29 Februari 2020
16:50 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – PT PLN (Persero mengklaim Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 2 tetap ramah lingkungan meski menggunakan bahan baku fosil. PLTGU Jawa 2 didesain sebagai pembangkit yang efisien dan ramah lingkungan dengan sistem pembakaran Dry Low Nitrogen Oksida (NOx) Type Combuster.
"Sehingga pada saat beroperasi menghasilkan emisi gas buang pembangkit NOx yang ramah lingkungan," kata Direktur Bisnis PT PLN (Persero) Regional Jawa Madura Bali, Haryanto WS dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/2).
Ia menjelaskan, kapasitas daya 800 MW yang diproduksi PLTGU berasal dari sistem Gas Turbine 2x300 MW dan Steam Turbine (Combined Cycle) 1x200 MW. Gas buang dari Turbin Gas akan digunakan untuk menghasilkan uap untuk Steam Turbine melalui unit HRSG (Heat Recovery Unit Steam Generator). Lewat metode ini PLTGU menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan.
Sebagai salah satu pembangkit berbahan bakar gas, PLTGU Jawa 2 merupakan pembangkit dengan tipe load follower ataupun peaker, yang lebih berfungsi menjaga keandalan listrik karena dapat membangkitkan listrik dalam waktu yang cepat.
"Jadi ketika terjadi peningkatan kebutuhan secara tiba-tiba, ataupun ada gangguan pada satu pembangkit di sistem Jawa Bali, pembangkit ini yang akan segera memenuhi kebutuhan listrik pada sistem," jelas Haryanto.
Daya yang dihasilkan oleh PLTGU Jawa 2 disalurkan melalui Gas Insulated Substation Tegangan Ekstra Tinggi (GISTET) 500 kV Priok, selanjutnya dari IBT 500 kV/150 kV akan disalurkan ke sistem jaringan 150 kV ke arah GIS 150 kV Priok Timur Baru dan GIS 150 kV Priok Barat.
Proyek pembangunan PLTGU Jawa 2 dimulai sejak November 2016 dan memiliki nilai investasi sebesar Rp6,3 triliun. Selain itu, pembangunan proyek ini juga berhasil menyerap tenaga kerja mencapai 2.141 orang, termasuk sebanyak 2.090 orang tenaga kerja lokal.
"Proyek ini merupakan perwujudan nyata program pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 35 ribu MW. Energi listrik tersebut ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat dan mendorong tumbuhnya ekonomi," terang Haryanto.
Menurutnya, kehadiran PLTGU Jawa 2 juga turut berperan serta dalam memperbaiki perekonomian, lingkungan, dan kehidupan sosial di daerah sekitar pembangkitan.
Menambahkan, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi bersih dalam penyediaan pasokan tenaga listrik. Salah satunya melalui PLTGU Jawa 2 kapasitas 800 Megawatt (MW) yang berlokasi di area seluas 5,2 hektare milik PT Indonesia Power UPJP Priok, Jakarta Utara tersebut.
"Komitmen memberikan pasokan energi bersih untuk masyarakat terus diupayakan pemerintah. Selain menghasilkan pasokan baru berbasis energi terbarukan, pemerintah juga berupaya agar pembangkit listrik yang ada jadi lebih ramah lingkungan," katanya di Jakarta, Jumat (28/2).
Hal itu, kata dia, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk merealisasikan peningkatan bauran sumber energi baru terbarukan (EBT) bagi pembangkit tenaga listrik sekaligus mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sampai saat ini pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga kini baru mencapai 14,8% dari total kapasitas pembangkit. Angka ini masih jauh dari target 23% pada 2025 yang ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih mendominasi kapasitas pembangkit nasional saat ini. Sumbangsihnya sebesar 34,7 GW atau sebesar 49,9%. Disusul dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG/GU/MG) sebesar 19,9 GW atau sekitar 28,6%, pembangkit berbasis EBT sebesar 10,3 GW atau sekitar 14,8% serta PLTD sebesar 4,6 GW atau sekitar 6,7%.
Seperti diketahui, dari status kepemilikan, PT PLN (Persero) memiliki kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 42,35 GW (60,9%), disusul oleh pengembang listrik swasta/IPP sebesar 18,12 (26,0%). Pemegang Izin Operasi (IO) menempati posisi ketiga sebesar 5,46 GW (7,8%), Private Power Utility/PPU sebesar 3,58 GW (5,1%), dan sisanya miliki pemerintah sebesar 0,05 GW (0,1%).
Dalam kurun waktu lima tahun ke depan (2020–2024), Kementerian ESDM berencana membangun infrastruktur pembangkitan tenaga listrik hingga mencapai kapasitas total 27,28 GW. Dari jumlah ini, sebanyak 33%-nya atau setara 9,05 GW didapat dari pembangkit EBT. Sisanya, pembangkit fosil sebesar 18,28 GW (67,0%). (Bernadette Aderi)