12 Maret 2020
19:55 WIB
JAKARTA – Dua orang WNI resmi dinyatakan positif terinfeksi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, pada Selasa, (2/3). Kasus pertama di Tanah Air ini diumumkan Presiden Joko Widodo setelah mata dunia, dan masyarakat Indonesia, sebulan lebih terpaku pada perkembangan penyebaran virus penyebab penyakit covid-19 itu di luar sana.
Kini, 30-an orang sudah dinyatakan terinfeksi. Ada yang dinyatakan membaik. Adapula 1 yang meninggal dunia.
Bermula di China pada Desember 2019, virus meluas ke berbagai belahan dunia lainnya. Saat Indonesia mengumumkan temuan kasus pertama tersebut, angka orang yang terinfeksi di Italia sudah mencapai 2.036 atau naik 20% dibandingkan sehari sebelumnya. Angka kematiannya mencapai 50 orang.
Pada hari yang sama, di Korea Selatan, terdapat 599 kasus infeksi baru dan enam korban meninggal dunia. Dengan temuan itu, total penderita di Negeri Gingseng melampaui 4.000. Angka ini menempatkan Korea Selatan sebagai negara dengan jumlah penderita terbanyak kedua setelah China. Adapun total angka kematian akibat coronavirus disease 2019 atau covid-19 mencapai 26 orang.
Sementara di Iran, angka orang yang terinfeksi sudah mencapai 1.501 orang. Sebanyak 66 orang di antaranya kehilangan nyawa. Pada 2 Maret, Iran menjadi negara dengan angka kematian akibat covid-19 tertinggi kedua di dunia.
Total pada 2 Maret itu, sebanyak lebih dari 3.000 orang meninggal karena covid-19.
Pengumuman temuan di Indonesia sontak membuat sebagian masyarakat ketar-ketir. Beramai-ramai orang mendatangi toko untuk memburu berbagai produk yang dianggap mampu menjaga dari penularan virus itu. Piranti yang dianggap bisa melindungi diri seperti masker, dan hand sanitizer diburu masyarakat hingga harga berlipat-lipat.
Tak hanya piranti pembersih dan pelindung diri itu, panic buying merambah berbagai bahan makanan pokok. Rak-rak toko diserbu masyarakat yang tak ingin kehabisan stok.
Pemerintah pun menyerukan masyarakat untuk tak panik dan berbelanja barang kebutuhan secara berlebihan menyusul pengumuman itu. Apalagi, sampai menimbun stok pangan.
“Pemerintah memastikan kebutuhan pokok tersebut. Panic buying justru merugikan masyarakat karena harga menjadi tidak terkontrol,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam konferensi pers Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok yang digelar sehari setelah pengumuman.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat dari seluruh ritel yang terdaftar dalam organisasi itu, setidaknya peningkatan pembelian terjadi pada barang-barang terkait kesehatan dan higienitas, seperti masker, hand sanitizer, desinfektan untuk obat lantai, dan lain-lain.
Rata-rata kenaikan pembelian disebut Ketua Umum Aprindo, Roy Mandey, sekitar 10-15%. Bahkan, di beberapa ritel ada yang peningkatannya mencapai 40%. Namun, menurut Roy, per Selasa (10/3), kondisi sudah cenderung normal kembali. Meski, ada beberapa laporan kekurangan stok mengenai barang-barang kesehatan yang sama.
“Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, kemudian Semarang dan Surabaya, hanya terjadi di beberapa kota dan hanya terjadi di beberapa waktu beberapa jam saja (panic buying),” kata Roy kepada Validnews, Selasa (10/3).
Khawatir adanya oknum yang memanfaatkan keadaan untuk menimbun barang-barang, Aprindo telah berkoordinasi dengan stakeholder terkait, seperti Satuan Tugas dan Kepolisian guna menyelidiki dugaan tersebut.
Meski begitu, tuturnya, penindakan oknum yang menimbun barang-barang, khususnya bahan pokok tidak akan mengubah keadaan karena barang yang ditimbun akan menjadi barang bukti dan tidak bisa diperjualbelikan.
“Tetapi kita sudah koordinasi dengan produsen dan supplier, jadi masing-masing sudah meningkatkan kapasitasnya dan pengiriman juga sedang diupayakan ya. Mudah-mudahan akhir bulan ini sudah normal semua,” tuturnya.
Ia kembali menyerukan, agar masyarakat tidak perlu melancarkan aksi panic buying. Ritel modern anggota asosiasi ini memastikan siap sedia menyediakan kebutuhan, terutama bahan pokok. Sekalipun ada sinyal akan terjadi panic buying, tambahnya, ritel-ritel tersebut dipastikan siap membuka toko demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Tak hanya di kota-kota besar.
Sementara untuk pembatasan pembelian barang, Aprindo menyerahkan seutuhnya pada masing-masing ritel. Setiap anggota organisasi itu memiliki kebijakan yang berbeda-beda.

Fokus Pantau Masker
Terhadap kondisi ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menegaskan akan meneliti dan memantau indikasi pelanggaran penjualan produk masker itu. Kepala Biro Humas dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur menuturkan bahwa sampai saat ini masker menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Alasan ini mendasari KPPU belum meneliti produk lain secara keseluruhan yang terdampak virus corona.
Komisi kini memantau distribusi dan produksi masker, sedangkan keluhan kenaikan harga masker, kata Deswin, umumnya terjadi pada tingkat reseller.
Dia mengakui ada yang ambil untung. Kenaikan harga masker dari produsen ke reseller, sampai sekitar 300–500%. Kenaikan tersebut berbeda-beda di setiap kota. Selain itu, peningkatan tersebut tergantung dari jenis masker.
Sejauh ini, naiknya harga masker, terjadi karena lonjakan permintaan yang melambung berbanding terbalik dengan persediaan yang tidak memadai. Tren kenaikan ini menyeluruh di seluruh Indonesia. KPPU tak hanya meneliti di kota-kota besar seperti Jakarta saja.
“Makanya kami mendukung pemerintah untuk mengimbau masyarakat agar tidak terlalu panik sehingga meningkatkan permintaan yang sangat tinggi, kita arahkan ke arah sana sambil penelitian kita jalankan,” harap Deswin yang berbincang dengan Validnews, di Jakarta, Rabu (11/3).
Sementara untuk isu kenaikan harga rempah-rempah yang mencapai sekitar 300%, KPPU saat ini belum meneliti.
Di sisi lain, kecemasan masyarakat akan tertular yang mendorong panic buying, dinilai sebagai hal yang wajar dalam situasi yang tidak wajar. Kepanikan juga tak lepas dari kesalahan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Tidak ada informasi yang jelas mengenai persediaan stok barang, dinilai INDEF, menyebabkan panic buying.
“Makanya pemerintah mestinya di awal sudah mitigasi misalnya dari pemerintah sendiri itu terutama di tempat-tempat publik, terus BUMN itu juga menyiapkan stok sehingga pemerintah bisa meyakinkan publik kalau stoknya ada,” kata Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra P.G Talattov di Jakarta, Rabu (11/3) kepada Validnews.
Abra menuturkan informasi yang telah diberikan pemerintah tidak hanya sebatas mengenai masker dan hand sanitizer, melainkan juga kebutuhan pokok, seperti beras, gula, garam, dan rempah-rempah.
“Intinya pemerintah bagaimana dengan instrumen kebijakan yang ada bisa menenangkan masyarakat supaya mereka bisa tidak panik,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Suhanto memaklumi kecemasan ini. Tetapi, dia mengingatkan, panic buying dapat mendorong timbulnya ketidakstabilan harga yang disebabkan ketidakseimbangan pasokan.
Ia menambahkan, tidak perlu adanya regulasi pembatasan pembelian karena sejauh ini, Kementerian Perdagangan telah berulang kali mengimbau kepada masyarakat agar tidak melancarkan aksi panic buying. Ia optimistis, masyarakat berbelanja sesuai kebutuhannya karena stok barang dipastikan cukup.
Jelang bulan Ramadan dan Idulfitri 1441 Hijriah, Suhanto membenarkan perkiraan akan terjadi peningkatan permintaan, khususnya pada bahan-bahan pokok. Meski begitu, berdasarkan pantauan dan laporan dinas daerah di 34 provinsi seluruh Indonesia, harga nasional kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng curah, daging sapi secara umum stabil.
Ada beberapa hal yang mendasari optimismenya, Stok beras di Perum Bulog saat ini mencapai 1,63 juta ton yang berarti dalam kondisi aman. Sementara untuk minyak goreng, tepung terigu, daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging sapi, jumlah ketersediaan secara nasional dinyatakan aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 1–2 bulan ke depan.
Suhanto juga menyatakan bahwa stok indikatif beras di Pasar Induk Cipinang DKI Jakarta saat ini sekitar 31 ribu ton, berada di atas stok normal sebesar 30 ribu ton, selalu cukup untuk penyaluran selama lebih kurang dua pekan.
“Apabila terjadi gejolak harga akibat gangguan pasokan, Kemendag akan menggerakkan BUMN dan pelaku usaha swasta untuk melakukan Operasi Pasar atau KPSH agar dapat menyeimbangkan pasokan,” kata Suhanto.

Untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, tambah Suhanto, pihaknya juga telah merealisasikan penerbitan impor (PI), khususnya pada komoditas gula pasir dan bawang putih guna memastikan stok bulan Ramadan dan Idulfitri 1441 H aman.
Selain itu, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk memastikan kelancaran distribusi dan efisiensi biaya logistik melalui program ‘Gerai Maritim’ yang membantu menyalurkan barang kebutuhan pokok dari pulau Jawa ke daerah T3 (tertinggal, terdepan, terluar).
Nah, untuk mengantisipasi kemungkinan aksi penimbunan, Satgas Pangan telah melakukan langkah-langkah pengawasan secara intensif di daerah-daerah. Semuanya menambah keyakinannya bahwa kondisi negeri akan baik-baik saja. (Yoseph Krishna, Bernadette Aderi, Rheza Alfian, Fitriana Monica Sari)