23 Desember 2020
17:24 WIB
JAKARTA – Ekonom Universitas Surakarta Agus Trihatmoko menyebutkan Pelabuhan Patimban merupakan proyek besar yang tepat sasaran untuk mendorong perekonomian nasional. Patimban akan menghubungkan potensi ekononomi dan membuat pengapalan barang menjadi lebih efisien.
"Pelabuhan dan infrastrukturnya bagi perekonomian sangat penting dan strategis, mengingat Indonesia sebagai negara maritim," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (23/12).
Agus menyatakan, secara geografis Pelabuhan Patimban akan menjadi penyangga beban ekonomi transportasi laut di antara Jabodetabek dan Jawa Barat. Selama ini, beban tersentral ke Tanjung Priok dan Jawa Tengah yang tersentral di Tanjung Emas.
"Selama ini di dua pelabuhan tersebut sering terjadi overloading dan overtime untuk transportasi menuju Indonesia Timur, dan bahkan juga ketika ke wilayah Sumatera," katanya.
Hal itu, lanjutnya, menjadi inefisiensi bagi para pelaku bisnis.
Agus memaparkan, secara geoekonomi, Pelabuhan Patimban akan menghubungkan potensi ekonomi dari luar pulau Jawa, ke Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Bagi perekonomian Jawa Barat misalnya, Pelabuhan Patimban diharapkan mampu membangun industri dan kewirausahaan untuk berbagai sektor.
"Pertumbuhan investasi pada sektoral industri seperti itu memang akan meningkat di Jawa Barat, tetapi itu sifatnya jangka panjang," ujar Agus.
Dalam jangka pendek, katanya, sektor pertanian yang merupakan pondasi awal atau prioritas untuk mengdongkrak pertumbuhan ekonomi Jawa Barat bisa berkembang.
Dampak positif lainnya dari perkuatan sektoral terkait pertanian pada sektor Energi Baru Terbarukan, khususnya produk bioenergy yaitu wood pellet. Produk ini ke dapan menjadi harapan kebutuhan energi alternatif nasional.
"Termasuk sekarang pasar internasional sudah tumbuh, namun pasokannya masih kekurangan," kata Agus.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan Kementerian Koperasi UMKM harus proaktif, dan berkelanjutan berperan mendorong. Peran kedua kementerian tersebut menjadi kunci keberhasilan industrialisasi dan pemberdayaan UMKM di Jawa Barat.
Menurut Agus, inisiatifnya tentu harus seiring dengan program Pemerintah Daerah, dan sinergi dengan kementerian lainnya.
Baca Juga:
Antisipasi
Namun, ia menilai, terdapat potensi Patimban menjadi pintu masuk bagi berbagai produk impor. Karena itu, pemberdayaan sektoral industri apa pun harus mulai berorientasi pada produk ekspor, selain untuk kebutuhan dalam negeri.
Dampak lain yang juga harus ditindaklanjuti adalah bagi pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Emas. Kemungkinan akan terjadi penurunan kapasitas loading dan unloading. Sehingga, perlu diantisipasi sejak dini penurunan di bawah ambang kapasitas normal masing-masing pelabuhan. Termasuk, juga dampak-dampak ekonomi di lingkungan sekitar pelabuhan tersebut.
"Jadi, pemerintah pusat harus turut mengatur pemetaan industri dan kewirausahaan agar masing-masing pelabuhan memiliki peran strategis dan efektif kelogistikan dan perekonomian lainnya," ujar Agus.
Lebih lanjut, kehadiran Pelabuhan Patimban nantinya perlu dikaji untuk dijadikan role model koneksitas geoekonomi nasional, dan internasional. Hal itu perlu dijadikan inisiatif pemerintahan pusat bersama pemerintahan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi menjadi sentra pelabuhan besar.
Bahkan, menurut Agus, pelabuhan-pelabuhan kecil peninggalan masa kolonial dapat dibangun/dihidupkan kembali. Sehingga, transportasi perdagangan di Indonesia melalui jalur laut akan semakin pesat, dan ke depan dapat mengurai masalah kepadatan jalur melalui darat. (Rheza Alfian)