31 Mei 2019
09:00 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Hingga kini aturan mengenai kendaraan listrik masih belum tuntas, padahal sudah dijanjikan sejak 2017. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menjanjikan Peraturan Presiden (Perpres) terkait kendaraan listrik bisa rampung setelah Lebaran 2019. Perpres kendaraan listrik akan mengatur sejumlah ketentuan insentif untuk mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia.
Ia mengklaim, draf Pepres sudah sampai ke Kementerian Sekretariat Negara setelah Kemenko Kemaritiman menandatanganinya. Hanya saja, ia lanjutkan, sirkulasi dari birokrasinya yang sedang dalam proses penyelesaian.
"Pepresnya saya kira sudah selesai. Dari kantor saya sudah paraf, sudah ke Sekneg (Sekretariat Negara), tinggal sirkulasi saja. Kita harap selesai Lebaran," tutur Luhut di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (31/5).
Seperti diketahui, pemerintah saat ini tengah melakukan upaya untuk terus mengembangkan kendaraan listrik. Rencana ini dilakukan melihat potensi mineral seperti nikel dan kobalt yang dimiliki Indonesia. Kedua bahan itu merupakan salah satu bahan baku baterai untuk kendaraan listrik.
Beberapa peraturan mulai disusun hingga dapat mendukung investasi di bidang itu. Adapun Perpres mengenai kendaraan listrik itu sedianya diharapkan rampung akhir 2017. Namun, hingga awal 2019 belum juga terealisasi.
Secara umum pada tahun 2018, berdasarkan data BKPM, investasi yang mengalir ke industri kendaraan bermotor dan alat transportasi dari dalam negeri sebesar Rp1,84 triliun. Kemudian, jumlah masuknya investasi ke sektor ini dari asing sebanyak US$971,32 juta pada periode yang sama.
Mantan Menko Polhukam itu juga menambahkan upaya diversifikasi sumber energi sebagai pengganti BBM memang harus segera dilakukan. Sebab diperkirakan pada 2024 kebutuhan BBM nasional akan mencapai 1,8 juta barel. Sementara produksi dalam negeri hanya 800 ribu barel per hari.
“Jadi kita harus kompensasi dari mana saja, energi baru terbarukan, listrik, apa saja. Kalau tidak ya kita energinya darimana," tukasnya.
Pemerintah sendiri sebenarnya sudah melakukan kajian melalui kerja sama dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, dan beberapa universitas lainnya.
Salah satu isi kajian itu menjelaskan perbedaan kendaraan konvensional dengan sistem hybird dan plug in hybrid. Hasilnya, teknologi hybrid bisa menghemat bahan bakar sebanyak 50% dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak.
Apabila kendaraan berbahan bakar minyak menempuh jarak 12 kilometer per liter, kendaraan hybrid dapat mencapai 22—23 kilometer dengan bahan bakar yang sama. Sementara itu, plug in hybrid bahkan bisa menghemat 72% penggunaan bahan bakar.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah berkelakar dengan Luhut terkait lambatnya beleid kendaraan listrik yang tak kunjung rampung itu. Menurut Jonan, pemerintah kalah dari PT Blue Bird Tbk yang telah lebih dulu memperkenalkan layanan taksi listriknya.
Padahal, pemerintahlah yang sebelumnya menantang perusahaan taksi itu untuk bisa menggunakan kendaraan listrik. Namun, hingga sampai taksi listrik telah beroperasi, aturan dari pemerintah belum juga rampung. Perpres kendaraan listrik sendiri nantinya akan mengatur sejumlah ketentuan insentif untuk mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia.
"Pemerintah malu, setahun bikin Perpres tapi keduluan oleh Bluebird yang sudah beli mobilnya. Pak Menko (Luhut) juga ngomong dengan saya, memang beli mobil lebih cepat daripada bikin Perpres," kata Jonan, beberapa waktu lalu.
Sudah Beroperasi
Meski belum didukung regulasi, kendaraan listrik sudah mulai mengaspal di dalam negeri. PT Angkasa Pura II (AP II) bersama Bluebird menghadirkan layanan taksi listrik di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan beroperasi taksi listrik Blue Bird semakin menegaskan konsep "eco-airport" di Terminal 3 Soekarno-Hatta.
"Keberadaan taksi listrik Blue Bird tentu saja membuat Terminal 3 semakin dikenal sebagai eco-airport. Sekaligus juga meningkatkan daya saing dan imej Bandara Soekarno-Hatta," ujarnya dalam keterangan, di Jakarta, Kamis (30/5).
Dia meyakini bahwa kehadiran taksi listrik ini juga membuat standar pelayanan bandara meningkat ke level yang lebih tinggi khususnya di sektor transportasi publik. Kerja sama antara AP II dan Blue Bird dalam menghadirkan taksi listrik ini lanjut dia, diharapkan dapat menjadi stimulus agar konsep eco-airport. Jadi selanjutnya konsep ini dapat menyentuh lebih luas lagi ke sektor lainnya di Bandara Soekarno-Hatta.
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Noni Purnomo mengatakan bahwa pihaknya sangat bangga atas dijalankannya program ini. Kerja sama dengan AP II ini dilakukan untuk memperkenalkan kendaraan listrik Bluebird kepada khalayak publik. Di samping itu program ini juga menawarkan sebuah pengalaman yang unik dalam bepergian dengan kendaraan listrik.
Noni mengatakan, pihaknya berharap adanya armada taksi listrik kami di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dapat menjadi salah satu bentuk dukungan dari Bluebird. Tujuannya adalah agar implementasi menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai Eco-Airport yang dilakukan oleh AP II bisa tercapai.
"Kerja sama ini dapat terealisasikan seiring dengan kesamaan visi antara kedua perusahaan dalam mendukung kelestarian lingkungan, yang dimulai dari langkah kecil,” kata dia.
Melalui kerja sama ini, kendaraan taksi listrik baik Bluebird dan Silverbird akan hadir dan tersedia di area Kedatangan Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk melayani para penumpang.
Terkait dengan eco-airport, saat ini Terminal 3 telah mengimplementasikan Intelligence Building Management System. Teknologi itu menjaga agar Terminal 3 beroperasi sebagai eco-airport dengan mengatur pengeluaran air, penggunaan listrik, dan sebagainya.
Sistem lainnya adalah rain water system yang bisa memanfaatkan air hujan untuk digunakan sebagai air bersih. Terminal 3 juga memiliki teknologi recycle water system yang mampu mengolah air toilet untuk kembali menjadi air toilet, sehingga dapat menghemat penggunaan air.
Perusahaan Grab juga akan meluncurkan layanan inovasi mobil listrik di Indonesia, menyusul Blue Bird. Sejauh ini, pimpinan perusahaan Grab sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan layanan terbaru ini sesuai regulasi. Harapannya, respons positif.
Berdasarkan penuturan Executive Director Grab Indonesia, Ongki Kurniawan, penggunaan layanan kendaraan mobil listrik oleh perusahaan Grab baru dilaksanakan di Singapura. Sejumlah 100 mobil listrik sudah dioperasikan di lalu lintas jalan oleh perusahaan tersebut. Grab juga sudah menyediakan lebih dari 30 titik tempat pengisian bahan bakar. (Agil Kurniadi, Bernadette Aderi)