c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

01 April 2023

14:45 WIB

AFMGM: ASEAN Komitmen Jaga Stabilitas Ekonomi

Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) berkomitmen bersama untuk menjaga stabilitas keuangan dan memajukan integrasi keuangan terhadap prospek ekonomi yang tidak menentu.

Penulis: Khairul Kahfi

AFMGM: ASEAN Komitmen Jaga Stabilitas Ekonomi
AFMGM: ASEAN Komitmen Jaga Stabilitas Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat AFMGM - IFIs Meeting di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Jumat (31/3). Antara Foto/Nyoman Hendra

BALI – Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN menegaskan kembali komitmen bersama untuk menjaga stabilitas keuangan dan memajukan integrasi keuangan terhadap prospek ekonomi yang tidak menentu (uncertain), yang dapat berdampak pada momentum pertumbuhan ekonomi di kawasan. 

Dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, ASEAN berperan penting dan strategis sebagai pusat pertumbuhan dunia. ASEAN memiliki tujuan menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi kuat, inklusif, dan berkelanjutan. 

“Stabilitas pertumbuhan ekonomi ASEAN telah menjadi dan akan selalu menjadi bagian dari kisah ASEAN,” jelasnya dalam pernyataan remsi yang diterima, Jakarta, Sabtu (1/4).

Untuk memastikan keberhasilan ini akan berkelanjutan, ASEAN harus memperkuat kapasitasnya dalam menghadapi berbagai tantangan yang pernah dialami di masa lalu. Tak kalah penting, dalam menghadapi tantangan baru saat ini, hingga tantangan 20 tahun ke depan.

Berbagai upaya bersama dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut telah terefleksi dalam tema Keketuaan Indonesia, yaitu ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Dengan tema ini, Indonesia berharap bahwa ASEAN akan tetap relevan, strategis, dan penting bagi dunia. 

Adapun ‘Epicentrum of Growth’ mencerminkan bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dan dunia. Selain itu, sambungnya, ASEAN selalu menjadi titik terang perekonomian global dengan menawarkan prospek ekonomi yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan prospek ekonomi dunia.

“Hal ini menjadi suatu landasan, bahwa kolaborasi dan kerja sama ASEAN yang kuat perlu dilakukan. Agar ASEAN mampu bertahan terhadap berbagai risiko yang dapat mengancam perekonomian kawasan,” jelasnya.

Baca Juga: AFCDM Momentum Peran Penting Indonesia Di ASEAN

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, untuk menjawab tantangan ASEAN, anggota harus bekerja sama secara kolaboratif dan kooperatif. 

"Sebagai Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan, kita harus memanfaatkan keahlian dan pengalaman kolektif untuk mengembangkan kebijakan dan langkah-langkah yang mempromosikan ketahanan ekonomi, keberlanjutan, dan inklusi,” papar Perry. 

Tindakan tersebut dapat mencakup tiga agenda berikut. Pertama, memiliki pemahaman yang baik tentang dinamika stabilitas makroekonomi dan keuangan global dan regional, serta mampu merumuskan bauran kebijakan yang optimal. 

Kedua, memanfaatkan agenda global di bidang pembayaran lintas batas. “Ketiga, dengan dinamika pasar keuangan global saat ini yang sangat dipengaruhi oleh siklus kenaikan suku bunga yang cepat oleh bank sentral utama, lebih penting bagi pasar negara berkembang untuk melindungi sektor eksternal dari konsekuensi yang tidak diinginkan,” jelasnya.

Info tambahan, pertemuan ini dihadiri oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari sembilan negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam), serta perwakilan dari enam organisasi internasional, yaitu Asian Development Bank (ADB), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), International Monetary Fund (IMF), Financial Supervisory Board (FSB), Bank for International Settlement (BIS) dan World Bank.

Target dan Prioritas ASEAN
Pada AFMGM tahun ini, para anggota menyambut tema Keketuaan ASEAN Indonesia pada 2023, yaitu 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, dengan tiga dorongan strategis: (i) pemulihan dan pembangunan kembali, (ii) ekonomi digital, dan (iii) keberlanjutan. Sejak 28 Maret 2023, total 13 pertemuan tingkat tinggi (HLM) telah diadakan dengan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan serta Deputi.

Sejalan dengan tema, Epicentrum of Growth, ASEAN secara kolektif memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas makroekonomi. Misalnya, ekonomi ASEAN-5 tumbuh sebesar 5,3% tahun lalu, dan secara kolektif diperkirakan menjadi 4,6% tahun ini dan meningkat menjadi 5,6% pada tahun 2024. 

Pertumbuhan ini antara lain akan terus berlanjut didukung oleh konsumsi, perdagangan, dan investasi yang kuat, serta perdagangan terbuka dan investasi ke negara lain. 

Meski demikian, ASEAN dan global masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti dampak rambatan (spillover) dari perkonomian global, suku bunga tinggi, inflasi tinggi, serta ketidakpastian keuangan global.

Baca Juga: Buka ACDM, Indonesia Bawa Tiga Fokus Utama Pembahasan

ASEAN perlu menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan kerja sama yang kuat, tergambar dalam Prioritas Ekonomi Indonesia (Priority Economic Deliverables/PED), untuk mengatasi risiko-risiko yang mengancam ekonomi kawasan. 

Beberapa agenda turunan PED yang berada di bawah koordinasi Kementerian Keuangan adalah kesiapsiagaan kesehatan (health preparedness); pendanaan infrastruktur, perpajakan internasional, kerja sama kepabeanan dan cukai, inklusi keuangan digital untuk UMKM dan keuangan berkelanjutan. 

ASEAN menilai, keenam agenda ini akan menguatkan kerja sama dan integrasi kerja sama sektor keuangan kwasan di bawah cetak biru 2025 dan akan membantu kawasan merespon tantangan global yang sedang dihadapi bersama untuk memastikan pemulihan ekonomi ASEAN.

Agenda Bank Sentral Kawasan
Untuk menghadapi berbagai tantangan di ASEAN, ada tiga prioritas terkait agenda bank sentral. 

Pertama, memperkuat bauran kebijakan makroekonomi untuk menghadapi limpahan global. Dalam rangka mendukung stabilitas makroekonomi dan keuangan serta mendukung pemulihan dan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. 

Mempertimbangkan sifat tantangan yang multidimensi dan kompleks saat ini dihadapi kawasan. Pertemuan tersebut menyoroti perlunya memperkuat bauran kebijakan yang mencakup reformasi fiskal, moneter, makroprudensial, dan juga struktural. 

Kedua, memperluas Regional Payment Connectivity (RPC) di antara anggota ASEAN dengan cepat. Tahun lalu, di bawah Presidensi G20 Indonesia, lima bank sentral ASEAN (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina) telah menandatangani MoU mengenai interkonektivitas dan interoperabilitas lintas batas, penggunaan QR, pembayaran cepat dan LCT. 

Melalui RPC, anggota ASEAN berupaya menyediakan sistem pembayaran yang mulus, cepat, dan efisien untuk seluruh kawasan ASEAN. Terakhir, pentingnya memitigasi risiko yang dapat muncul dari digitalisasi sistem pembayaran melalui penguatan regulasi, pengawasan, adopsi standar internasional, serta perlindungan konsumen.  

Ketiga, memperkuat ketahanan keuangan, melalui penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN. 

Baca Juga: ASEAN-BAC: Penerapan Ekonomi Hijau Dan Digital Dorong Kemajuan Kawasan

Para Menteri dan Gubernur Bank Sentral kemudian menyetujui Pernyataan Bersama (Joint Ministrial Statement/JMS) yang berisi perkembangan, pencapaian, dan kesepakatan bersama atas agenda-agenda tersebut.

Selain diskusi terkait kebijakan, pertemuan AFMGM juga merupakan suatu kesempatan untuk mempromosikan keragaman budaya Indonesia. Dengan tema hospitalityDiscover Indonesia”, rangkaian pertemuan ini secara khusus menunjukkan seni dan budaya Indonesia Bagian Tengah dan Timur.

Selain itu, delegasi dapat mengunjungi pameran UMKM produk berkualitas dari Indonesia Tengah dan Timur, serta menikmati kopi khas Indonesia. 

Perkenalan keragaman budaya Indonesia selama pertemuan tersebut menunjukkan bagaimana solidaritas dapat dicapai di tengah perbedaan, dan bagaimana kolaborasi dalam komunitas ASEAN yang beragam dapat mendukung kemajuan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global.

Hasil pertemuan AFMGM pertama akan dilaporkan ke KTT ASEAN ke-42 yang akan diselenggarakan pada Mei 2023 di  Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, yang kemudian akan dilanjutkan dengan AFMGM kedua pada Agustus 2023 di Jakarta. 

Berbagai agenda diskusi di Jalur Keuangan Pilar Ekonomi diharapkan dapat menghasilkan hasil konkret yang bermanfaat signifikan dan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan ASEAN.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar