28 September 2020
19:23 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Indonesia seriusi dan segera tindak lanjut realisasi arus investasi yang berasal dari Korea Selatan. Pemerintah mengharapkan realisasi yang berasal dari Negeri Gingseng merupakan pada industri yang berbasis hilirisasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, sejauh ini minat investor asal Korea Selatan terpantau naik secara drastis dalam beberapa kuartal terakhir. Teranyar, data hasil realisasi investasi asal Negeri Ginseng tersebut pada kuartal II/2020 berhasil mencapai US$552,6 juta.
Jumlah tersebut tumbuh melonjak sebanyak 340% dari total investasi dari negara yang sama pada kuartal pertama tahun yang hanya berkisar US$130,4 juta. Jadi kesempatan ini mesti ditanggapi pemerintah pusat dengan menunjukkan keseriusan dalam menjemput investasi dari Korea Selatan.
“Ini sinyal positif. Indonesia masih dilirik oleh investor di tengah pandemi COVID-19. Jadi kita harus serius memfasilitasi sampai jadi," katanya dalam rilis resmi yang diterima, Jakarta, Senin (28/9).
Ia melanjutkan, sesuai arahan presiden, Indonesia berupaya mendorong investasi yang mendukung transformasi ekonomi, bernilai tambah, serta intensif memaksimalkan padat karya.
"Indonesia butuh lapangan kerja dan investasi solusinya," ujarnya.
BKPM mencatat dalam periode semester I/2020, realisasi investasi dari Korea Selatan mengalami peningkatan sebesar 25% dengan total sebesar US$683 juta. Akumulasi realisasi ini jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu dengan nilai investasi hanya sebesar US$548,4 juta.
Bahlil juga menjelaskan bahwa BKPM akan berusaha menarik investor Korea Selatan untuk terus berinvestasi di Indonesia, khususnya kepada perusahaan di bidang industri hilirisasi.
“Untuk mendorong realisasi investasi, kami bersama Menteri BUMN ke Korea Selatan untuk membahas hilirisasi Baterai Kendaraan Listrik atau EV battery,” pungkasnya Bahlil.
Sejak tahun 2015, Korea Selatan menjadi negara asal investasi terbesar ketujuh di Indonesia. Posisinya terletak di belakang Singapura, Jepang, Tiongkok, Hongkong, Malaysia, dan Belanda. Korea Selatan membukukan total investasi mencapai US$7,7 miliar.
Berdasarkan data Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi atau Pusat KOPI BKPM, investasi yang mengalir dari Korea Selatan pada periode tahun 2016 sampai semester I/2020 didominasi oleh sektor Listrik, Gas, dan Air (US$944,3 juta); Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Medis, Peralatan Listrik, Presisi, Optik, dan Jam Tangan (US$902,5 juta); Industri Kimia dan Farmasi (US$749,6 juta); Industri Barang Kulit dan Alas Kaki (US$552 juta); dan Industri Lainnya (US$528,7 juta).
Berdasarkan lokasi, investasi Korea Selatan mayoritas berada di Jawa (US$4,5 miliar), disusul Kalimantan (US$1,0 miliar), Sumatra (US$372,4 juta), Papua (US$246,8 juta), dan Maluku (US$226,3 juta).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Indonesia tetap harus optimis dalam menghadapi beragam tekanan yang terjadi saat ini. Kendati situasi sekarang juga masih dipenuhi tantangan.
Ia berharap semua pihak mendukung pemerintah yang terus berupaya memperbaiki kondisi perekonomian di dalam negeri. Secara umum, keberangkatan pemerintah ke Korsel dilandasi minat serius dari beberapa perusahaan asal sana.
"Artinya Indonesia masih memiliki daya tarik dan kita menindaklanjuti itu," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BKPM bersama Menteri BUMN mengunjungi Korea Selatan pada 23–24 September 2020 dalam rangka menindaklanjuti sejumlah rencana investasi perusahaan asal Korea Selatan di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, delegasi Indonesia berdiskusi dengan beberapa perusahaan Negeri Gingseng untuk menindaklanjuti minat investasi ke Indonesia. Menteri BUMN menyampaikan bahwa meskipun diliputi sentimen pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia terus agresif untuk mendatangkan investasi. (Khairul Kahfi)