17 Desember 2019
13:41 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Proyek migas Pengembangan Fase 4B milik PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) di Thailand telah menghasilkan minyak. Produksi pada konsesi Bualuang ini lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan semula.
“Saya bangga melaporkan bahwa Proyek Pengembangan Fase 4B telah berhasil mencapai produksi minyak pertama, dengan kinerja pengeboran 70 hari lebih cepat dari yang direncanakan,” kata CEO MedcoEnergi Roberto Lorato, dalam keterangan resminya, Selasa (17/12).
Proyek ini berlokasi di Teluk Thailand dan terdiri dari struktur platform wellhead new bridge-linked terbaru bersama dengan penguatan struktur ekstensi ke platform yang ada.
Lorato menyebutkan tingkat produksi awal sebesar 12.900 bopd telah melampaui harapan. Dengan selesainya program pengeboran pada pertengahan 2020, puncak produksi lapangan diperkirakan akan mencapai lebih dari 14.000 bopd.
MedcoEnergi sendiri telah menyelesaikan proses serah terima dari Ophir Energy Plc pada bulan Mei. Proyek pun sudah berjalan aman tanpa insiden keselamatan atau gangguan. Hal ini menurut Roberto menjadi bukti bahwa integrasi MedcoEnergi dengan Ophir Energy plc berjalan dengan baik. Potensi sinergi yang teridentifikasi antara keduanya disebut mencapai sekitar US$50 juta per tahun.
Rencana akuisisi Ophir Energy Plc sendiri sudah dijajaki sejak awal tahun ini. Proses tersebut jadi salah satu strategi perusahaan memperluas eksistensinya di tingkat internasional. Perpaduan antara dua perusahaan akan memperkuat keberadaan Medco, khususnya di Asia Tenggara. Peluang ini diyakini bisa memberikan keseimbangan atas portofolio produksi dan perkembangan aset regional di masa depan.
Integrasi atas aset produksi Ophir secara efisien ke dalam portofolio Medco diyakini dapat menciptakan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Transaksi ini pun dipercaya dapat meningkatkan performa produksi tahun 2019 Medco sekitar 29% menjadi 110 Mboed. Di samping itu juga, meningkatkan kombinasi di salah satu cadangan dan sumber dayanya dari 117% menjadi 1.252 MMboe.
Dengan demikian, hasilnya pun dapat menguntungkan para karyawan, mitra kerja, dan negara-negara tuan rumah. Sebab akan ada skala yang lebih besar dalam cadangan dan produksi.
Melihat konsolidasi bisnisnya, Medco beroperasi di dalam tiga segmen bisnis utama, yaitu minyak dan gas (migas), ketenagalistrikan, dan pertambangan. Aset migas Medco sebagian besar berbasis di Indonesia. Namun, perusahaan ini berencana untuk fokus memperluas keberadaannya di Asia Tenggara.
Medco juga mengoperasikan gas, geotermal, dan tenaga hidro di Indonesia melalui 89% kepemilikan konsolidasi di Medco Power. Adapula kepemilikan nonkonsolidasi di sebuah tambang tembaga dan emas besar di Indonesia.
Tingkatkan Portofolio
PT Medco Energi Internasional Tbk pada semester I-2019 ini dilaporkan mencatatkan laba kotor sebesar US$347 juta. EBITDA perusahaan pun tercatat sebesar US$343 juta dengan margin 55%. Sementara, EBITDA setelah akuisisi (pro forma) Ophir sebesar US$450 juta, atau lebih tinggi 50% dari tahun sebelumnya.
“Pengintegrasian aset-aset serta organisasi Ophir berlangsung lancar dan saat ini kami terus berupaya untuk meningkatkan kombinasi portofolio MedcoEnergi dan Ophir,” kata Lorato, beberapa waktu lalu.
Untuk segmen minyak, gas, dan ketenagalistrikan; perusahaan memperoleh laba bersih sebesar US$136 juta. Laba bersih konsolidasi Medco sukses mencapai US$28 juta, dengan pro forma Ophir sebesar US$41 juta.
Menurut Roberto, kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan portofolio tahun ini telah dilakukan melalui penjualan dan pembelian aset strategis. Ada pembelian secara tunai atas 11,4% kepemilikan saham di Medco Power guna mencapai kontrol 100%, tambahan 7% partisipasi di Oman KSF, dan memperluas area kerja di Natuna Timur dengan membeli 100% North Sokang PSC.
Selain itu, MedcoEnergi melepas 51% saham di Api Metra Graha (pemilik gedung The Energy), mendilusi kepemilikan di AMNT, dan menurunkan kepemilikan 49% saham di Pembangkit Panas Bumi Ijen. Medco juga menjual 35% kepemilikan di Rimau, 35% kepemilikan di Sumatra Selatan, 100% kepemilikan di Blok R Guinea Ekuatorial, 100% kepemilikan di Aru dan Papua Barat, serta menarik diri dari operasi laut dalam Ophir di Bangladesh dan Vietnam blok 123 dan 124.
Sementara untuk kinerja produksi tercatat produksi minyak dan gas sebesar 96 mboepd, 120 mboepd pro forma Ophir dengan biaya tunai per unit sebesar US$9,0 per boe. Produksi dan nominasi dari pengembangan gas di Blok A, Aceh cukup stabil pada kisaran 52-53 BBtupd. (Bernadette Aderi)