05 Juli 2019
18:16 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Minyak kemenyan menarik perhatian investor yang hadir dalam ajang Indonesia Innovation Day (IID) 2019 di Universitas Saarlandes, Jerman pada 26 Juni silam. Minyak ini diproduksi Balai Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kelurahan Aek Nauli, di Sumatra Utara.
Peneliti Balai Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Aswandi menjelaskan bahwa ada investor Jerman yang menyatakan ketertarikan untuk menanamkan modal dalam usaha pengolahan minyak kemenyan.
Selama ini, kata Aswandi, masyarakat umum lebih mengenal kemenyan sebagai alat pendukung ritual. Padahal, menurutnya, minyak kemenyan bisa digunakan sebagai pengganti alkohol dalam pembuatan minyak wangi karena bisa mengikat parfum.
Aswandi bahkan menuturkan, setiap tahun setidaknya ada 5.000 ton kemenyan mentah yang diekspor ke luar negeri dengan harga Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram.
“Selama ini fungsi dari kemenyan ini ditutup-tutupi oleh pabrik parfum. Semua ini kami ketahui setelah kami menyelidiki kemana kemenyan dari Indonesia ini perginya dan ternyata ada rantai yang terputus. Itu disembunyikan selama ini,” jelas Aswandi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (5/7).
Di hutan, jelas Aswandi, pohon kemenyan dan getahnya tidak mengeluarkan aroma apa pun. Aroma dari getah pohon species styrax baru akan muncul saat getah kemenyan dibakar. Aswandi menyebutkan, sejak zaman dahulu kemenyan digunakan untuk pengawet dan penghilang bau badan.
“Pengolahan kemenyan ini yang pertama kalinya di Indonesia. Ternyata dari satu kilogram kemenyan yang dihargai Rp100 ribu bisa menghasilkan minyak kemenyan dengan harga Rp7 juta dengan biaya pengolahan sebesar Rp500 ribu,” kata pria yang sudah melakukan penelitian mengenai kemenyan sejak 2010 itu.
Aswandi pun menyebutkan bahwa Balai Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli akan menjalin kerja sama dengan pusat unggulan dan eksportir kemenyan. Balai pengembangan ini menargetkan bisa membangun industri pengolahan kemenyan hingga parfum kemenyan.
Jika mengamati pasar produk wewangian di Indonesia, merujuk data Kementerian Perdagangan (Kemedag), nilai ekspor kelompok minyak atsiri dan kosmetik wangi-wangian hanya menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,59% dalam kurun waktu empat tahun terakhir (2014-2018).
Sementara nilai ekspor kelompok minyak atsiri dan kosmetik wangi-wangian pada tahun 2018, tercatat mengalami kenaikan 8,80% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). Yakni dari US716,2 juta pada tahun 2017 menjadi US$779,2 juta pada tahun 2018.
Sebagai informasi, IID merupakan kegiatan diseminasi dan penguatan jaringan kerja sama bisnis dan riset tingkat internasional yang meliputi gelar produk, business matchmaking, dan presentasi produk.
IIID 2019 yang diselenggarakan di Universitas Saarlandes, Jerman, pada 26 Juni lalu memamerkan 37 produk hasil penelitian dan pengembangan. Terdiri dari 10 produk bidang pangan, 9 produk bidang kesehatan dan obat, 6 produk bidang kemaritiman, 7 produk bidang material maju, serta 4 produk bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
IID pada tahun ini, tidak hanya melibatkan lembaga litbang di Pusat Unggulan Iptek saja, tetapi juga beberapa Science Techno Park (STP). Pagelaran IID tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ketiga, setelah sebelumnya diselenggarakan di Belanda pada 2017 dan Jepang pada 2018.
“Tahun ini, target kita tercapai yakni sebanyak empat nota kesepahaman yang ditandatangani, dua perjanjian kerja sama, satu surat perjanjian, tujuh surat resmi bisnis atau Letter of Intent,” kata Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Kelembagaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdiksti) Kemal Prihatman.
Sementara pada penyelenggaraan IID tahun sebelumnya, Kemal menceritakan, ada hasil inovasi bernama Pace yang berhasil dipasarkan perusahaan Jepang.
“Nilai ekonomisnya Rp250 ribu hingga Rp350 ribu dan minimal sekali kirim dua ribu botol. Belum lagi buah merah yang juga nilai ekonomisnya cukup tinggi sekarang,” sambungnya.
Untuk IID 2020 mendatang, Kemal menambahkan pihaknya akan membawa hasil inovasi yang disesuaikan dengan isu yang sedang tren saat ini. Hal itu juga merupakan usulan dari Dubes Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno. Rencananya IID 2020 akan diselenggarakan di Korea Selatan.
“Kami berharap ke depan semakin banyak produk unggulan Indonesia yang bisa diperkenalkan di luar negeri,” tukas Kemal. (Zsazya Senorita)