02 November 2019
16:31 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Tol Trans Jawa di Jawa Timur diyakini akan mendorong pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Pasalnya, tol ini mendukung akses ke destinasi pariwisata sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo tahun 2019-2024.
Secara umum, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan, manfaat dari terbangunnya tol Trans Jawa ini menjadi jalur penghubung transportasi antar kota. Selain itu, tol ini tetapi dapat mengintegrasikan kawasan-kawasan industri yang sudah muncul, seperti di Ngawi dan Nganjuk.
“Tol Trans Jawa akan memangkas biaya angkutan logistik dan mengurangi waktu tempuh pengiriman barang. Dengan kepastian waktu tempuh, investor dapat membuat perhitungan business plan lebih matang sehingga terbuka lapangan pekerjaan di sekitar pusat perindustrian di setiap daerah,” papar Basuki dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (2/11).
Selain menghubungkan kawasan industri, Jalan Tol Trans Jawa di Jawa Timur juga mendukung konektivitas menuju destinasi wisata seperti ruas Tol Pasuruan-Probolinggo seksi IV, dari Probolinggo Timur sampai Gending, yang akan membantu akses ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru.
Kehadiran Tol Trans Jawa diharapkan Basuki dapat meningkatkan konektivitas tersebut dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi kawasan sehingga tercipta pusat-pusat ekonomi baru di Pulau Jawa.
“Sudah ada beberapa lahan untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru seperti di Ngawi dan Nganjuk. Tugas Kementerian PUPR menghubungkan jalan tol dengan kawasan industri tersebut,” ujar Basuki.
Jalan Tol Trans Jawa secara keseluruhan akan memiliki panjang sepanjang 1.150 Km akan membentang dari Merak hingga Banyuwangi. Saat ini telah beroperasi sepanjang 965 Km.
Dari 1.150 Km tersebut, sepanjang 533,3 Km berada di Provinsi Jawa Timur dengan ruas yang telah beroperasi sepanjang 360,3 Km. Sisanya, 173 Km dari Probolinggo hingga Banyuwangi masih dalam tahap pengerjaan yang ditargetkan selesai awal 2022.

Rest Area
Selain fokus pada Trans Jawa, Basuki juga meminta agar peningkatan pelayanan jalan tol tidak hanya semata mengejar tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pemenuhan persyaratan penyesuaian tarif tol. Kehadiran rest area, terutama di jalan tol yang baru, menurutnya dapat memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat lokal, selain berfungsi untuk tempat singgah pengendara.
Bentuk nyata kebermanfaatan itu, sambungnya, seperti penyediaan kios-kios bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mempromosikan produk dan kuliner lokal.
“Rest area harus memenuhi fungsi pokoknya sebagai tempat istirahat dengan dilengkapi fasilitas seperti toilet, musaladan tempat makan,” ucapnya.
Untuk diketahui, terdapat 27 rest area yang terdiri dari 11 Tipe A, 8 Tipe B, dan 8 Tipe C di sepanjang ruas tol Trans Jawa Timur. Tipe A memiliki fasilitas terlengkap seperti mushola, SPBU, restoran, ruang terbuka hijau, parkiran, ruang kesehatan, ATM center, dan minimarket.
Sementara secara keseluruhan di Trans Jawa terdapat 78 unit rest area yang terdiri atas 56 unit sudah beroperasi dan 22 unit tahap konstruksi. Sementara di Trans Sumatra berjumlah 18 unit rest area.
Sejauh ini, Kementerian PUPR juga sedang melakukan penilaian jalan tol dan rest area berkelanjutan di seluruh Indonesia. Ada pun kriteria yang harus dipenuhi tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) PUPR No.10 Tahun 2014 dan Permen PUPR No 12 Tahun 2018, yakni terpenuhinya core function di ruas jalan tol seperti aspek kelancaran, keselamatan, dan kenyamanan pengguna ruas jalan tol. (Agil Kurniadi)