c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

09 Februari 2019

12:03 WIB

Tarif Tinggi, JNE Tak Hentikan Pengiriman Lewat Kargo Udara

Akibat melonjaknya harga avtur, tarif surat muatan udara (SMU) ikut terkerek naik dengan rata-rata kenaikan sebesar 70% pada pertengahan Januari kemarin

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Tarif Tinggi, JNE Tak Hentikan Pengiriman Lewat Kargo Udara
Tarif Tinggi, JNE Tak Hentikan Pengiriman Lewat Kargo Udara
Sebuah armada JNE melintas di Pasuruan, Jawa Timur. Twitter@JNE-ID

JAKARTA – Terbantu oleh maskapai penerbangan dalam mengirimkan aneka paket, perusahaan jasa pengiriman PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE menyatakan tidak menghentikan pengiriman melalui kargo udara.

"Sebagai perusahaan jasa pengiriman ekspres, sampai saat ini kami tidak pernah menghentikan kiriman melalui kargo udara," kata VP of Marketing JNE Eri Palgunadi di Jakarta, Jumat (8/2), dilansir dari Antara.

Eri menjelaskan, dalam menjalankan proses bisnisnya, keberhasilan perusahaan dalam menghantarkan kiriman seluruh pelanggan tidak lepas dari peran mitra khususnya maskapai penerbangan. Oleh karena itu, kerja sama yang saling menguntungkan dengan penyedia jasa kargo udara tersebut harus terus terlaksana dalam rangka terciptanya iklim bisnis yang dapat mendukung usaha kecil dan menengah dalam negeri.

"Isu yang beredar tentang penghentian pengiriman melalui jalur udara oleh JNE adalah tidak benar," tandasnya.

JNE, lanjut dia, juga mengapresiasi tanggapan baik Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terhadap aspirasi yang disampaikan oleh Asperindo dalam pertemuan yang digelar Rabu (6/2).

Pertemuan dengan sejumlah pelaku jasa logistik termasuk Asperindo itu dilakukan untuk memajukan industri logistik dengan menganalisa tiap permasalahan agar solusi terbaik dapat dijalankan, termasuk tentang Surat Muatan Udara (SMU).

Sebelumnya diberitakan, sejalan dengan kenaikan harga tiket pesawat maupun kebijakan bagai berbayar akibat melonjaknya harga avtur, tarif surat muatan udara (SMU) ikut terkerek naik dengan rata-rata kenaikan sebesar 70% pada pertengahan Januari kemarin.

Presiden Direktur JNE, Mohamad Feriadi menyebutkan kenaikan tarif SMU yang tepatnya terjadi pada 14 Januari 2019 merupakan kenaikan tarif yang teranyar. Sebelumnya, beberapa maskapai disebut telah menaikkan tarif dalam jangka waktu singkat sepanjang periode Oktober 2018—Januari 2019.

Semisal Garuda Indonesia, Feriadi menuturkan maskapai flag carrier tersebut menaikkan tarif SMU sebanyak 5 kali pada periode Juni 2018 hingga pertengahan Januari 2019. Kenaikan pertama terjadi pada 1 Oktober 2018, selanjutnya 9 Oktober 2018, 8 November 2018, 1 Januari 2019 dan yang teranyar 14 Januari 2019.

Dia tidak menyebutkan secara rinci berapa besar kenaikan tarif SMU dalam setiap periode tersebut. Namun, akumulasi kenaikan tarif SMU ditaksir mulai dari yang terkecil di level 70% sampai dengan yang tertinggi 350%.

“Kita enggak tau nih apa pemicunya sehingga membuat Garuda harus menaikkan tarif, hingga berkali-kali, dalam waktu yang pendek, dengan pemberitahuan yang singkat. Itu yang jadi masalah,” ungkap Feriadi kala dihubungi Validnews, Minggu (27/1).

Berkurang
Sementara itu, melonjaknya tarif kargo membuat PT Jasa Angkasa Semesta (JAS) mengalami penurunan volume.

"Imbasnya pasti ada karena saat ini permintaan terhadap freight pengiriman lewat udara akan turun, artinya sebagai salah satu bisnisnya volume akan turun juga beberapa ton yang akan masuk dan turun dari pesawat," kata Direktur Umum JAS Sigit Muhartono dalam diskusi di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (8/2).

Namun, dia mengakui dampaknya tidak begitu signifikan karena sebagian besar layanan JAS, atau 70%-nya, untuk penerbangan internasional. Sisanya, sebanyak 30% barulah penerbangan domestik.

"Bisa dibilang imbasnya tidak begitu berasa karena kita mayoritas menangani barang-barang internasional impor maupun ekspor. Kita juga menangani kargo-kargo domestik, tapi imbasnya belum terlalu dominan," katanya.

Sigit mengaku belum menghitung besaran penurunan tersebut.

Pada 2018, dia menyebutkan dalam sehari pihaknya menangani kargo dari 295 penerbangan internasional dan 108.000 penerbangan domestik sepanjang tahun lalu.

"Kalau disetarakan penumpang, sekitar 25 jutaan penumpang," katanya.

Untuk rencana ekspansi bisnis 2019, Sigit mengatakan pihaknya akan tetap berfokus pada bisnis utama, yakni penanganan bagasi, kargo dan lounge di bandara.

Pihaknya juga mengejar pertumbuhan di Bandara Kertajati, Jawa Barat kendati penerbangannya masih sepi.

"Kita dalam stage kasih ketersediaan dulu nanti permintaannya pasti akan muncul. Sekarang kan sudah ada dua penerbangan dari Halim, dan nanti juga tidak menutup kemungkinan ada embarkasi haji dari sana," katanya. (Fin Harini)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar