02 Juni 2020
08:05 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Sepekan pasca-Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1441 Hijriah, data perdagangan BEI ditutup positif, tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar bursa yang mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu masing-masing sebesar 4,56%.
IHSG ditutup pada level 4.753,612 dari 4.545,952 pada pekan sebelumnya. Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa berada pada posisi Rp5.497,202 triliun dari Rp5.257,032 triliun sepekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi transaksi harian juga mengalami peningkatan sebesar 24,52% atau sebesar 639.998 kali transaksi dibandingkan pada pekan sebelumnya sebesar 513.973 kali transaksi.
Perubahan terjadi pada data rata-rata nilai transaksi harian dan rata-rata volume transaksi harian selama periode sepekan pada tanggal 22–29 Mei 2020.
Rata-rata nilai transaksi harian mengalami perubahan sebesar 37,32% sebesar Rp11,604 triliun dari Rp18,514 triliun pada pekan lalu. Kemudian, perubahan sebesar 38,03% terjadi pada rata-rata volume transaksi harian sebesar 9.242 miliar unit saham dibandingkan pekan lalu yang meningkat signifikan sebesar 14.914 akibat dari transaksi saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank di Pasar Negosiasi.
Investor asing pada akhir pekan, tepatnya Jumat (29/5) lalu, mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp85,76 miliar. Sedangkan sepanjang 2020, jual bersih asing tercatat sebesar Rp11,101 triliun.
Pada kesempatan yang sama, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap III Tahun 2020 yang resmi dicatatkan di BEI. Obligasi tersebut dicatatkan dengan nilai nominal sebesar Rp260,3 miliar.
PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) memberikan peringkat AA-(idn) (Double A minus) untuk obligasi ini dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
Dengan demikian, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2020 adalah 28 Emisi dari 23 Perusahaan Tercatat senilai Rp25,06 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai dengan saat ini berjumlah 432 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp437,17 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 117 Perusahaan Tercatat.
Sementara, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 97 seri dengan nilai nominal Rp3.050,74 triliun dan US$400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 11 emisi senilai Rp9,20 triliun.
Tatanan Baru Bakal Kerek Harga
BEI juga memprediksikan new normal atau kelaziman baru akan mengerek harga saham yang selama pandemi covid-19 mengalami penurunan cukup signifikan.
"Penerapan new normal menjadi salah satu upaya pemerintah menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kalau dari sisi ekonomi pasti membaik dan positif," kata Kepala BEI Jawa Tengah II M Wira Adibrata di Solo, Jawa Tengah, seperti dikutip oleh Antara, Senin (1/6).
Ia mengatakan saat ini harga saham sudah mulai mengalami kenaikan. Menurut dia, selain merupakan dampak dari kelaziman baru, kenaikan ini terjadi karena banyak investor yang melakukan akumulasi beli.
"Ini merupakan imbas dari harga saham murah sehingga banyak investor yang berbondong-bondong membeli," ujarnya.
Meskipun belum signifikan, dikatakannya, kenaikan harga tersebut mampu mengurangi selisih diskon menjadi 30%. Ke depan, pihaknya berharap kebijakan tersebut mampu memperkecil selisih harga meski secara perlahan.
"Kalau kenaikan harga saham sendiri saat ini sekitar 15-20%. Sedangkan penurunannya jika dibandingkan dari awal tahun dengan saat ini mencapai 60%," paparnya.
Menurut dia, penurunan harga tersebut terjadi pada semua jenis saham, termasuk saham-saham unggulan.
"Memang saat ini harga naik tetapi belum bisa menyamai harga seperti di awal tahun," jelasnya.
Oleh karena itu, ia berharap penerapan perubahan perilaku yang menjadi kelaziman baru ini dapat memberikan sentimen positif terhadap pasar modal.
"Harapannya pemerintah sudah melalui perhitungan matang untuk menerapkan new normal ini sehingga dapat menggerakkan roda ekonomi kembali," tuturnya. (Fitriana Monica Sari)