c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 November 2018

09:02 WIB

NTB Jajaki Kerja Sama Lion Air Buka Penerbangan China-Lombok

Pada 2016, jumlah penduduk China yang pelesiran ke seluruh dunia mencapai 135 juta, tumbuh 6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada 2017, jumlahnya melompat menjadi 145 juta, tumbuh 7,4% dibandingkan 2016

Editor: Agung Muhammad Fatwa

NTB Jajaki Kerja Sama Lion Air Buka Penerbangan China-Lombok
NTB Jajaki Kerja Sama Lion Air Buka Penerbangan China-Lombok
Sejumlah wisatawan mancanegara menuruni kapal cepat ketika tiba di Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). Sedikitnya 700 orang wisatawan bersama warga setempat dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno menuju Pelabuhan Bangsal mengantisipasi terjadinya gempa susulan. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

MATARAM – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama maskapai nasional Lion Air tengah menjajaki kerja sama untuk membuka penerbangan dari China ke Lombok. Pembukaan rute ini untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah itu.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal di Mataram, Kamis (22/11), mengatakan jika rencana itu sudah masuk dalam tahap finalisasi. Hal ini, setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB dipimpin Gubernur NTB H Zulkieflimansyah melakukan pertemuan dengan CEO Lion Group, Rusdi Kirana yang juga merupakan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Malaysia di Kuala Lumpur.

"Modelnya itu nanti charter flight dengan beberapa kota di China ke Lombok, tapi kota mana saja itu belum dapat dipastikan," ujarnya, dikutip dari Antara.

Menurut Faozal, rencana kerja sama membuka penerbangan dari China ke Lombok, tidak lain untuk mendorong dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTB.

Pariwisata NTB melesu pascagempa bumi yang mengguncang daerah itu pada akhir Juli hingga Agustus 2018. Dalam kesempatan wawancara sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Perjalanan Wisata NTB Dewantoro Umbu Joka menyebutkan pariwisata NTB lumpuh paska dihajar gempa. Kawasan Sengigi yang biasanya ramai menjadi senyap. Pun berbagai hotel, taksi, hingga rumah makan yang sepi pelanggan. Ia memperkirakan kunjungan wisatawan ke NTB terjun bebas pada kisaran 50% hingga 60%.

Melesunya pariwisata juga terekam dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Data terbaru menyebutkan tingkat hunian kamar hotel bintang pada September 2018 mencapai 34,85%, turun 18,47 poin dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Tercatat jumlah tamu yang menginap di hotel bintang pada September 2018 sebanyak 63.426 orang. Rinciannya, 47.796 orang tamu dalam negeri (75,35%) dan 15.632 tamu mancanegara (24,65%).

Meski begitu, jumlah tamu menginap membaik dibandingkan Agustus. Tercatat, pada Agustus 2018 tingkat hunian kamar sebesar 28,28%.

"Saat ini kondisi kita lagi drop baik domestik dan mancanegara. Makanya kita ingin ada jalur baru, salah satunya di China," ujarnya.

Menurut dia, meski sifatnya pesawat charter, namun untuk menarik Lion terbang ke China-Lombok tidak mudah karena butuh perjuangan panjang.

“Ini yang kami tengah bicarakan dengan maskapai Lion, bagaimana bentuknya," jelasnya.

Selain melakukan penjajakan dengan maskapai Lion, Pemprov NTB menurut Faozal juga sudah melakukan pertemuan dengan pemilik maskapai Air Asia, Toni Fernandes di Malaysia, khususnya untuk menambah frekuensi keberangkatan ke Lombok.

"Untuk kompensasinya sudah dibicarakan dengan Gubernur NTB. Tapi yang jelas mereka tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata. Terbukti dari semula dia akan bertambah ke China," katanya.

Potensi China untuk menyumbang kunjungan wisatawan memang sangat besar. Dikutip dari UNWTO, pertumbuhan wisatawan dari China tumbuh dua digit tiap tahunnya dari 2002 hingga 2013.

Meski setelah itu tumbuh melambat, namun jumlahnya sangat besar. Di 2016, jumlah penduduk China yang pelesiran ke seluruh dunia mencapai 135 juta, tumbuh 6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada 2017, jumlahnya melompat menjadi 145 juta, tumbuh 7,4%.

Tak hanya menang dalam jumlah turis, China juga telah menjadi penyumbang signifikan dari angka belanja wisatawan asing. Pada 2006, total belanja turis China berada di angka US$24 miliar atau setara 3% dari total belanja turis secara global. Pada 2016, angkanya sudah mencapai US$261 miliar. Porsinya menjadi 21% dari total belanja turis.

Sebelumnya, berupaya meraup untung dari tingginya minat warga China untuk berlibur ke luar negeri, Lion Air membuka penerbangan sewa melayani rute baru dari Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi menuju Bandar Udara Internasional Binhai Tianjin Distrik Dongli, China.

"Pembukaan rute baru ini, diharapkan akan meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) datang berkunjung ke Sulut," kata General Manager Bandara Sam Ratulangi Manado Minggus E T Gandeguai di Manado, Selasa (24/7), dilansir dari Antara.

Dia mengatakan selain rute baru ke Tianjin, saat ini Lion Air melayani empat rute penerbangan sewa. Adapun rute tujuan Lion Air menuju China dari Manado di antaranya Changsha Huanghua, Shenzhen Bao'an, Guangzhou Baiyun, dan Shanghai Pudong.

Revitalisasi Terminal
Sementara itu, Angkasa Pura II berniat menyulap Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta menjadi terminal dengan konsep penerbangan berbiaya murah (Low Cost Carrier, LCC). Terminal penerbangan berbiaya murah ditargetkan dapat mendatangkan maskapai-maskapai baru, terutama maskapai asing.

"Ya, salah satunya untuk itu, kita masih banyak LCC yang belum masuk ke bandara kita," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Jakarta, Kamis (22/11).

Maskapai penerbangan berbiaya murah asing yang belum masuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta, di antaranya Viet Jet, Jeju Air, Malindo Air, dan Nok Air. Awaluddin mengatakan konsep terminal berbiaya murah akan diwujudkan dalam revitalisasi Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang-Banten.

Dengan revitalisasi kedua terminal tersebut kapasitas masing-masing terminal akan meningkat dari sembilan juta penumpang per tahun menjadi 25 juta penumpang per tahun.

Revitalisasi tersebut memakan biaya investasi sebesar Rp2,7 triliun untuk perluasan terminal serta penambahan alat yang mendukung konsep digital dan smart airport.

"Rampungnya tiga tahun dari sekarang, tapi implementasi konsepnya tahun depan," katanya.

Awaluddin menuturkan nantinya Terminal 1 khusus untuk penerbangan berbiaya murah domestik, sementara untuk Terminal 2 untuk penerbangan berbiaya murah domestik dan internasional.

Terminal 3 khusus diperuntukkan bagi penerbangan pelayanan lengkap (full service) domestik dan internasional. Sedangkan Terminal 4 belum ditentukan konsepnya.

"Kalau Terminal 4 sudah jadi, kita akan gampang sekali mengaturnya," katanya.

Sementara itu, Terminal 4 sendiri akan dibangun 2020, sementara untuk tahun depan fokus pada penentuan desain. (Fin Harini)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar