02 Desember 2023
18:00 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Executive Director Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara memberikan pandangannya mengenai usulan peringatan Hari Sepeda Motor Listrik Nasional yang diperingati setiap 29 November.
Bhima menilai acara seremonial seperti peringatan Hari Sepeda Motor Listrik Nasional dapat digunakan sebagai strategi pemasaran motor listrik di dalam negeri. Untuk menarik konsumen ataupun memasarkan produk motor listrik made in Indonesia.
"Acara seremonial ya bisa saja sebagai branding atau strategi pemasaran motor listrik ya," ujarnya kepada Validnews, Sabtu (2/12).
Sebelumnya, Asosiasi Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan perwakilan pemerintahan dari Kementerian Perhubungan, TNI, Kemenkop UKM, mencanangkan Hari Sepeda Motor Listrik Nasional untuk diperingati tiap 29 November.
Jika direalisasikan, peringatan Hari Sepeda Motor Listrik Nasional tidak serta-merta meningkatkan minat masyarakat beralih ke motor listrik. Menurut Bhima, masih banyak aspek yang perlu dibenahi terkait ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Dia menyebutkan ada beberapa tantangan, antara lain kesiapan infrastruktur motor listrik. Dia menilai ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) belum memadai karena jumlahnya masih sedikit.
Direktur Eksekutif Celios juga menilai keterlibatan dealer besar, terutama dari Jepang seperti Yamaha dan Honda, penting untuk merangsang pembelian motor listrik. Karena kedua jenama itu terbukti mumpuni di mata konsumen.
"Tapi tantangan motor listrik memang masih ada di kisaran infrastruktur, seperti ketersediaan SPKLU, belum terlibatnya pemain motor listrik dari pabrikan jepang yang sudah punya branding," ungkap Bhima.
Selain itu, ada kendala lain seperti suku cadang atau spare parts motor listrik yang susah diakses. Kemudian, pasar serta harga jual motor listrik bekas juga belum terbentuk sampai sekarang.
"Hal-hal itu juga harus diperbaiki secara paralel kalau mau market share motor listriknya naik signifikan," imbau Bhima.
Bhima tidak menilai penting atau tidaknya perayaan hari motor listrik. Menurutnya, kegiatan kolektif seperti memperingati Hari Sepeda Motor Listrik Nasional sah saja dilaksanakan ataupun diresmikan.
"Yang penting (pelaksanaannya) tidak menggunakan dana APBN ya sah-sah saja," ujarnya singkat.
Namun Bhima kembali menyoroti hal fundamental. Dia meminta pemerintah dan pelaku usaha pun perlu memperbaiki masalah mendasar ekosistem motor listrik Indonesia untuk mempercepat adopsi motor listrik secara luas.
Pemerintah memang sudah memberikan insentif untuk menstimulasi pembelian motor listrik. Ada potongan harga Rp7 juta yang diberikan kepada pembeli motor listrik, dengan syarat satu NIK untuk pembelian satu unit kendaraan.
Tidak hanya itu, ada pula diskon Rp7 juta untuk konversi dari motor bahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik. Rencananya, pemerintah pun akan menaikkan nilai insentif motor konversi menjadi Rp10 juta.
Namun Bhima mengatakan sederet insentif itu tidak berguna jika masalah infrastruktur motor listrik tidak diperbaiki. Masyarakat dan pemilik kendaraan membutuhkan langkah fisik yang konkret sebagai dorongan.
"Meski diberikan subsidi besar-besaran tetap kurang menarik bagi pembeli selama masalah ekosistem motor listriknya tidak dibenahi," kata Bhima.