05 November 2020
17:19 WIB
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong agar masyarakat tak hanya mengonsumsi sumber karbohidrat padi atau beras, namun juga pangan lokal lain yang juga mengenyangkan. Hal ini sebagai upaya untuk mendukung diversifikasi pangan.
"Diversifikasi pangan menjadi pilihan. Seseorang bisa kenyang tidak hanya dengan beras. Berbagai pangan lokal juga bisa menjadi pilihan dan bagian yang harus terus kita dorong," kata Mentan di Jakarta, Kamis (5/11), dilansir dari Antara.
Senada dengan itu Kepala Badan Ketahanan Pangan atau BKP Kementan Agung Hendriadi mengatakan gerakan diversifikasi pangan merupakan upaya untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal dan menurunkan konsumsi beras. Diversifikasi pangan juga merupakan salah satu strategi penyediaan pangan di masa pandemi.
"Kita harapkan dengan gerakan diversifikasi pangan ini masyarakat bergairah untuk mengonsumsi pangan lokal sumber karbohidrat non-beras," kata Agung.
Dalam roadmap diversifikasi pangan 2020-2024, disebutkan terdapat enam komoditas pangan lokal sumber karbohidrat non-beras yang potensial sebagai pengganti nasi. Yaitu, singkong, talas, sagu, jagung, pisang, dan kentang.
Keenam komoditas tersebut dapat dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Sebagai perbandingan, satu porsi nasi berukuran 100 gram setara dengan 1,5 potong singkong seberat 120 gram.
Kemudian satu buah talas besar dengan berat 125 gram sebanding dengan satu porsi nasi. Sementara diperlukan tiga buah jagung ukuran sedang agar sepadan dengan satu porsi nasi.
Lalu, seporsi nasi juga setara dengan dua umbi kentang dengan berat berkisar 210 gram. Atau, dua buah pisang dengan berat sekitar 117 gram, maupun 50 gram sagu.
Beragam pangan lokal sumber karbohidrat nonberas ini selain mengenyangkan juga menyehatkan. Sehingga, bagi masyarakat yang ingin melakukan diet juga sangat baik untuk mengonsumsi pangan lokal tersebut. Tentu disertai dengan olahraga yang teratur dan gaya hidup sehat.
Dari sisi produksi, BKP Kementan mencatat kenaikan panen singkong sejak 2016. Dari 20,25 juta ton menjadi 28,76 juta ton pada 2019. Terdapat delapan provnsi yang menjadi sentra produksi singkong, yakni Lampung, Jawa Barat, Jaw Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara.
Senada, produksi sagu terus menanjak sejak 2011. Catatan BKP Kementan, pada 2011 prouksi sagu mencapai 85.960 ton. Meningkat menjadi 440.516 ton pada 2016.Produksi jagung naik, dari 18,51 juta ton pada 2013 menjadi 23,57 juta ton di 2016.
Sementara, produksi padi pada 2019 turun 7,76% dibandingkan 2018 menjadi 546 juta ton gabah kering giling. Produksi padi tahun ini diperkirakan naik 1,02%, setara 0,56 juta ton gabah kering giling.
Ditilik dari konsumsi, terdapat selisih yang besar antara beras dan pangan lainnya. Publikasi BPS berjudul Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi Maret 2020 menyebutkan konsumsi beras per kapita per bulan mencapai 6,45 kilogram atau Rp63.055.
Adapun, konsumsi per kapita singkong 0,4 kilogram atau setara Rp1.635 dan pisang 0,54 kilogram atau Rp4.761.
Bahan pangan lokal lainnya tak termasuk dalam 20 komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. (Fin Harini)