c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

27 September 2018

16:22 WIB

Tumbuh Melesat, Bisnis Pengiriman Parsel Jadi Andalan PT Pos

Meski margin keuntungannya tipis, pendapatan PT Pos dari parsel tahun ini hampir menyentuh di atas Rp1,8 triliun, tumbuh dari tahun ke tahun sekitar 40%

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Tumbuh Melesat, Bisnis Pengiriman Parsel Jadi Andalan PT Pos
Tumbuh Melesat, Bisnis Pengiriman Parsel Jadi Andalan PT Pos
Petugas PT Pos melayani jasa pengiriman paket barang di PT Pos Indonesia Cabang Tulungagung, Jawa Timur (ea/EA/bd-ant)

BANDUNG – PT Pos Indonesia (Persero) menyatakan, bisnis pengiriman paket atau barang/parsel yang dikerjasamakan dengan salah satu maskapai penerbangan tanah air, mengalami peningkatan signifikan. Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Tinggi sekali pendapatan kita dari parsel tahun ini, hampir menyentuh di atas sekitar Rp1,8 triliun. Tumbuh luar biasa, dari tahun ke tahun sekitar 40%," kata Dirut PT Pos Indonesia Gilarsih Wahju Setijono, usai menghadiri Hari Bhakti Postel Ke-73 Tahun 2018, di Bandung, Kamis (27/9) seperti dilansir Antara.

Gilarsih mengatakan, meskipun bisnis parsel mengalami peningkatan pesat, namun marginnya relatif lebih kecil jika dibandingkan produk atau bisnis PT Pos Indonesia lainnya seperti pengiriman surat dan jasa keuangan.

"Parsel ini tumbuh luar biasa dari tahun ke tahun, itu di atas 40%. Tetapi kita berangkat dari bisnis yang relatif kecil, porsinya kecil karena surat dan jasa yang besar," tuturnya.

Sayangnya, kata Gilarsih, sekalipun punya margin yang bagus, dua bisnis besar, surat dan jasa keuangan, belakangan volumenya turun. Sedangkan bisnis parsel marginnya tipis mengingat biaya transportasinya jauh lebih mahal dibandingkan surat.

Menurutnya, penurunan bisnis pengiriman surat dan jasa keuangan PT Pos Indonesia tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang ada saat ini.

"Teknologi yang membuat itu demikian (pengiriman surat turun). Nah kalau untuk jasa keuangan ada dua yakni salah satunya regulasi karena bank diizinkan brandless sehingga yang tadinya jasa keuangan di area itu seolah-olah monopoli pos menjadi bank bisa masuk," kata dia.

Gilarsih mengatakan untuk bisnis pengiriman surat pada Januari 2015 indeksnya mencapai 100 namun pada Agustus 2018 turun menjadi 28. Begitu pun dengan jasa keuangan, di tahun 2015 berhasil menyentuh angka Rp1,2 triliun, namun tahun ini turun menjadi Rp800 miliar.

"Turun luar biasa, surat turun, jasa keuangan turun, tapi parsel tumbuh luar biasa," tuturnya.

Pengiriman Paket Pos. Sejumlah Petugas PT Pos memverifikasi paket kiriman pempek ke seluruh Indonesia di Kantor Pos Merdeka Palembang, Sumsel, beberapa waktu lalu. ANTARA FOTO/Yahanan Sulam.

Meskipun dua bisnis yang marginnya cukup besar mengalami penurunan, kata dia, namun pihaknya bersyukur PT Pos Indonesia bisa bertahan dan ada melayani masyarakat ditengah-tengah gempuran perusahaan swasta.

"Jadi fakta mengapa kami hingga hari ini bisa survive di tengah-tengah gempuran persaingan bisnis yang ada, itu adalah karena pengelolaan biaya yang lebih baik. Kalau pengelolaan biaya kami tidak baik mungkin saat ini kami tidak ada," tandasnya.

Ekonomi Digital
Sementara itu, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail MT mengatakan, ekonomi digital menjadi tantangan sekaligus peluang bagi PT Pos Indonesia dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom).

"(Ekonomi digital) ini seperti dua keping mata uang, peluangnya besar dan tantangannya juga besar. Jadi digital ekonomi ini menjadi peluang dan tantangan untuk Pos dan Telekomunikasi Indonesia saat ini," ucapnya usai menghadiri Upacara Peringatan Hari Bhakti Postel Ke-73 Tahun 2018, di Halaman Gedung Kanlor Pusat PT Pos Indonesia (Persero), Bandung, Kamis.

Menurut dia, momentum Peringatan Hari Bhakti Postel Ke-73 Tahun 2018 menjadi pengingat kepada Postel saat ini menghadapi tantangan yang besar di tengah era ekonomi digital. Ia menuturkan peluang dari ekonomi digital bagi Postel adalah bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkat lapangan kerja serta mencerdaskan kehidupan bangsa terkait literasinya.

Sementara tantangan dari ekonomi digital, lanjutnya, adalah jika masyarakat salah menfaatkannya maka akan memberikan dampak negatif yang cukup besar.

"Masyarakat yang memanfaatkan ini harus berada pada level yang bisa memanfaatkannya dengan baik dan benar, tidak malah sebaliknya," imbuhnya.

Dia menuturkan ekonomi digital saat ini sudah di depan mata dan telah terjadi sehingga pemerintah melalui PT Pos dan PT Telekomunikasi Indonesia, sedang bersiap-siap dan sudah mulai melakukan berbagai macam terobosan untuk menyongsong era ekonomi digital dan industri 4.0.

"Kita sedang bersiap-siap bahwa tidak lagi hanya konsentrasi pada isu infrastruktur namun melengkapi dengan elemen lain yang penting untuk masyarakat seperti untuk aplikasi, penggunaan internet secara sehat, kemudian bagaimana mendorong pemanfaatan booster pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja," bebernya.

Terobosan yang disiapkan pemerintah untuk menyongsong ekonomi digital, kata Ismail, adalah mempercepat akses pemerataan pita lebar (broadband) di seluruh Indonesia. Di antaranya memberikan frekuensi khusus untuk jaringan 4G dan membangun palapa ring project sehingga pada tahun 2019 nanti seluruh wilayah di Indonesia terhubung dengan pita lebar.

"Terobosan lainnya yang disiapkan oleh kita adalah, kita dari kementerian tidak lagi berperilaku seperti regulator. Sekarang kita menjadi fasilitator bahkan akselelator," ujarnya.(Faisal Rachman) 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar