25 Juni 2020
09:52 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional mendorong para diaspora Indonesia di Australia untuk memanfaatkan potensi bisnis dari implementasi Indonesia-Australia Comprehensive Partnership Agreement pada 5 Juli mendatang.
Dirjen PEN Kemendag, Kasan meyakini sejumlah produk akan mendapatkan bea masuk yang lebih rendah, bahkan hingga 0% sehingga menjadikan barang-barang asal Indonesia lebih kompetitif.
“Peran serta diaspora ini tentunya akan mendorong kinerja ekspor nasional. Upaya mencari peluang pasar ekspor, terutama di tengah pandemi covid-19 harus terus kita garap dengan serius,” kata Kasan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (25/6).
Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia, Noviani Vrisvintati berharap semua pihak dapat membuka wawasan dalam rangka pembinaan peningkatan kapasitas SDM di bidang ekspor-impor, khususnya dalam hal ini pemanfaatan skema IA-CEPA.
Sementara itu, Konsul Jenderal di Sydney, Hery Subolo meyakini konsep IA-CEPA akan meningkatkan akses pasar dan investasi di kedua negara.
Beberapa produk yang potensial untuk ditingkatkan ekspornya ke Australia, yakni otomotif, kayu dan turunannya, termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, elektronik, hingga produk makanan.
"Selain itu, dapat juga ditingkatkan kerja sama ekspor ke negara ketiga melalui skema economic powerhouse," terang Hery.
Baca Juga:
Menilik catatan Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia-Australia pada kuartal I 2020 menyentuh angka US$2,4 miliar. Dari angka itu, nilai ekspor nonmigas mencapai US$687 juta. Sementara itu, total perdagangan Indonesia-Australia sepanjang 2019 mencapai US$7,8 miliar.
Lima produk ekspor unggulan ke Australia pada kuartal I 2020 antara lain logam emas senilai US$33,17 juta, kayu US$31,8 juta, aplikasi penerima untuk televisi yang menyentuh US$24,4 juta, karet dan ban sebesar US$18,4 juta, hingga cokelat, minyak, dan lemak yang menyentuh US$16,8 juta.
Sementara lima produk terbesar yang diimpor dari Australia ialah gula dan gula tebu mentah mencapai US$207,6 juta, batu bara US$195,7 juta, bijih besi dan konsentrat senilai US$126,36 juta, sapi US$121,56 juta, serta seral dan gandum senilai US$83 juta. (Yoseph Krishna)