c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

18 Februari 2019

15:33 WIB

Relokasi Pabrik, Asahimas Produksi 420 Ribu Ton Kaca Lembaran

Dengan beroperasinya tungku PT Asahimas Flat Glass Tbk, kapasitas produksi terpasang industri kaca lembaran nasional meningkat menjadi 1,34 juta ton per tahun dari sebelumnya 1,13 juta ton

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Relokasi Pabrik, Asahimas Produksi 420 Ribu Ton Kaca Lembaran
Relokasi Pabrik, Asahimas Produksi 420 Ribu Ton Kaca Lembaran
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melakukan firing ceremony tanda peresmian pabrik kaca lembaran terintegrasi PT Asahimas Flat Glass di Cikampek, Jawa Barat, Senin (18/2). Istimewa/dok

CIKAMPEK – Pabrik kaca lembaran terintegrasi PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) yang baru di Cikampek, Jawa Barat, resmi dibuka, Senin (18/2). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi pembukaan pabrik baru AMFG ini lantaran kapasitas produksinya bertambah menjadi 420 ribu ton per tahun.

“Kita menyaksikan peresmian pabrik baru di Cikampek ini bukan hanya sekadar relokasi, tetapi perluasan dan peningkatan kapasitas pabrik kaca lembaran menjadi sebesar 420 ribu ton per tahun. Selain itu menyerap tenaga kerja, sebanyak 3.000 orang,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/2).

Asahimas mengawali pembangunan konstruksi pabrik di Ancol pada tahun 1970 dengan produksi pertama sebanyak 36 ribu ton kaca lembaran pada tahun 1973.

Dengan peningkatan kapasitas produksi lewat pabrik baru di Cikampek, total kapasitas produksi kaca lembaran yang dihasilkan PT. Asahimas Flat Glass menjadi 720 ribu ton per tahun. Di samping pabrik di Cikampek, Ahasimas memiliki pabrik di Sidoarjo dengan kapasitas sebesar 300 ribu ton per tahun.

Selain memproduksi kaca lembaran, pabrik PT. Asahimas Flat Glass di Cikampek juga menghasilkan kaca cermin sebanyak 6,8 juta ton per tahun. Serta, kaca pengaman sejumlah 5,8 juta ton per tahun. 

Pabrik baru ini berada lebih dekat dengan sentra produksi otomotif, yang cukup besar menyerap produk kaca hasil produksi AMFG.

“Untuk itu, kami memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada PT. Asahimas Flat Glass atas eksistensi dan integritasnya dalam membangun industri kaca nasional,” lanjut Airlangga.

Saat ini, dengan beroperasinya tungku PT Asahimas Flat Glass Tbk, Airlangga memperhitungkan kapasitas produksi terpasang industri kaca lembaran nasional meningkat menjadi 1,34 juta ton per tahun. Sebelumnya, total produksi mencapai 1,13 juta ton per tahun.

Ia melanjutkan, hasil produksi kaca nasional yang meliputi kaca lembaran, kaca pengaman, dan kaca cermin atau dekoratif, 70%-nya diserap kebutuhan dalam negeri. Sementara 30% diekspor ke berbagai negara, seperti Timur Tengah, Afrika, Oceania, Eropa, Amerika Serikat dan Asia. Total nilai ekspor kaca pun terbukukan sebesar US$113 juta pada tahun 2018.

Permintaan kaca lembaran dunia, papar Airlangga, tumbuh kurang lebih 6,6% per tahun, bahkan pada tahun 2018 permintaan tercatat mencapai 10 miliar meter persegi atau senilai US$102 miliar.

Airlangga menambahkan, wilayah Asia-Pasifik merupakan pasar regional terbesar kaca lembaran yang diperkirakan mencakup 50% dari permintaan dunia.

Sejumlah industri dalam negeri yang menyerap produk industri kaca, Airlangga sebut, paling banyak oleh industri properti sebesar 65%. Kemudian disusul industri otomotif 15%, furnitur 12%, serta industri lainnya 8%.

“Peluang untuk memperbesar pasar dalam negeri tetap sangat terbuka, mengingat penduduk Indonesia yang telah mencapai 260 juta penduduk dan seiring dengan tumbuhnya pekerja usia produktif yang membutuhkan perumahan,” ujar Airlangga.

Peluang dimaksud juga, kata Airlangga, terlihat dengan tumbuhnya kinerja industri alat angkutan yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,24% (yoy). Kemudian dengan giatnya pemerintah membangun pengadaan light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT), Airlangga berharap akan berdampak baik pada pengadaan lokomotif dan kereta api.

Sementara itu, Presiden Komisaris PT. Asahimas Flat Glass Mucki Tan menyebutkan Asahimas merupakan produsen kaca pertama di Indonesia. Menurutnya, seiring perkembangan ekonomi di Indonesia yang positif dan permintaan kaca yang terus meningkat, Asahimas harus mendongkrak kapasitasnya.

“Dengan keterbatasan fasilitas di pabrik Ancol, pada 1995 kami mulai merencanakan untuk merelokasi fasilitas produksi. Hal tersebut ditandai dengan membangun pabrik kaca otomotif yang selesai pada tahun 2003,” imbuhnya.

Ditambah dengan fasilitas baru pada tahun 2016, Tan menjabarkan, kapasitas produksi Asahimas saat ini meningkat 55%. Rampungnya pembangunan fasilitas ini juga disebutkan telah membuat pabrik-pabrik kaca Asahimas terintegrasi.

Sekarang pun, kata Tan, Asahimas sudah memanfaatkan teknologi semiotomatis yang ditandai dengan penggunaan robot dan peralatan digital, serta diperkenalkannya konsep smart factory.

“Ini artinya kami memulai pijakan menuju revolusi industri 4.0,” papar Tan.

Sebelumnya, saat bertemu Airlangga pada pertengahan 2017 lalu, CEO Asahi Glass Co. Ltd (AGC) Jepang, Takuya Shimamura menyebutkan total investasi Asahimas telah mencapai setidaknya US$1,5 miliar dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk di dalamnya, total investasi  proyek relokasi PT Asahimas Flat Glass Tbk yang diperkirakan mencapai US$167 juta. Juga, pembangunan pembangkit listrik dan pabrik kimia senilai US$400-500 juta.

“Total ekspansi kami terhitung dalam 3-4 tahun belakangan ini sudah US$1,5 miliar. Pabrik kimia saja sekitar US$1 miliar,” sebut Shimamura saat itu, dikutip dari siaran pers Kemenperin.

Namun, terkait penambahan kapasitas produksi ini, Shimamura sempat mengeluhkan kesulitan mendapat pasokan bahan baku untuk memproduksi kaca. Sebagai informasi, ketika kelangkaan garam merebak pada pertengahan 2017, Asahimas sempat mengalami kekurangan stok garam selama tiga minggu. Garam tersebut digunakan untuk memproduksi soda kostik sebagai bahan baku kaca.

Kemenperin pun menjawab akan terus memacu ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri sehingga tidak terkendala dalam proses produksinya. Airlangga menyebutkan jika produksi lancar, industri akan mengalami peningkatan nilai tambah, menambah lebih banyak tenaga kerja, dan penerimaan devisa.  

“Industri kaca merupakan sektor yang potensial, karena sudah mampu ekspor,” tegasnya.

Diketahui, pabrik kaca AMFG pindah ke Cikampek karena usia pabrik sebelumnya yang di Ancol telah mencapai umur ekonomis, lantaran beroperasi sejak 1973. Kemudian, pabrik lama yang berlokasi di Ancol terkena perubahan zona peruntukan tanah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Dasar Tata Ruang (RDTR). Di mana, lokasi pabrik kaca AMFG peruntukannya berubah dari industri menjadi zona perkantoran, perdagangan, dan jasa. (Zsazya Senorita)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar