28 September 2019
20:13 WIB
JAKARTA – Usai menutup sumur YYA-1, Pertamina kini mulai fokus pada upaya pemulihan dampak lingkungan dan sosial dari tumpahan minyak yang mencemari pantai di Kabupaten Karawang, Bekasi dan meluas hingga ke Kepulauan Seribu.
Salah satunya, PHE ONWJ sebagai pemilik YYA-1 akan melakukan penanaman dan pemeliharaan 83.000 mangrove di tiga wilayah yakni Karawang, Bekasi dan Kepulauan Seribu. PHE ONWJ adalah anak usaha Pertamina Hulu Energi.
Pemulihan mangrove melibatkan kelompok masyarakat terdampak dan LSM serta stakeholder sebagai pelaku utama dalam pembibitan mangrove.
“Ke depan, PHE ONWJ akan menjadikan kawasan mangrove sebagai pusat wisata, karena itu masyarakat juga akan diberikan pelatihan usaha magrove serta dibentuk kelompok-kelompok wisata,” jelas Vice President Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya melalui siaran pers, Sabtu (28/9).
Sebelumnya terjadi kebocoran minyak dan gelembung gas di sekitar anjungan lepas pantai YYA-1 yang terletak sekitar dua kilometer dari Pantai Utara Jawa, Kerawang, Jawa Barat. Limbah minyak mentah itu mengotori sejumlah pantai di Karawang hingga Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Beberapa pantai di Karawang yang terdampak di antaranya Pantai Tanjungpakis, Pantai Sedari, Pantai Pisangan, Samudera Baru, Pantai Pelangi.
Sementara di Kepulauan Seribu terdapat tujuh pulau yang tercemar, yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Bidadari, Pulau Ayer, Pulau Rambut, Pulau Bokor, Pulau Damar, dan Pulau Lancang.
Tumpahan itu juga mengakibatkan ditutupnya sejumlah tempat wisata pantai dan menurunnya tangkapan nelayan.
Kebocoran berhasil ditutup pada 21 September 2019 lalu dengan menggunakan relief well pada kedalaman 2.730 meter yang merupakan safe point.
Per tangal 22 September lalu, tercatat jumlah fluida (minyak dan air) yang tertampung mencapai 42.034 barel (gross). Dengan jumlah karung yang digunakan untuk mengumpulkan tumpahan minyak itu sebanyak 5,75 juta karung. Terkait kelanjutan dari tumpahan minyak ini, Pertamina masih menunggu kajian dari KLHK. Ini untuk menentukan apakah tumpahan minyak itu tergolong limbah B3 atau masih bisa diolah kembali nantinya. Sementara fluida yang dikumpulkan diisolasi di penampungan sementara di Marunda, Jakarta Utara.
Selain mangrove, PHE ONWJ juga akan melakukan konservasi terumbu karang untuk menjaga ekosistem biota laut. Saat ini, PHE ONWJ bekerjasama dengan perguruan tinggi dan LSM telah menyiapkan sekitar 804 modul Honai untuk konservasi terumbu karang.
“Untuk konservasi terumbu karawang, akan dibangun Central Pelatihan Terumbu Karang yang ditujukan untuk para nelayan, pembudidaya serta masyarakat pesisir dan penggiat lingkungan hidup,” papar Ifki.
Di bidang kesehatan, PHE ONWJ bekerjasama dengan Pertamedika terus memberikan layanan kesehatan di wilayah terdampak dengan menerjunkan 10 dokter, 69 paramedik dan 5 ambulance yang tersebar di 10 Posko Kesehatan. Secara kumulatif sejak dibuka layanan kesehatan, total masyarakat yang telah melayani mencapai 26.800 pemeriksaan warga.
Untuk membantu kesehatan ibu hamil dan balita, PHE ONWJ bekerjasama dengan bidan desa, puskesmas dan posyandu telah memberikan 80 paket makanan tambahan bergizi serta pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan balita.Program penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian makanan tambahan melalui posyandu akan dijalankan di desa terdampak lainnya.
“PHE ONWJ juga telah membangun berbagai sarana air minum untuk membantu wilayah terpencil yang masih kesulitan akses terhadap air bersih,” terang Ifki.
Selain itu, PHE ONWJ juga akan terus membantu meningkatkan berbagai sarana dan prasarana pendidikan serta infrastruktur lainnya yang dibutuhkan warga.
PHE ONWJ juga telah melakukan relokasi sementara terhadap 27 KK yang tinggal di tiga dusun di Desa Cemara Jaya. Relokasi ini dilakukan terhadap rumah warga yang terkena banjir rob ketika musim angin darat tiba seperti saat ini.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi, sebagai tahap awal, telah memulai proses pencairan dana kompensasi. Sebanyak 10.271 warga yang telah terverifikasi untuk menerima dana kompensasi awal.
Perhitungan besaran dana kompensasi final diharapkan selesai pada Oktober mendatang, sehingga diharapkan pada bulan November atau awal Desember, sudah bisa mulai diberikan kompensasi penuh sesuai perhitungan tim yang saat ini sedang bekerja.
“PHE ONWJ juga akan terus meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir di wilayah terdampak dengan berbagai program kemitraan agar kehidupan ekonomi masyarakat menjadi lebih sejahtera,” pungkas Ifki. (Fin Harini)