03 Januari 2020
12:53 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Kementerian Perindustrian pada 2020 menargetkan 2.000 pelaku industri kreatif tumbuh melalui Pelatihan, Sertifikasi dan Penempatan Kerja (Diklat 3in1) di Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar, Bali.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, melalui BDI Denpasar, pihaknya optimistis mampu menelurkan perusahaan rintisan (startup) berbagai sektor. BDI memiliki pelatihan di bidang animasi, programming, desain grafis, game dan kerajinan.
Bali dibidik, lantaran ekosistem inovasi dinilai sudah tercipta di provinsi yang menjadi destinasi wisata utama nusantara itu. Di tengah ekosistem inovasi itu, terobosan ide tercipta.
“Seperti terciptanya jenis aplikasi yang membantu pelayanan kesehatan dengan mendatangkan dokter ke rumah untuk memeriksa pasien. Selain itu ada yang mendukung sektor pariwisata,” katanya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (2/1).
Agus menjelaskan, pemerintah saat ini sedang memprioritaskan program peningkatan kualitas SDM, termasuk di sektor industri. Ini menjadi potensi untuk mewujudkan visi Indonesia Maju.
Penciptaan pelaku industri kreatif yang terampil dan kreatif dilakukan melalui kegiatan pelatihan desain dan penggunaan teknologi modern. Diharapkan, peserta pelatihan menjadi lebih produktif dan inovatif.
“Sasaran itu kami wujudkan secara konkret melalui peran BDI di Denpasar Bali, yang fokus mengembangkan sumber daya manusia (SDM) industri kreatif dengan spesialisasi animasi, kerajinan dan barang seni,” katanya.
Selain menyelenggarakan kegiatan Diklat 3 in1 untuk pembinaan SDM industri kreatif, BDI Denpasar juga menggelar program kewirausahaan melalui inkubator bisnis TOHPATI untuk bidang digital kreatif dan memiliki program BIKIN Makerspace untuk bidang kriya atau craft.
Oleh karena itu, BDI Denpasar ditunjuk sebagai Bali Creative Industry Centre (BCIC) dengan lima fungsi, yakni menjadi pusat inovasi dan kekayaan intelektual, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat promosi dan pemasaran, pusat pengembangan industri software dan konten, serta pusat inkubasi bisnis.
Untuk penyiapan wirausaha industri kreatif, BDI Denpasar melakukan kerja sama dengan Digital Inovasi Lounge (DILO) guna menyelenggarakan program inkubator bisnis di bidang digital dan kriya dengan menyediakan fasilitas ruang kerja dan berbagai peralatan produksi yang diperlukan untuk menghasilkan produk animasi dan desain produk kerajinan yang berkualitas.
Peserta inkubator industri (tenant) di BDI Denpasar, selain mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari praktisi industri kreatif selama proses inkubasi, juga difasilitasi untuk mendapatkan order (pesanan) dari berbagai industri. Hingga kini, BDI Denpasar sudah melakukan inkubasi sebanyak enam angkatan. Pada angkatan yang ke-6 berjumlah 12 tim.
Ekspor
Dalam kesempatan itu, Agus juga meninjau berbagai produk industri kreatif yang dipamerkan di BDI Denpasar. Apresiasi diberikan kepada para peserta Diklat, sebab mereka menciptakan produk industri kreatif yang dinilai bisa menembus pasar ekspor.
“Contohnya produk fesyen, perhiasan dan kerajinan keramik. Para peserta Diklat ini bisa meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal. Oleh karena itu, kami akan terus melakukan pendampingan desain agar lebih berdaya saing,” tegasnya.
Seperti diketahui, sepanjang tahun 2018, industri kreatif mampu berkontribusi cukup signifikan terhadap PDB nasional, yang diproyeksi menembus Rp1.000 triliun. Adapun tiga subsektor yang memberikan sumbangsih besar terhadap ekonomi kreatif tersebut, yakni industri kuliner sebesar 41,69%, disusul industri fesyen sebesar 18,15%, dan industri kriya sebesar 15,70%.
Agus juga melanjutkan, sektor ekonomi kreatif strategis dinilai mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
Pada kunjungannya di BDI Denpasar, Agus juga meninjau fasilitas Experience Centre Industry 4.0 yang bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan wawasan kepada para pelaku industri kreatif tentang penerapan industri 4.0.
“Di dalam Experience Centre Industry 4.0 ini, kami akan perkenalkan sistem robotik dan infrastruktur IoT (Internet of Things) sebagai penopang utama,” pungkasnya. (Rheza Alfian)