24 Juli 2017
11:33 WIB
DENPASAR-Industri tekstil Bali mengalami peningkatan permintaan luar negeri. Perolehan devisa, akibat kenaikan ini, mencapai 22,04 persen dari bulan yang sama di tahun sebelumnya. PasarHong Kong menyerap paling banyak barang-barang rajutan dari Bali, yang mencapai 25,91 persen dari total pengapalan senilai 1,358 juta dolar AS selama bulan Mei 2017.
Pakaian jadi bukan rajutan hasil usaha kecil skala rumah tangga itu, mampu memberikan andil sebesar 12,25 persen dari total ekspor Bali sebesar 50,84 juta dolar AS
"Barang-barang rajutan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali banyak menembus pasaran luar negeri, setelah Hong Kong menyusul Amerika Serikat menyerap 21,82 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Senin (24/7).
Adi Nugroho sebagaimana diberitakan Antara, menjelaskan, pengapalan barang-barang rajutan itu mampu menghasilkan devisa sebesar 1,358 juta dolar AS selama bulan Mei 2017. Ini artinya ada peningkatan 36.870 dolar AS atau 2,79 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumny. Di Mei 2016, sektor yangsa ma menghasilkan 1,321 juta dolar AS.
Selain Hong Kong, produksi rumaha ini diserap pula pasaran Singapura 20,32 persen, Australia 9,23 persen, Jepang 3,44 persen, China 0,94 persen, Jerman 0,88 persen, Prancis 0,33 persen, Belanda 0,43 persen, dan Spanyol 1,21 persen. Sedangkan sisanya 15,49 persen menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena barang-barang rajutan itu sangat diminati konsumen luar negeri
Meski mengalami kenaikan di permintaan barang rajutan, perolehan devisa bulan Mei 2017 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Ekspor senilai 1,358 juta dolar AS diperoleh kini. Sebelumnyam, di bulan April 2017diperoleh devisa sebesar 1,419 juta dolar AS. Artinya ada penurunan sebesar 60.766 dolar AS atau 4,27 persen.
Posisi Hong Kong yang kini mendominasi, sebelumnya dipegang AS, yang menyerap paling banyak pakaian jadi bukan rajutan tersebut yakni 24,23 persen. Kedua adalah Singapura dengan angka permintaan 11,08 persen, Australia 8,87 persen, Hongkong 6,91 persen dan Prancis 6,27 persen.
Industri kerajinan rajutan ini merupakan bagian dari upaya warga yang didukung Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali dengan pelatihan desain melibatkan perajin maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM) .
Diantara materi yang diberikan adalah melaksanakan lima jenis pelatihan, yakni;pelatihan disain dan diversifikasi produk tenun, pencelupan benang sutra, tenun endek dan kerajinan tenun songket. (Rikando Somba)