20 April 2021
08:41 WIB
JAKARTA – Kementerian Perindustrian terus dorong penerapan teknologi industri 4.0 pada industri makanan dan minuman domestik. Salah satunya melalui kemitraan industri dengan pemerintah.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri atau BSKJI Kemenperin, Doddy Rahadi menyampaikan, BSKJI bersama 24 satuan kerja layanan teknisnya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia siap mendampingi perusahaan dalam menjalankan transformasi industri 4.0. Mulai dari asesmen, konsultasi hingga sertifikasi.
“Dengan perubahan dunia pasca-pandemi covid-19, kita dapat berperan dalam mentransformasi ekonomi melalui Making Indonesia 4.0. Sejalan program Indonesia tumbuh, peran teknologi informasi menjadi sangat penting di samping upaya percepatan perizinan, penyederhanaan birokrasi serta reformasi regulasi,” papar Doddy lewat siaran pers, Jakarta, Senin (19/4).
Balai Riset dan Standardisasi atau Baristand Industri Surabaya, juga turut menyampaikan kesiapan layanan jasanya dalam mendukung transformasi industri 4.0 di wilayah Jawa Timur.
“Sesuai amanat, kami aktif mendukung transformasi industri 4.0 dari tahap asesmen, pendampingan, hingga sertifikasi industri dengan tools INDI 4.0 terkhusus bagi perusahaan industri di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya,” tutur Kepala Baristand Industri Surabaya Aan Eddy Antana.
Transformasi digital berdampak positif terhadap peningkatan investasi, produktivitas industri dan penciptaan tenaga kerja kompeten.
Kemenperin mencatat, kinerja industri mamin selama periode 2015–2019 rata-rata tumbuh 8,16% atau di atas rata-rata pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4,69%.
Di tengah dampak pandemi, per kuartal IV/2020, terjadi kontraksi pertumbuhan industri nonmigas sebesar 2,52%. Namun demikian, industri mamin masih mampu tumbuh positif sebesar 1,58% pada 2020.
Sementara itu, industri yang sama juga berperan penting dalam kontribusi ekspor industri pengolahan nonmigas. Pada Januari–Desember 2020, total nilai ekspor industri makanan dan minuman mencapai US$31,17 miliar atau menyumbang 23,78% terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas yang sebesar US$131,05 miliar.
“Artinya, industri 4.0 memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional. Apalagi, dapat juga mendukung dan mempermudah aktivitas industri saat kondisi pandemi seperti sekarang,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai.
Baca Juga:
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia, industri mamin adalah satu dari tujuh sektor yang diakselerasi untuk mengadopsi teknologi industri 4.0. Harapannya, upaya yang sama dapat mendongkrak kinerja sektor unggulan tersebut.
Diakui Kemenperin, saat ini belum banyak perusahaan penanaman modal dalam negeri yang sudah melesat jauh bertransformasi menjadi industri 4.0. Karena itu, diharapkan terdapat perusahaan mamin yang bisa menjadi lighthouse nasional dalam mendorong transformasi digital perusahaan industri nasional yang lebih baik. (Khairul Kahfi)