengomunikasikan produk UMKM dan usaha secara digital, melalui sosial media lebih optimal. Karena dapat menyasar khalayak yang ditargetkan dan dapat menumbuhkan skala bisnisnya secara bertahap.

Melalui seri webinar tersebut, Celixa berharap dapat menjadi wadah bagi para pelaku UMKM untuk mengomunikasikan tentang bagaimana produk dan mereknya serta berbagi inspirasi.

“Bukan hanya kisah sukses, tetapi juga kisah kegagalan untuk mendapatkan ragam pengalaman langsung dari pakarnya,” tutur Celixa.

Sementara itu, Brand Strategist Purwanto Hasan mengatakan, meski banyak produk yang sama di pasaran, namun tetap ada bedanya.

“Yang membedakan adalah apa tujuan dari pembuatan produknya atau bagaimana kisah di balik produk tersebut. Hal itu tentunya penting untuk dikomunikasikan melalui branding yang baik kepada konsumen agar tetap loyal,” kata Purwanto.

Artinya, dalam hal ini branding bukan sekadar masalah merek atau visualisasi yang bagus dari sebuah produk. Lebih dalam dari itu, branding terkait nilai-nilai yang ingin disampaikan seperti awal sebuah produk terbentuk, hingga citra yang ingin dicapai.

“Contohnya Wakai, dia mengincar orang–orang yang suka produk look-alike Jepang dengan harga yang lebih murah. Makanya dia membuat produk sepatu Jepang, sehingga orang-orang berprasangka bahwa itu adalah produk Jepang padahal produk lokal,” terang Purwanto.

Dengan menguatkan komunikasi melalui branding yang baik, konsumen dapat membedakan produk yang satu dengan produk yang lain meski tampak sama. Harapannya, konsumen lebih menyukai dan mengkonsumsi produk tersebut.

Menurut Purwanto, kisah yang tepat dari sebuah produk juga akan membuat konsumen tersentuh dan tertarik untuk mencoba dan membeli produk tersebut. Karena itu, dalam membuat kisah sebuah produk, pelaku UMKM harus mencari keunikan di balik produk tersebut.

Kisah atau cerita di balik sebuah brand pun menurutnya harus konsisten. Pelaku usaha harus menjauhi kisah negatif yang membuat konsumen enggan mencoba produk tersebut.

“Pertama cari insights dulu, apa yang orang-orang mau. Tapi mulailah dari produk yang diketahui dan disukai oleh diri sendiri. Story-story (negatif) tersebut menurut saya enggak akan terjual, mungkin sekali, tetapi habis itu orang akan merasa bahwa you’re just making it up biar orang mau beli,” ujarnya.

Story Telling
Dalam kesempatan yang sama, pemilik usaha kuliner Sei Sapi dengan merek “Frozen Food by @venustweets” yang juga pegiat media sosial, Driana Rini mengamini Purwanto. Berdasar pengalaman pribadinya, Driana mengungkapkan, cara berjualan paling enak adalah dengan bercerita atau story telling.

Pasalnya, hal tersebut bisa menyentuh hati para konsumen. Selain itu, kata dia, penjual juga harus memastikan produknya bagus, cita rasa makanan enak, dan tonjolkan keunikannya.

“Lebih baik juga untuk menjual sesuatu yang kita tahu dan suka. Semua makanan yang saya jual itu tadinya yang saya suka beli, seperti empek-empek, sei sapi, bakso. Itu sebenarnya jualan dari produksi temen-temen yang tadinya saya beli ke mereka. Jadi, pastikan kita suka dulu sama produknya, produknya enak dan bagus,” tutur Driana.

Dia pun menekankan pelaku UMKM harus kreatif dan inovatif. Selain itu, juga harus selalu berani mencoba hal-hal baru, sehingga konsumen akan selalu datang kembali mencoba produk dari si penjual tersebut.

“Menghadapi dinamika kenormalan baru, kolaborasi juga menjadi bagian yang penting dalam UMKM demi menciptakan pertalian kuat dalam kreativitas, sehingga bersama-sama dapat menggerakan produktivitas perekonomian,” tutup Celixa.

Sekadar informasi, Briefer.id adalah sebuah platform kolaborasi bagi para praktisi di industri komunikasi yang berfokus pada bidang public relations, brands dan industri komunikasi terkait lainnya.

Briefer.id merupakan unit strategis dari IGICO Advisory, perusahaan jasa konsultasi manajemen komunikasi yang sedang membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menumbuhkan manajemen komunikasi yang sehat di era digital.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar