10 April 2019
13:59 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
TERNATE – Pembangkit listrik tenaga minyak dan gas (PLTMG) di Ternate berkapasitas 30 mw mulai dioperasikan hari ini, Rabu (10/4). Beroperasinya PLTMG ini diyakini berdampak ekonomi cukup besar, mulai dari penghematan pengeluaran Perusahaan Listrik Negara (PLN) sampai pengurangan impor solar.
Dalam peresmian PLTMG tersebut, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto menyatakan, beroperasinya PLTMG ini secara langsung dapat mengganti penggunaan solar dengan gas guna pembangkit listrik. PLTMG dengan kapasitas 30 MW yang baru diresmikan tersebut diproyeksi akan mampu mengalirkan listrik ke 160 ribu rumah tangga pada kawasan tersebut.
“Pemerintah pusat bisa mengurangi impor solar. Ini juga bisa mengurangi subsidi BBM karena gas tidak disubsidi karena kita mempunyai sumber yang banyak dalam negeri, seperti di Tanggu, Bontang dan Sulawesi," tuturnya di Ternate, Maluku Utara, Rabu (10/4), seperti dilansir Antara.
Impor solar yang termasuk dalam migas memang kerap digaungkan sebagai penyebab defisit neraca perdagangan nusantara. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas mencapai US$3,21 miliar. Sebanyak 64,48% dari total nilai impor migas berasal dari impor hasil minyak, termasuk solar.
Tidak hanya itu, pengoperasian PLTMG Ternate diyakini juga bisa berkontribusi positif bagi PLN. Karena dengan memakai gas sebagai pengganti solar, BUMN tersebut diprediksi mampu berhemat antara Rp150—200 miliar.
"Setelah uji kinerja berjalan dengan lancar, maka akan dibangun secara fix untuk penggunaan gas dan jika ini sukses diuji coba maka bakal dihitung secara perekonomian untuk penghematan Rp150—200 miliar," paparnya lagi.
Pengoperasian yang dilakukan Kementerian ESDM pada hari ini memang baru tahap uji coba. Setelah proses ini, akan dilakukan pula akomodasi pengurangan dan di tes kembali supaya bisa memastikan semua bisa berjalan baik.
"Ini dibutuhkan waktu selama satu minggu. Jika secara teknis bisa berjalan, langsung dibangun untuk penggunaan gas secara permanen," ujarnya.
PLTMG di Kota Ternate ini diklaim merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia Timur. Walaupun sebenarnya jika menilik Stastik Ketenagalistrikan, sampai tahun 2017 sebenarnya sudah ada beberapa PLTMG di Maluku, Maluku Utara, dan Papua yang total kapasitasnya mencapai 172,17 MW.
Porsi PLMTG secara nasional pun sebenarnya masih kecil. Pada periode yang sama, total kapasitas PLTMG nusantara hanya menyentuh angka 2,17 GW. Nilai tersebut hanya 5,77% dari total kapasitas terpasang PLN yang bertengger di angka 37,67 GW pada tahun tersebut.
Pengembangan PLTMG di kawasan timur pun terus dilakukan. Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada tahun 2018 saja terbangun PLTMG Flores unit 1—3 dengan kapasitas 23,45 MW. Ada juga PLTMG di Sarulla dengan kapasitas 100 MW.
Bukan hanya di awal kuartal kedua tahun ini, PLTMG Ternate sebelumnya juga telah dibangun pada tahun 2018. Walaupun memang kapasitasnya hanya 10 MW.
Nantinya produksi gas untuk PLTMG Ternate diambil dari Kota Bontang, Kalimantan Timur yang ada filling station. Sementara, untuk PLTMG sebelumnya dilakukan di wilayah Tengah di Sambera, kedua di wilayah Timur Maluku Utara yang dibangun di Ternate, maka selanjutnya bakal di bangun lagi di Papua, yakni Nabire, Jayapura, Kendari dan terakhir di Flores. Hal ini bertujuan untuk mengurangi solar. (Teodora Nirmala Fau)