c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

25 Juni 2019

10:17 WIB

Pelabuhan Kijing Tingkatkan Perekonomian Kalimantan

Pada pembangunan tahap pertama Pelabuhan Kijing, IPC akan membangun empat terminal termasuk terminal peti kemas

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Pelabuhan Kijing Tingkatkan Perekonomian Kalimantan
Pelabuhan Kijing Tingkatkan Perekonomian Kalimantan
Ilustrasi seorang petugas mengawasi proses bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. ANTARAFOTO/Aji Setyawan

PONTIANAK – PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC meyakini pembangunan Pelabuhan Kijing akan meningkatkan perekonomian di Kalimantan Barat. Pasalnya, pelabuhan baru tersebut akan memiliki kapasitas hampir 20 kali kapasitas Pelabuhan Pontianak saat ini.

"Ini bagian dari pengembangan Pelabuhan Pontianak dan juga bagian dari kepedulian IPC dalam rangka meningkatkan perekonomian Kalimantan Barat pada umumnya," ujar General Manager IPC Cabang Pontianak Adi Sugiri di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (25/6), dikutip dari Antara.

Adi menjelaskan bahwa pengembangan tersebut harus dilakukan, mengingat kapasitas dan luas lahan Pelabuhan Pontianak yang terbatas.

"Kapasitas penanganan peti kemas di Pelabuhan Pontianak hampir mencapai 300 TEUs (satuan unit kontainer ukuran 20 kaki) dan ini mungkin sudah bisa dikategorikan over kapasitas," katanya.

Tidak hanya itu, Pelabuhan Pontianak juga hanya memiliki kedalaman pelabuhan enam meter. Sementara di Pelabuhan Kijing, IPC akan membangun dermaga sepanjang lima kilometer dengan kedalaman pelabuhan sekitar 15 meter.

"Kita harapkan dengan adanya Pelabuhan Kijing ini akan memberikan dampak yang luar biasa dalam mendorong perekonomian masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat dengan kapasitas yang hampir 20 kali lebih besar dibandingkan Pelabuhan Pontianak saat ini," ujar Adi.

Pelabuhan Pontianak merupakan pelabuhan yang berada di tepi Sungai Kapuas. Selain memiliki lahan yang terbatas, dangkalnya alur perairan dan tingginya sedimentasi di Pelabuhan Pontianak membuat kapal-kapal besar tidak bisa dilayani.

Terbatasnya fasilitas untuk melayani kargo nonpeti kemas di Pelabuhan Pontianak juga menjadi alasan pembangunan Pelabuhan Kijing.

Pada pembangunan tahap pertama Pelabuhan Kijing, IPC akan membangun empat terminal, yakni terminal multipurporse, terminal curah cair, terminal peti kemas dan terminal curah kering.

Kapasitas terminal peti kemas diproyeksi mencapai 1 juta TEUs. Sedangkan untuk curah cair dan curah kering masing-masing 8,3 juta ton dan 15 juta ton. Adapun kapasitas terminal multipurpose, pada tahap pertama diproyeksikan mencapai 500 ribu ton per tahun.

Pada pengembangan tahap pertama tersebut, IPC akan membangun lapangan penumpukan, gudang, tank farm, silo, jalan, lapangan parkir, kantor pelabuhan, kantor instansi, jembatan timbang, serta fasilitas penunjang lainnya.

Luas dermaga yang dibangun pada tahap awal ini yaitu 15 hektare untuk dermaga curah kering dan 16,5 hektare untuk curah basah. Lalu, 7 hektare untuk dermaga multipurpose dan 9,4 hektare untuk dermaga petikemas. Pengembangan Terminal Kijing akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sehingga dapat menjadi pusat industri pengolahan bahan baku baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Total keseluruhan nilai proyek yang dikerjakan Wijaya Karya ini diperkirakan mencapai belasan triliun rupiah. Namun, pada tahap awal diperkirakan investasi yang diperlukan sebesar Rp2,7 triliun. Diharapkan, Pelabuhan Kijing mulai beroperasi pada tahun ini.

Kapasitas Meningkat
IPC Cabang Pontianak mencatat penanganan peti kemas hampir sekitar 300.000 TEUs pada 2018. Sementara itu, jumlah kunjungan kapal atau vessel call pada 2018 tercatat sebanyak 528 domestik dan 59 internasional.

Penanganan peti kemas di IPC Pontianak ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di mana pada 2017 peti kemas yang dilayani Pelabuhan Pontianak mencapai 244.485 TEUs dan 2016 mencapai 209.520 TEUs.

Menurut Adi, sejak tahun 2010 rata-rata pertumbuhan penanganan peti kemas di Pelabuhan Pontianak naik dengan rata-rata 5,4%.

"Tahun ini ditargetkan sekitar 313.000 TEUs," ujar Adi.

Transformasi di Pelabuhan Pontianak yang telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2015, disebut Adi menjadi alasan peningkatan kinerja.

“Khusus pengoperasian teknologi TOS di terminal peti kemas Pelabuhan Pontianak, mulai kami terapkan sejak tahun 2017, dan hasilnya langsung terlihat,” kata Adi.

Terminal Operating System (TOS) adalah aplikasi digital yang digunakan untuk operasional bongkar muat kontainer, mulai dari kapal hingga kontainer diangkut ke luar pelabuhan maupun sebaliknya.

Dengan adanya layanan tersebut, dwelling time yang tadinya mencapai 7 hari pada 2013, terpangkas menjadi 3 hari. Efisiensi ini pun mendongkrak kinerja IPC dan turut berkontribusi pada lancarnya kinerja ekspor nasional.

“Dengan lahan terminal peti kemas yang tidak bertambah (tetap seluas 4 hektare), penanganan peti kemas pada tahun 2018 bisa hampir 300.000 TEUs. Bandingkan dengan kinerja terminal peti kemas tahun 2014 yang hanya 176.906 TEUs,” tuturnya.

Di sisi pengguna jasa, bukan hanya efisiensi waktu yang bisa dinikmati. Pasalnya, digitalisasi yang dijalankan IPC Pontianak juga berhasil menekan biaya logistik. Menurut Adi, penerapan teknologi digital di terminal peti kemas Pelabuhan Cabang Pontianak berhasil menekan biaya angkut kontainer hingga Rp2,1 juta per TEU.

Sebelum penerapan TOS, biaya angkut kontainer mencapai Rp4,6 juta per TEU. Saat ini, biaya angkut kontainer di Pelabuhan Pontianak hanya Rp2,5 juta per TEU.

 “Digitalisasi yang kami lakukan berhasil menekan biaya logistik. Efisiensi operasional layanan kepelabuhanan tak hanya meningkatkan kinerja perusahaan, namun juga menghemat biaya operasional pengguna jasa,” pungkasnya. (Fin Harini)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar