05 Juli 2019
15:18 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Wakil Presiden, Jusuf Kalla, menerima kunjungan Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab (UEW), Suhail Mohamed Al Mazrouei, pada Jumat (5/7), di Kantor Wapres, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Jusuf Kalla juga membincangkan soal potensi investasi di bidang energi dan infrastruktur.
"Mempersiapkan kedatangan yang mulia raja, sultan. Kemudian juga kemungkinan persiapan untuk pembicaraan soal investasi bersama untuk negara," ujar wapres ketika ditanya tentang apa yang dibicarakan pada pertemuan, seperti dilansir Antara, Jumat (5/7).
Menurutnya, energi dan infrastruktur merupakan dua sektor utama yang dibahas bersama UEA. Pasalnya, terkait dengan energi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri batu bara dan pengilangan migas pada kuartal I-2019 mengalami penurunan 4,19% secara year on year. Padahal, pada kuartal I 2018, pertumbuhan industri batu bara dan pengilangan migas masih tumbuh 0,66%.
Bak gayung bersambut, Suhail yang sampai di Kantor Wapres sekitar pukul 10.30 WIB menyatakan negaranya berkomitmen meningkatkan investasi di Indonesia. Sejumlah sektor yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain sektor energi, real estate, dan pariwisata.
Untuk diketahui, berdasarkan catatan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi yang masuk ke Indonesia dari UEA pada kuartal I-2019 mencapai US$2,4 juta. Nilai itu masuk ke dalam 24 proyek.
Nilai tersebut sebenarnya masih sangat kecil, pasalnya sepanjang tahun 2018 nilai investasi UEA ke Indonesia berada di angka US$69,94 juta. Total ini investasi dari UEA pada tahun lalu ditujukan untuk 59 proyek.
Jumlah investasi UEA pada tahun lalu tercatat naik drastis sebesar 162,73%. Soalnya pada tahun 2017, total nilai investasi dari kawasan tersebut hanya US$26,62 juta untuk 77 proyek.
"Uni Emirat Arab berencana meningkatkan hubungan bisnis dengan Indonesia untuk meningkatkan perdagangan bilateral dan mengembangkan investasi," kata Suhail, sebagaimana dikutip dari Antara pada Jumat (5/7).
Terkait perdagangan, total nilai perdagangan antara Indonesia dan UEA sepanjang Januari–April 2019 mencapai US$1,1 miliar. Nilai ini meningkat 2,22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, sepanjang 2014-2018, tren total perdagangan itu sebetulnya menurun 3,68%.
Pada periode yang sama, neraca dagang Indonesia tercatat mencetak defisit terhadap UAE sebesar US$222,15 juta. Defisit ini hampir mencapai 14,5 kali lipat daripada defisit yang tercatat pada periode yang sama tahun 2018 sebesar US$14,35 juta.
Neraca dagang Indonesia dengan UAE mulai defisit pada tahun 2017 dengan angka mencapai US$453,24 juta. Defisit ini disebabkan oleh surplus neraca nonmigas yang tidak lagi mampu menutup defisit sektor migas.
Sepanjang Januari–April 2019, neraca dagang migas Indonesia terhadap UAE mencetak defisit US$437,99 juta. Sementara, neraca nonmigas hanya mencetak surplus sebesar US$215,84 juta. Neraca dagang nonmigas Indonesia terhadap UAE pun terpantau mengalami tren yang menurun 21,80% sepanjang tahun 2014-2018.
Pertemuan antara Wapres dengan Suhail berlangsung selama sekitar 15 menit. Pertemuan itu sekaligus membahas rencana kedatangan Putra Mahkota Abu Dhabi, Syekh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, yang juga menjabat sebagai Deputi Panglima Tinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirate Arab, pertengahan Juli 2019. (Sanya Dinda)