c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

30 Oktober 2019

13:36 WIB

Pertamina Rosneft Teken Kontrak Desain Kilang Tuban

Kilang Tuban didesain untuk memiliki kapasitas pengolahan utama hingga 15 mmta  

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Pertamina Rosneft Teken Kontrak Desain Kilang Tuban
Pertamina Rosneft Teken Kontrak Desain Kilang Tuban
Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban, Jawa Timur. ANTARA FOTO

JAKARTA – PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia yang merupakan usaha patungan antara Pertamina dan Rosneft PJSC, telah menandatangani perjanjian dengan Spanish Tecnicas Reunidas SA untuk melaksanakan Basic Engineering Design (BED) dan Front-End Engineering Design (FEED). Pelaksanaan BED dan FEED sendiri terkait proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur.

“Kilang Tuban rencananya akan mulai berjalan pada tahun 2025. Dan dari titik inilah, klaster industri kimia baru akan tercipta di Tuban,” ujar VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/10).

Kilang Tuban diklaim menjadi penopang bisnis Pertamina ke depannya sebagai bagian dari New Grass Root Refinery (NGRR) yang dibangun Pertamina. Kilang ini akan memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri maupun untuk menghasilkan produk petrokimia yang bernilai tinggi.

Kilang Tuban didesain untuk memiliki kapasitas pengolahan utama hingga 15 mmta. Sebagian di antaranya akan mengolah Petrokimia seperti produk Etilen sebanyak 1 mmta dan hidrokarbon aromatik sebanyak 1,3 mmta.

Nantinya dengan keberadaan kilang ini ditambah proyek kilang lainnya, Indonesia diprediksi tidak perlu mengimpor BBM Lebih dari itu, Pertamina bisa memasok produk hasil olahannya yang berlebih ke pasar komersial.

“Hal ini tentunya menjadi perhatian utama perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja dan kesejahteraan Indonesia,” lanjutnya.

Hal itulah yang kemudian mendorong Pertamina dan Rosneft bersepakat mengembangkan konsep kompleks kilang dan petrokimia yang memiliki daya saing yang tinggi. Pabrik tersebut bahkan nantinya diprediksi menjadi salah satu kilang dengan teknologi tercanggih di dunia dengan indeks kompleksitas Nelson mencapai 13.1. 

PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia merupakan joint venture yang telah dibentuk sejak Oktober 2016 dengan kepemilikan saham Pertamina sebanyak 55% dan Rosneft 45%. Usaha patungan dua perusahaan migas ini disebut dibentuk dengan melihat kondisi pasar dan prospek pertumbuhan Indonesia yang menjanjikan.

Fajriyah mengungkapkan, bagi pihaknya, penandatanganan kali ini merupakan tonggak penting atas kemajuan proyek Kilang Tuban. Penandatanganan dilakukan BED dan FEED sudah dilakukan di Moskow, Rusia Senin (28/10).

Pemerintah Indonesia disebutnya memberikan dukungan penuh pada proyek tersebut. Bentuknya mulai dari penyediaan infrastruktur yang diperlukan maupun kebutuhan lainnya.

Hingga kini kapasitas pengolahan petrokimia Pertamina hanya sebesar kurang lebih 700 kiloton per annum (ktpa). Kapasitasnya diyakini bertambah secara bertahap seiring hadirnya dua kilang baru, yaitu Tuban dan Bontang. Ada pula tambahan pasokan dari empat kilang eksisting hasil revitalisasi, yakmo kilang Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai) Jika semua sudah rampung, pada tahun 2026 produksi Petrokimia Pertamina ditargetkan mencapai sekitar 6.600 ktpa.

Kilang Cilacap
Pengembangan kilang pengolahan minyak di Cilacap, Jawa Tengah, sendiri disebut akan terus didorong agar bisa rampung paling lambat akhir tahun ini. Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan telah membahas masalah ini dalam pertemuannya dengan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, pada Selasa pagi kemarin di Kementerian ESDM.

"Kami upayakan tahun ini kalau bisa sudah ada kesepakatan 'agreement'-nya. Ini sedang kami 'push' (dorong)," kata Erick ditemui di Kemenko Kemaritiman dan Investasi Jakarta, melansir Antara, Selasa (29/10).

Ia mendorong kesepakatan bisa tercapai karena proyek tersebut telah tertunda hingga 5 tahun. Meski terus molor, saat ini belum ada perubahan strategi sehingga kerja sama akan tetap dilanjutkan dengan perusahaan migas asal Arab Saudi itu.

"Kan memang ada pembicaraan khusus dua negara, yakni Saudi Arabia dan Indonesia. Sebagaimana juga kereta cepat (Jakarta–Bandung) dengan China. Itu jadi salah satu hal yang mesti kami cari solusinya," katanya.

Erick mengaku saat ini kedua pihak hanya bisa menunggu hasil valuasi. Pertamina dan Saudi Aramco telah sepakat bersama-sama melibatkan reputable financial advisor sebagai valuator ketiga dalam rangka finalisasi valuasi dan skema kerja sama.

“Sampai Desember kami lihat, sepakat atau tidak. Kalau tidak, kami cari alternatif lain. Bisa mencari alternatif lain, tapi kami usahakan yang sudah disepakati oleh kedua negara," katanya menegaskan kerja sama tetap dengan Aramco.

PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco, perusahaan migas asal Arab Saudi, hingga kini masih membahas valuasi proyek kerja sama pengembangan kilang pengolahan minyak di Cilacap, Jateng. Kerja sama Pertamina dan Saudi Aramco di Cilacap yang digagas sejak 2014 belum berjalan karena terhambat perbedaan valuasi kedua belah pihak. Joint venture development agreement antara Pertamina dan Saudi Aramco telah diperpanjang dari Juni 2019 menjadi September 2019. (Bernadette Aderi)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar