c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

29 Maret 2018

09:55 WIB

Kendaraan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan Jadi Fokus Kemenperin

Pada tahun 2025, ditargetkan 20% dari produksi industri otomotif di Indonesia berupa kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Kendaraan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan Jadi Fokus Kemenperin
Kendaraan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan Jadi Fokus Kemenperin
Mobil listrik yang dijuluki Molina, hasil inovasi dan karya dari dosen dan mahasiswa UI pada acara Seminar dan Pameran Ketenagalistrikan di JCC, Senayan, Jakarta. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

JAKARTA – Menyerap banyak tenaga kerja dan berkontribusi hingga 10,16% terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) pada 2017, pemerintah tampak kian fokus mengembangkan industri otomotif dalam negeri. Memproduksi kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan pun menjadi salah satu tujuannya.

Diungkapkan oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, kefokusan tersebut tampak ketika pemerintah mulai mengambil langkah strategis pemberian insentif untuk produsen-produsen yang membuat low cost green car (LCGC) pada tahun 2013. Saat ini pun langkah pemerintah tidak berhenti membuat jenis kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan lewat pengembangan low carbon emission vehicle.

“Pada tahun 2025, ditargetkan 20% yang diproduksi oleh industri otomotif di Indonesia adalah kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan,” ujar sang menteri seperti dilansir dari siaran resminya, Rabu (28/3).

Fokus pemerintah kepada kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan bukan hanya untuk kebutuhan dalam negeri, melainkan juga mengikuti tren global. Airlangga mengungkapkan, tren dunia ke depan menuju ke arah produksi kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Tentunya ini menjadi tantangan bagi Indonesia guna bisa memenuhi ketentuan terkait emisi yang berterima secara global. Apalagi sesuai komitmen, per 2030 nanti, Indonesia sudah mesti mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 29% atas usaha sendiri. Sementara, target penurunan emisi lebih tinggi jika ada bantuan dari pihak internasional, yakni 41%. Sekadar informasi, komitmen pengurangan emisi ini termaktub dalam COP21.

“Kami telah menyiapkan langkah-langkah dalam rangka mengantisipasi hal-hal tersebut,” ujarnya.

Asal tahu saja, sebenarnya animo masyarakat Indonesia terhadap kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan cukup besar. Ini terlihat dari pangsa pasar LCGC yang kian membesar saat ini. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pangsa pasar LCGC pada 2016 telah mencapai 22% pada akhir 2016. Padahal waktu awal kemunculannya pada 2013, pangsa pasar LCGC hanya 4%.

 

 

Berbagai kebijakan dan insentif untuk pengembangan sektor otomotif pun terus digenjot dan disempurnakan. Salah satunya dengan pengusulan insentif untuk sedan agar mampu melajukan nilai ekspor.

Pasalnya saat ini, ekspor mobil Indonesia baru di angka 200 ribuan unit per tahun. Artinya, ini tak sampai 20% dari total penjualan mobil di 2017 yang berada di angka 1,08 juta unit.

“Kami telah mengusulkan insentif untuk sedan dengan penurunan PPnBM,” kata Airlangga.

Untuk hal ini, dibutuhkan kerja sama dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan agar kebijakan yang dikeluarkan tepat sasaran dan dapat berjalan dengan baik.

Guna diketahui, industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Sumbangsihnya terhadap PDB telah mencapai 10,16% pada tahun 2017. Sektor ini pun mampu menyerap tenaga kerja langsung sekitar 350 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang.

Sebelumnya kepada Validnews, Ketua 1 Gaikindo mengungkapkan, dari jumlah penyerapan sebanyak itu, mayoritas diserap oleh usaha otomotif yang berada di bengkel, penjualan suku cadang, maupun outlet resmi ataupun independen. Sementara itu, kebutuhan di pabrik perakitlah yang paling sedikit.

Karena ini pula, kebutuhan untuk pekerja tingkat medium menjadi lebih banyak dibandingkan insinyur-insinyur perancang. Perbandingannya kebutuhannya mencapai lima kali lipat.

“Makanya, ini sudah bagus langkah merek-merek ini terjun ke situ, mengikat kerja sama dengan SMK, mengikat kerja sama dengan STM. Lulusan dari situ masuk ke sini, ke industri otomotif,” ungkapnya, beberapa waktu lalu.

Kebutuhan tenaga kerja, menurut Airlanga, pun niscaya akan makin besar dengan peluang meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk-produk otomotif.

“Di mana pada tahun 2020 ditargetkan Indonesia mampu memproduksi lebih dari 1,29 juta unit, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun basis produksi untuk tujuan ekspor,” tegas Airlangga Hartarto pada acara Otomotif Award 2018.

Pada kesempatan tersebut itu juga, Menperin yang mewakili Presiden Joko Widodo untuk menerima anugerah News Maker of The Year mengatakan, fokus presiden terhadap industri otomotif tampak pula dari peluncuran program penggunaan komponen dalam negeri guna mendukung pengembangan mobil nasional.

Program yang difokuskan pada peningkatan penggunaan komponen dalam negeri ini telah ditampilkan melalui program alat mekanis multiguna Pedesaan (AMMDes) dengan lokal konten lebih dari 90%. Saat ini, untuk alat tersebut sudah ada lima jenis yang dipasarkan.

Menurut Airlangga, upaya yang telah dilakukan Kementerian Perindustrian itu sesuai harapan Presiden Jokowi.

“Di mana nantinya akan muncul industri yang berbasis angkutan pedesaan. Kami sudah monitor, harganya cukup terjangkau. Rata-rata di bawah Rp80 juta. Kemenperin tengah membuat policy-nya,” tuturnya. (Teodora Nirmala Fau)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar