26 Februari 2021
19:23 WIB
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia optimistis industri makanan-minuman tumbuh positif. Proyeksi pertumbuhan tahun ini jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya yang anjlok lebih dari separuhnya.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman meyakini, industri mamin nasional bakal tumbuh pesat di kisaran 5-7% pada 2021. Beragam katalis positif di dalam negeri mengiringi pertumbuhan positif yang ditargetkan, terutama berkaitan dengan pemulihan pasca pandemi.
"Data PMI Januari 2021, kisaran 52,2 poin bisa diartikan kondisi (industri) semakin normal. Kami juga memastikan dan meyakini persiapan lebaran sudah cukup banyak dilakukan industri kecil-menengah (pangan)," katanya dalam webinar 'UKM Pangan Masa Depan Perekonomian Indonesia Pasca Pandemi', Jakarta, Jumat (26/2).
Informasi tambahan, BPS 2020 mencatat pertumbuhan industri mamin masih tumbuh tipis 1,58% akibat terpaan Covid-19. Meski positif, pertumbuhan ini jauh lebih rendah daripada pertumbuhan di sektor serupa selama periode 2017-2019 di kisaran 7,78% sampai 9,23%.
Hal tersebut tidak mengherankan, karena pengeluaran konsumsi rumah tangga selama 2020 melambat signifikan menjadi -2,63% dibandingkan tahun sebelumnya di kisaran 5,04%. Tercermindari penjualan eceran (-12,03%), impor barang konsumsi (-10,93%) serta penjualan wholesale mobil (-50,49) dan sepeda motor (43,54%).
Kendati, lanjutnya, prediksi lembaga keuangan dunia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional 2021 sekitar 4-5%, menjadi angin segar bagi seluruh di seluruh lini industri mamin.
"Survey anggota Gappmi, ternyata luar biasa optimismenya hampir 83%. Sehingga kami yakin 2021 lebih baik dari 2020. Apalagi, ditunjang vaksinasi dan insentif pemerintah yang sudah direalisasi pada 2020," katanya.
Khusus pemulihan nasional atau PEN 2021, UMKM dan korporasi mendapat alokasi bantuan sebanyak Rp186,81 triliun. Yang difokuskan untuk subsidi bunga UMKM Rp31,95 triliun, BPUM Rp17,34 triliun, subsidi IJP Rp8,51 triliun, PMN BUMN, LPEI, dan LPI Rp58,76 triliun, penempatan dana Rp66,99 triliun, serta dukungan lainnya Rp3,27 triliun.
Ia berharap, serangkaian insentif ini bisa dimaksimalkan industri kecil-menengah di sektor mamin untuk kegiatan bisnisnya. Di samping ada dorongan berupa isnentif perlindungan sosial dan lainnya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Sementara itu, keluarnya peraturan pelaksana UU Ciptaker sebanyak 51 buah juga akan makin memanjakan kegiatan industri tahun ini. Utamanya manfaat di sisi teknis mulai dari jaminan ketersediaan dan penyaluran bahan baku dan penolong, serta pembatasan ekspor bahan baku, apabila kebutuhan dalam negeri meninggi.
"Harapannya pemerintah segera merealisasi ini karena sudah ada PP-nya. Segera juga buat neraca komoditas untuk menentukan komoditas apa yang disupport ketersediaan oleh pemerintah, sehingga industri bisa resilience dan naik daya saingnya tidak kalah dengan produk impor," ujarnya.
Potensi UMKM Pangan
Pada saat bersamaan, Adhi juga mengingatkan agar pegiat usaha di sektor pangan untuk tetap memaksimalkan potensi yang ada. Berdasarkan Susenas BPS Maret 2020, pangsa pasar makanan-minuman olahan dominan mencapai 34,27% terhadap pengeluaran bulanan per kapita.
Sedangkan, sisanya merupakan pengeluaran pangan segar dan konsumsi rumah tangga. "Perlu diingat struktur PDB 2020 sekitar 57,66% dikontribusi oleh konsumsi rumah tangga. Jadi dari data ini prospek mamin masih cukup menarik buat industri besar maupun menengah-kecil," jelasnya.
Belum lagi, berdasarkan Sensus Penduduk 2020, generasi milenial dan generasi z mendominasi sebanyak 53,81% kepada keseluruhan penduduk. IKM pangan mesti menyadari sifat kelompok ini yang dinamis dan tidak ragu mencoba produk serta pengalaman baru.
Keunikan dari kelompok ini, bisa dimaksimalkan oleh industri kecil untuk tidak takut bersaing dengan industri besar dengan merk besar. Sejauh produsen bisa memberi produk yang baik, mereka tentu tidak akan ragu mencoba
"Hubungannya dengan industri mamin, mereka ingin industri pangan terus berinovasi dengan produk baru. Generasi ini juga loyalitas (produk) rendah, jadi kalau bisa menawarkan produk baru dengan experince lebih bagus dan enak tentu mereka akan coba," katanya.
Lebih jauh, pendapatan perkapita nasional juga akan melesat menjadi kisaran US$23.199 pada 2045. Lebih tinggi dibanding pendapatan perkapita nasional 2020 di kisaran US$3.912.
Jelas, dengan PDB besar kita butuh makanan yang lebih bervariasi, bernilai tambah, bermutu dan fungsional. Ini kesempatan industri mamin untuk berinovasi memenuhi itu," ucapnya. (Khairul Kahfi)