c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

11 Desember 2020

21:00 WIB

Riset: Seluruh Emiten Konstruksi Tak Mampu Kalahkan IHSG

Dalam riset terbaru Lifepal, ternyata tidak ada emiten konstruksi yang performanya di atas IHSG maupun Indeks Properti, Real Estate, dan Building Construction atau JKPROP

Riset: Seluruh Emiten Konstruksi Tak Mampu Kalahkan IHSG
Riset: Seluruh Emiten Konstruksi Tak Mampu Kalahkan IHSG
Sejumlah kendaraan melintas di bawah konstruksi jalur LRT Jabodebek rute Cawang-Cibubur di Jakarta Timur, Selasa (5/3/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

JAKARTA - Pandemi covid-19 memperlihatkan ketersediaan dan fungsi infrastruktur digital menjadi sangat penting dan strategis. Dengan demikian, belanja infrastruktur diarahkan untuk penguatan infrastruktur digital dan mendorong efisiensi logistik dan konektivitas.

Hal itu pun diwujudkan dalam postur sementara Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN Tahun 2021 pada bulan September lalu.

"Meski mengalami penurunan menjadi Rp414 triliun dibanding tahun 2020 yang mencapai Rp419,2 triliun, dana alokasi pembangunan infrastruktur tahun 2021 masih lebih besar daripada dana tahun 2019 yang hanya sebesar Rp399,7 triliun," tulis Data Analyst Lifepal, Aldo Jonathan melalui siaran pers, Jumat (11/12).

Terlepas dari adanya sentimen tersebut, Lifepal dalam riset terbarunya justru menemukan bahwa ternyata tidak ada emiten konstruksi yang performanya di atas Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

"Lifepal menemukan, ternyata tidak ada emiten yang performanya di atas IHSG maupun Indeks Properti, Real Estate, dan Building Construction (JKPROP)," ujar Aldo.

Lebih lanjut, hingga triwulan III-2020, data Produk Domestik Bruto atau PDB yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik atau BPS menunjukan bahwa secara tahunan (yoy), sektor konstruksi masih mengalami penurunan.

Pada triwulan II-2020, sektor konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar minus 5,39% (yoy). Sementara itu, pada triwulan III-2020, sektor konstruksi juga masih mencatatkan pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar minus 4,52%.

Emiten Konstruksi
Berdasarkan grafik yang diolah Lifepal menunjukan bahwa kinerja pergerakan harga semua emiten konstruksi kalah dengan performa IHSG dan Indeks Properti, Real Estate, dan Building Construction.

Beberapa emiten konstruksi yang disertakan dalam riset tersebut berstatus BUMN. Mereka adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

PTPP bergerak di bidang jasa konstruksi, real estate (developer), properti dan investasi di bidang infrastruktur dan energi.

BUMN lainnya, WIKA bergerak di bidang industri konstruksi, industri manufaktur, industri konversi, persewaan, jasa agensi, investasi, agroindustri, energi terbarukan dan energi konversi.

Kemudian, perdagangan, teknik, pengadaan, konstruksi, (area zona industri), peningkatan kapasitas layanan di bidang konstruksi, teknologi informasi untuk layanan teknik dan perencanaan, dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

Sementara itu, Waskita Karya adalah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang jasa konstruksi, industri, real estat, dan perdagangan.

Juga BUMN, Adhi Karya adalah sebuah perusahaan Indonesia yang bergerak dalam jasa konstruksi, pembangunan infrastruktur, properti, real estate dan EPC atau engineering, procurement & construction.

Proyek-proyek infrastrukturnya mencakup jalan, jembatan, saluran irigasi, pembangkit listrik dan pelabuhan. Sementara, proyek-proyek konstruksi bangunannya mencakup gedung pencakar langit, hotel, rumah sakit, dan sekolah.

"Riset Lifepal menemukan, ADHI mencatatkan penjualan dengan penurunan relatif paling sedikit di antara emiten BUMN lainnya, meski kinerjanya tak sebaik emiten konstruksi BUMN WSKT dan WIKA," ungkap Aldo.

Namun, lanjut dia, penjualan ADHI sedikit menurun pada triwulan III-2020 ini. Tercatat penurunan tersebut mencapai 5,72% dibandingkan triwulan III-2019.

Sedangkan dari segi laba komprehensif, ADHI mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan dari yang sebesar Rp80,16 miliar pada triwulan III-2019, naik menjadi Rp351,86 miliar pada triwulan III-2020.

"Meskipun performa keuangan dari Adhi Karya cenderung lebih baik, namun dalam pergerakan harga dari Desember 2016 sampai November 2020, kinerja saham ADHI tercatat minus 49,07%, masih lebih rendah ketimbang WSKT yang hanya minus 37,72% dan WIKA yang minus 33,72% pada jangka waktu yang sama," tutupnya. (Fitriana Monica Sari)

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar