20 Juli 2017
08:00 WIB
JAKARTA - Banyak negara telah memutuskan memindahkan ibu kotanya. Kepadatan dan keruwetan ibu kota, pemerataan ekonomi dan keamanan menjadi faktor-faktor yang mendorong pindahnya pusat pemerintahan. Namun, sejarah menyebutkan tidak semua pemindahan ibu kota berjalan mulus.
Salah satunya adalah pemindahan ibu kota Tanzania, sebuah negara di timur Afrika.
Pada 1973, pemerintah Tanzania di bawah Presiden Mwalimu Julius Nyerere mengambil keputusan untuk memindahkan ibu kota dari Dar es Salaam ke kota yang berlokasi lebih ke tengah, Dodoma. Presiden Nyerere berharap proyek Shift-to Dodoma yang ia canangkan, bakal mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi atau mendatangkan manfaat bagi masyarakat yang hidup di daerah yang belum berkembang.
Namun, keputusan untuk memindahkan ibu kota nyatanya bukanlah keputusan mudah. Perdebatan sengit sempat mewarnai lahirnya keputusan ini. Pihak yang tak setuju berpendapat, angaran yang diperlukan untuk memindahkan ibu kota terlalu besar.
Keputusan akhirnya dapat diambil setelah partai pendukung pemerintah, The Tanganyika African National Union atau TANU, memberikan dukungan. TANU meminta proses pemindahan selesai dalam waktu 10 tahun.
Sayangnya, hingga 4 dekade berlalu impian Presiden Nyerere belum juga terwujud. Belum semua infrastruktur yang diperlukan ibu kota baru berhasil dibangun. Alhasil, pusat pemerintahan pun belum juga beranjak dari Dar es Salaam. Baru Majelis Nasional Tanzania yang memindahkan kantornya di Dodoma secara permanen.
“Kendala utama dalam pelaksanaan proyek Shift-to Dodoma adalah ketergantungan total pada anggaran Pemerintah untuk mendanai keseluruhan proyek. Ini, sangat jelas, kurang bijaksana,” tulis mantan Kepala Otoritas Pembangunan Ibu Kota atau Capital Development Authority (CDA) Pius Msekwa di allafrican.com.
CDA sendiri adalah lembaga yang dibentuk oleh Presiden Nyerere untuk melaksanakan pemindahan ibu kota ke Dodoma.
Msekwa menceritakan lebih jauh, bagaimana dana menjadi kendala. Pada saat ia menjadi Kepala CDA, Presiden Nyerere memintanya untuk mengatur pemindahan ke Dodoma dimulai dari kementerian yang paling sedikit jumlah pegawainya.
Berdasarkan pengaturan tersebut, Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional menjadi kementerian yang berada pada urutan pertama untuk dipindahkan.
“Diharapkan lewat pengaturan ini, upaya pemindahan ini tidak terlalu mahal karena jumlah personel yang dipindahkan relatif kecil,” serunya.
Menteri Luar Negeri pun meminta bendahara negara menyiapkan bujet tambahan untuk keperluan pemindahan kantornya ke Dodoma. “Jumlahnya jauh melebihi kemampuan bendahara negara menyediakan anggaran pada saat itu,” kata Msekwa. “Hal ini secara efektif menutup diskusi, dan Kementerian tetap berada di Der es Salaam,” imbuhnya.
infografis tanzaia gagal move on. Validnews/jean
Saat Pindah Mulai Diwujudkan
Seiring berjalannya waktu, harapan Shift-to Dodoma kembali menyala pada pertengahan tahun 2015 yang lalu. Kala itu, Presiden John Magufuli yang baru terpilih, mengeluarkan perintah untuk segera memindahkan pusat pemerintahan ke Dodoma sebelum masa jabatannya berakhir pada 2020.
Sebagai tindak lanjut, Businessdaily.com melaporkan, Perdana Menteri Tanzania Kassim Majaliwa pun memindahkan kantornya ke Dodoma pada September 2016.
Kali ini pemerintah Tanzania terlihat cukup serius untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Dodoma. Menyusul pemindahan kantor Perdana Menteri, pada Januari 2017 lalu sebanyak 87 pegawai Kantor Presiden pindah ke ibu kota baru, Dodoma. Hanya saja sebagian staf masih akan tinggal di Dar es Salaam untuk menyelesaikan masalah administrasi hingga kantor di Dodoma bisa beroperasi secara lengkap.
Hingga semua pemindahan selesai, berbagai kebijakan terkait Kantor Presiden dipastikan tetap akan diambil di Dodoma. “Kami pindah ke Dodoma. Kantor kami beroperasi secara resmi mulai 30 Januari 2017,” kata Angellah Kairuki, Menteri urusan manajemen layanan publik dan tata kelola seperti dikutip oleh Thecitizen.co.tz.
Pemindahan terus berlanjut. Hingga April, tercatat sudah 2,069 pejabat dan pegawai pemerintah sudah pindah ke Dodoma. Tidak diketahui berapa total jumlah pejabat dan pegawai pemerintah Tanzania yang harus ikut pindah ke ibu kota baru.
Tetapi, meski keseriusan pemerintah sudah terlihat, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mendukung pemindahan pusat pemerintahan ke Dodoma. Prof. Delphin Rwegasira dari Departemen Ekonomi Universitas Dar es Salaam mengatakan, pemerintah harus melakukan persiapan awal agar perpindahan pusat pemerintahan berjalan mulus.
Menurutnya, layanan air, listrik dan telekomunikasi perlu ditingkatkan untuk mendukung penambahan populasi di Dodoma. Saat ini, permintaan air di Dodoma berkisar 50 juta per hari sementara persediaan hanya sebanyak 32 juta liter per hari.
Sementara itu, Mmari Chacha, seorang konsultan Hubungan Internasional dari lembaga kajian Innovate, menuturkan, masalah biaya pemindahan ibu kota akan menjadi penanda seberapa serius pemerintah dengan niat mewujudkan pindah ke Dodoma.
“Kami belum melihat banyak persiapan awal untuk pemindahan ibu kota, jadi masih harus dilihat bagaimana pemerintah akan menyelesaikannya. Kita bicara mengenai lebih dari 120 ribu pegawai pemerintah yang akan pindah bersama keluarganya. Multiplier effect dari pemindahan ini akan memiliki implikasi anggaran yang besar,” katanya seperti dikutip oleh Theeastafrican.co.ke.
Strategi pemerintah dalam membiayai pemindahan ibu kota ini juga belum terlihat, menurut Chacha.CDA menyebutkan, dana yang diperlukan untuk membiayai pembangunan infrastruktur di ibu kota baru ini mencapai US$582,9 juta. Jumlah ini sebenarnya lebih kecil jika dibandingkan anggaran belanja Tanzania yang mencapai US$13,53 miliar pada tahun anggaran 2016/2017.
Direktur Jenderal Otoritas Pembangunan Ibu Kota Paskasi Muragili mengatakan berbagai infrastruktur akan dibangun untuk mendukung rencana pemindahan ibu kota.
“Rencana besar ini meliputi antara lain pembangunan perkantoran, perumahan untuk para pegawai, jalan, pusat perbelanjaan, sekolah dan hotel,” bebernya kepada portal berita Kassfm.co.ke.
PM Majaliwa terus mendorong penduduk Dodoma untuk menjadikan pemindahan ibu kota ini sebagai kesempatan untuk berinvestasi. “Kita akan memiliki kedutaan dan perwakilan asing di sini, kita memerlukan investasi yang serius. Pemerintah telah memulai dengan melebarkan bandara, tapi kita masih memerlukan hotel bintang lima dan layanan kelas utama lainnya. Ini adalah kesempatan yang dapat dimanfaatkan penduduk lokal,” kata Majaliwa. (Fin Harini)