16 Juli 2020
09:50 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) melepaslayarkan atau sail away Anjungan KLD mulai Rabu (15/7) kemarin.
Lapangan KLD diproyeksikan untuk memproduksi gas 15 MMSCFD dan kondensat 500 BCPD yang diharap bisa meningkatkan produksi migas bagi PHE ONWJ.
Sailaway ini merupakan salah satu milestone penyelesaian tahapan fabrikasi yang akan dilanjutkan dengan kegiatan offshore installation dan hook up dalam waktu dekat.
PHE ONWJ melaporkan, pengembangan yang sudah rampung 60,15% sejak 3 Juli 2020 tersebut belum mencatatkan major incident atau berhasil mencatatkan Zero LTI (lost time incident). Begitu pula dengan high potential major incident (HiPo) dan TRIR yang juga mencatatkan angka 0.
Proyek pengembangan Lapangan KLD di PHE ONWJ berjalan sejak 2 April 2019, yang eksekusinya dimulai dengan detail engineering yang melibatkan kontraktor EPCI, yakni PT Meindo Elang Indah.
Perusahaan tersebut memegang masa kontrak Proyek Pengembangan Lapangan KLD mulai 2 April 2019 hingga berakhir pada 1 Oktober 2021, sebagai kontraktor. Dengan nilai kontrak sebesar US$23,79 juta (belum termasuk pajak).
Project Manager KLD Tonny Soeharsono menyebutkan bahwa jadwal Proyek Pengembangan Lapangan KLD masih sesuai rencana, bahkan lebih cepat dari target yang ditentukan.
Proyek dikerjakan sejak 2 April 2019 untuk selesai fabrikasi pada 2 Desember 2019, namun selesai lebih cepat sehingga pada 12 September 2019 tim sudah mulai 1st cut di Handil yard Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Sekarang kita dalam fase 3, dimana fabrikasi sudah selesai dan nanti diharapkan rencana completion dari KLD platform ini adalah 14 September 2020 saat ini kami sedang on going dan target dari keseluruhannya menurut rencana yang ada di AFE atau FID kami melakukan startup pada akhir Maret 2021,” papar Tonny Soeharsono secara daring, Rabu (15/7).
Dalam lingkup kerjanya, PHE ONWJ membangun anjungan kaki satu lepas pantai atau braced monopod, termasuk fasilitas di dalamnya. Di situ, mereka menyambung 10” pipa bawah laut sepanjang 3,5 kilometer dari anjungan KLD ke anjungan KLB, yakni anjungan existing PHE ONWJ.
Tim juga memodifikasi anjungan existing meliputi pemasangan Pig Receiver baru dan memodifikasi ESD System dari KLB serta modifikasi MTU di KLA.
“Sebelum pelaksanaannya, kita akan melakukan sertifikasi agar anjungan baru yang kita bangun layak untuk beroperasi,” imbuh Tonny.
Ia juga menjelaskan bahwa initial engineering telah rampung sejak akhir 2019, sementara pembangunan fabrikasi selesai akhir Juni 2020 kemarin. Saat load out jacket & topside telah dilakukan pada 30 Juni 2019, anjungan KLD hari ini siap melakukan sail away.
“Load out dengan posisi anjungan sudah duduk manis di atas cargo bus di Handil yard. Siap untuk di-sail away,” kata Tonny.
Secara korporasi, ia menyebut bahwa proyek ini dapat mempekerjakan hingga 600 orang di offshore selama 45-50 hari. Diperkirakan dari pertengahan Juli sampai akhir Agustus 2020.
Rencananya pada 18 Juli 2020, PHE akan melakukan mobilisasi personil kedua kurang lebih sekitar 300 orang yang akan mengerjakan growth brownfield di anjungan KLB atau existing.
“Rencananya kita akan melakukan instalasi topside, kita akan melakukan penggelaran pipa dulu, dan nanti kita akan melakukan isolasi topside-nya” sambungnya.
Setelah itu tim berencana melakukan modifikasi di dalam brownfield-nya dan diharapkan selesai pada minggu keempat Agustus sehingga Anjungan bisa diserahkan kepada tim drilling untuk mulai proses final hook up.
“Sehingga setelah itu kita harapkan kita bisa melakukan final hookup di sekitar bulan Desember 2020,” ujar Tonny.
SKK Migas pun mengapresiasi pencapaian yang diraih PHE ONWJ dalam pelaksanaan Proyek Pengembangan Lapangan KLD yang status perkembangannya ahead schedule di tengah masa pandemi.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, menyadari bahwa pelaksanaan fase instalasi hook up dan commissioning akan menghadapi tantangan teknis dan administrasi dalam masa pandemi ini. Namun SKK Migas menyatakan mendukung PHE ONWJ untuk menghadapi tantangan tersebut dengan bersedia bekerja sama membantu.
“Kami berharap capaian yang membanggakan ini dapat memberikan dampak positif pada penambahan produksi migas dan dalam jangka panjang akan menopang upaya mencapai produksi 1 juta barrel di 2030 untuk mewujudkan ketahanan energi nasional,” kata Dwi.
Sekadar tambahan, proyek dengan alokasi biaya US$35,42 juta ini memiliki potensi cadangan mencapai 1.6 mmbc dan 30.7 BCF (6.9 MMBOE).
Sementara Dirut PHE Subholding Upstream Budiman Parhusip mengapresiasi pelaksanaan fabrikasi anjungan KLD oleh Meilindo Elang Indah yang tidak mencatatkan kecelakaan kerja atau LTI sama sekali.
“Jadi ini suatu hal yang sangat baik. Terutama tantangan yang kita hadapi saat ini di masa pandemi covid-19 ini bahwa pelaksanaan pekerjaan fabrikasi ini berjalan dengan baik dengan melakukan protokol kesehatan,” tambahnya. (Zsazya Senorita)