26 Juli 2019
14:32 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong penyelesaian pembangunan jalan perbatasan Indonesia–Papua Nugini. Pembangunan jalan sepanjang 1.098 kilometer (km) yang membentang dari Merauke hingga Jayapura itu harapkan dapat memperkuat daerah yang dilalui.
Jalan tersebut juga diharapkan mampu membuka keterisolasian daerah terpencil, mengurangi biaya kemahalan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui siaran pers, Jumat (26/7).
Menurut Basuki, pembangunan jalan tersebut merupakan perwujudan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Salah satu ruas jalan perbatasan yang dikerjakan adalah Jalan Oksibil–Towe Hitam–Ubrup–Jayapura sepanjang 5,52 km. Pekerjaan pembangunan mulai dari KM 15.5 hingga KM 21.2 di Kabupaten Pegunungan Bintang.
Basuki menyebutkan, tantangan dalam pembangunan jalan perbatasan di Papua adalah kondisi alam yang masih berupa hutan, pegunungan, dan cuaca. Di samping itu ketersediaan material konstruksi juga terbatas di Papua.
“Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap mengingat medan yang dilalui sangat berat karena harus melintasi pegunungan terjal, menembus hutan yang sangat sulit untuk para pekerja konstruksi dan mobilisasi alat kerja,” lanjutnya.
Paket ini dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya (persero) dengan biaya yang bersumber dari APBN sebesar Rp108,5 miliar melalui skema tahun jamak kontrak. Masa pelaksanaannya 376 hari sejak awal tahun 2018 dengan masa pemeliharaan hingga 27 September 2019. Pembangunan jalan baru dilakukan dengan peninggian badan jalan menggunakan tanah di sisi jalan. Ruas ini memiliki lebar badan jalan 7 meter dengan lebar bahu sisi kanan kiri masing-masing 2 meter.
Kendati kondisinya masih jalan tanah, keberadaan jalan baru ini telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat perbatasan di Papua. Waktu tempuh antar pusat ekonomi wilayah yang semula dalam bilangan minggu karena harus berjalan kaki, semakin singkat menjadi hitungan hari karena dapat dilintasi kendaraan. Apabila jalan sudah semakin baik kondisinya, maka waktu tempuh akan semakin singkat dalam hitungan jam.
Jalan ini juga merupakan jalan perintis yang menghubungkan distrik Limarum dengan Kota Oksibil. Beroperasinya ruas jalan ini sangat diharapkan akan memperlancar konektivitas antar pusat ekonomi wilayah sehingga memudahkan transportasi barang dan manusia yang diyakini dapat berdampak pada penurunan harga barang dan jasa. Di samping itu juga memperkuat teritorial perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.
Sebelumnya pembangunan jalan perbatasan ruas Sota–Eramb –Bupul sepanjang 111 km saat ini kondisinya sudah 100 % teraspal. Selanjutnya pada ruas Bupul–Muting sepanjang 38 Km dan ruas Muting–Boven Digoel sepanjang 195 km juga sudah teraspal sehingga bisa dengan mudah dilalui kendaraan. Dari total jalan perbatasan dari Merauke–Jayapura sepanjang 1.098 km, hingga akhir tahun 2018 sudah tersambung 919 km.
Selama periode tahun 2015-2017, Kementerian PUPR telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp18,54 triliun untuk pembangunan jalan dan jembatan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Tahun 2017, alokasi anggaran juga cukup besar yakni mencapai sebesar Rp5,78 triliun khusus diperuntukkan bagi infrastruktur jalan dan jembatan dengan rincian di Provinsi Papua sebesar Rp4,06 triliun dan Papua Barat Rp1,71 triliun.
Dikutip dari Buku Induk Statistik 2016 yang diterbitkan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusadatin) Kementerian PUPR, panjang jalan nasional di Provinsi Papua mencapai 2.636,65 km. Dari panjang jalan tersebut, sebanyak 8,49% atau 325,92 km berada dalam kondisi rusak berat dan 8,09% dalam kondisi rusak ringan.
Sementara, pajang jalan nasional di Papua Barat mencapai 1.326,38 km. Sepanjang 9,93% atau 131,81 km rusak berat dan 16,9% rusak ringan. (Fin Harini)