13 Maret 2021
18:00 WIB
JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meminta produksi udang vaname di Kabupaten Kebumen-Jawa Tengah ditingkatkan. Salah satunya dengan cara memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui teknologi pengelolaan tambak.
Kebanyakan tambak udang vaname di Kabupaten Kebumen menggunakan teknologi semi intensif. Hasilnya per hektar hanya mampu memproduksi sekitar 10 ton udang vaname di setiap tahun. Sementara tambak intensif, bisa menghasilkan sekitar 30-
40 ton per hektar per tahun.
Di sisi lain, Trenggono menegaskan bahwa Kebumen didukung oleh posisi geografis yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya vaname. Yakni berada di garis pantai selatan yang air lautnya tidak tercemar dan lahan yang tersedia masih luas.
“Ditingkatkan teknologi (tambaknya) supaya ini bisa jadi model,” ujar Trenggono dalam keterangan resminya, Sabtu (13/3).
Trenggono bahkan mendukung dibangunnya shrimp estate di Kebumen, mengingat pemda memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan. Jarak Kebumen yang hanya sekitar satu jam dari Bandara Baru Internasional Yogyakarta juga menjadi pertimbangan, sebab distribusi udang ke pasar tujuan atau konsumen lebih mudah.
Skema shrimp estate ini sekaligus untuk menjamin keberlanjutan usaha dan ekosistem perikanan. Trenggono menyatakan, skema ini menggunakan analisis dan perencanaan bisnis yang matang.
Dorongan peningkatan produksi udang vaname ini, kata Trenggono, untuk kesejahteraan masyarakat dan menambah pendapatan pemerintah daerah. Sebab peluang pasarnya sangat besar dan udang vaname merupakan komoditas utama ekspor perikanan Indonesia.
“Budidaya ini bisa menjadi sumber ekonomi baru sektor kelautan dan perikanan di sini,” urainya.
Kemarin, Jumat (12/3), Trenggono mengunjungi Kebumen dan meninjau tambak udang masyarakat di Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong. Dia ikut melakukan panen parsial pertama bersama kelompok pembudidaya Segara Kidul. Udang yang dipanen ukurannya 100 dengan harga jual Rp53.000 per kilogram.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengaku menyokong penuh pengembangan tambak seluas 6.000 meter persegi yang dikelola oleh 10 pembudidaya tersebut. Salah satunya dengan memberikan bantuan sarana prasarana dan pendampingan kepada para pembudidaya.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengatakan, produktivitas tambak berkontribusi hingga Rp400 juta per tahunnya terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Sehingga peningkatan jumlah dan kualitas produksi budidaya diharapkan akan ikut mendorong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kebumen.
Pihaknya memiliki 115 hektare lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan tambak budidaya vaname melalui skema shrimp estate.
“Lahannya milik pemda dan shrimp estate ini bisa kita jadikan pilot project dengan melibatkan masyarakat,” ujar Arif.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan siap menindaklanjuti arahan Menteri Trenggono. Pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pemda mengenai rencana pembangunan shrimp estate dan perbaikan infrastruktur tambak yang ada.
Pengembangan budidaya perikanan memang menjadi salah satu program terobosan Trenggono hingga 2024 nanti. Termasuk di dalamnya budidaya udang vaname.
Selain shrimp estate, Menteri juga akan membangun kampung-kampung budidaya berbasis komoditas unggulan sebagai implementasi dari program terobosan tersebut.
Perlu diketahui bahwa KKP menargetkan peningkatan nilai ekspor udang sebesar 2,5 kali lipat hingga tahun 2024. Udang menjadi komoditas utama, yang dipilih untuk meningkatkan nilai ekspor perikanan Indonesia. Pasalnya, sampai Agustus 2020, 40% dari nilai ekspor perikanan sebesar US$3,28 milyar, bersumber dari ekspor komoditas udang.
Semantara, daro volumenya, KKP menargetkan produksi udang sebanyak 934.933 ton pada 2020, dan menembus 1,21 juta ton pada 2025. (Zsazya Senorita)