12 November 2019
14:51 WIB
JAKARTA- Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan nilai ekonomi Indonesia yang selaras dengan prinsip halal atau nilai-nilai syariah sudah menembus Rp12,8 ribu triliun. Nilai tersebut sekitar 80% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang setara Rp16 ribu triliun.
Nilai ekonomi sebesar itu terbentuk dengan mengeluarkan unsur-unsur ekonomi nonhalal dari keseluruhan PDB Indonesia. Dody, dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Internasional Keuangan dan Ekonomi Moneter Syariah di Jakarta, Selasa (12/11) mengatakan, ekonomi syariah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bergerak dinamis, di tengah tantangan penetrasi dan literasi untuk bisa bersaing dengan ekonomi konvensional.
Hanya saja, ia mengakui meskipun memiliki nilai ekonomi yang cukup signifikan, Indonesia masih belum dapat mengoptimalkan potensi ekonomi syariah. Hal itu terlihat dari posisi Indonesia yang masih bertahan sebagai negara konsumen, bukan produsen, dalam rantai produksi komoditas halal di pasar global.

Selain itu, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia juga masih belum optimal dalam memperdalam pasar keuangan syariah.
"Terkait Indonesia dengan nilai PDB-nya, ukuran ekonomi syariah Indonesia capai 80% apabila dilihat bidang ekonomi dan juga keuangan yang berbasis syariah. Kami melihat banyak perubahan dan tantangan untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah," ujarnya.
Masih belum optimalnya industri keuangan syariah juga tidak lepas dari kondisi perbankan syariah yang belum bisa bersaing dengan perbankan konvensional. Aset perbankan syariah sendiri belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
"Terkait hal itu banyak inisiatif dilakukan pemerintah dan BI. Kami kembangkan tidak hanya bagaimana cara tingkatkan pembiayaan kegiatan usaha syariah tapi mengembangkan ekonomi syariah untuk Indonesia dengan pasar yang sangat besar," lanjutnya.
Menurut Dody, saat ini pengelolaan dana di industri keuangan syariah Indonesia mencapai Rp1,7 triliun. Dengan nilai itu, Indonesia berada di peringkat tiga dalam pengelolaan dana syariah di antara negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.
Pertumbuhan Baru
Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati sempat menyoroti pengembangan ekonomi syariah oleh Bank Indonesia (BI) yang disebut Gubernur BI Perry Warjiyo sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
“Saya secara khusus menyoroti tentang Indikator Kerja Utama (IKU) tentang ekonomi syariah, karena Gubernur BI sendiri menyampaikan bahwa ekonomi syariah tadi itu akan dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi baru di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi,” kata Anis.
Ia menyampaikan hal tersebut di sela rapat kerja Komisi XI DPR dengan BI yang membahas evaluasi kinerja dan pengantar Rencana Anggaran Tahunan BI di Gedung Parlemen. Menurut Anis, IKU tentang pertumbuhan ekonomi syariah yang ditargetkan BI, masih belum tercapai. Asal tahu saja, BI sejauh ini membidik pertumbuhan ekonomi syariah sebesar 6,5%, namun realisasinya masih di angka 4,8%.
“Ekonomi syariah menjadi program strategisnya BI tahun depan untuk dikembangkan. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui apa yang dilakukan untuk mencapai target tersebut,” ujar Anis.
Ia mengingatkan, Indonesia meraih skor 81,93 pada Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019. Skor itu membawa Indonesia duduk pada peringkat pertama pasar keuangan syariah global menurut Global Islamic Finance Report 2019.
“Kita telah berada di posisi pertama, yang sebelumnya ditempati Malaysia. Untuk itu, penting mengetahui program yang akan dijalankan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia,” tuturnya.

Menurut Anis, hal lain yang menjadi alasan perlunya pemerintah memberikan perhatian terhadap ekonomi syariah, karena ekonomi syariah khususnya perbankan syariah telah terbukti sangat diminati oleh perbankan.
“Banyak bank konvensional yang membuka unit syariah sebagai salah satu unit usahanya. Demikian juga dengan produk halal bahkan wisata kuliner halal yang merupakan bagian dari industri ekonomi syariah mulai berkembang dan memperngaruhi ekonomi nasional,” imbuhnya.
Oleh karena itu Anis meminta BI lebih memperhatikan sektor ekonomi syariah dengan meningkatkan kinerjanya sehingga menjadi industri yang kuat menopang perkembangan ekonomi nasional. (Faisal Rachman)