c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

04 November 2020

19:12 WIB

Kemenperin Susun Strategi Pemulihan Industri TPT Nasional

Sektor industri TPT merupakan salah satu andalan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035 serta prioritas pengembangan peta jalan Making Indonesia 4.0

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Kemenperin Susun Strategi Pemulihan Industri TPT Nasional
Kemenperin Susun Strategi Pemulihan Industri TPT Nasional
Pedagang menyusun barang daganganya di pasar lama Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (2/4/2020) . Sejumlah pedagang pakaian di pasar tradisional tersebut mengaku omzet menurun hingga 50 persen lebih akibat lesunya kunjungan konsumen sejak merebaknya virus Corona (COVID-19). ANTARAFOTO/Akbar Tado

JAKARTA – Kemenperin telah menyusun berbagai strategi untuk membangkitkan kembali geliat industri tekstil dan produk tekstil pada saat dan setelah pandemi covid-19.

Direktur Jenderal IKFT Kemenperin Muhammad Khayam menuturkan, salah satu langkah yang ditempuh adalah penerapan Road Map Tekstil 4.0 dengan menekankan pada tiga jangkauan, yakni jangka pendek dalam kurun 3-5 tahun (horizon 1), jangka menengah 5-10 tahun (horizon 2) dan jangka panjang 10-15 tahun (horizon 3)

Spesifiknya, horizon 1 akan memfokuskan mengembangkan synthetic fibers, high quality yarn, specialty and industrial fabrics. 

"Selanjutnya, horizon 2 dan 3 beralih pada pengembangan apparel with embedded technology dengan fokus produk technical multi-fabric textiles, leather fabrics, functional clothing dan smart footwear," ujarnya dalam siaran resmi yang diterima di Jakarta, Rabu (4/11). 

Secara simultan, Kemenperin terus mendorong implementasi teknologi industri 4.0 di sektor TPT. Antara lain melalui pemberian insentif kepada pelaku usaha melalui insentif super tax deduction untuk industri yang melakukan kegiatan litbang serta pendidikan vokasi.

“Kami juga melanjutkan program restrukturisasi mesin dan peralatan pada industri TPT sebagai momentum untuk bisa selaras dengan revolusi industri 4.0, serta meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kualitas produk,” imbuhnya.

Berikutnya, Kemeperin bertekad meningkatkan konektivitas sektor hulu-hilir di industri TPT dengan platform Indonesia Smart Textile Industry Hub (ISTIH), usulan insentif Kemudahan Lokal Tujuan Ekspor (KLTE) dan Kemudahan Lokal Tujuan Lokal (KLTL) untuk pengunaan bahan baku dari dalam negeri. 

Bahkan, Kemenperin terus mendorong penurunan harga gas agar segera direalisasikan bagi industri hulu tekstil sehingga daya saingnya dapat terdongkrak sekaligus memberikan multiplier effect untuk rantai industri tersebut.

Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, sektor industri TPT merupakan salah satu andalan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035 serta prioritas pengembangan peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Industri TPT adalah salah satu sektor yang paling tua, yang struktur industrinya paling besar dan kuat, serta merupakan industri yang menyerap banyak tenaga kerja,” katanya.

Pihaknya menilai, industri TPT juga menjadi penghasil devisa yang cukup signifikan. Pada 2019, nilai ekspornya mencapai US$12,9 miliar dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,74 juta orang.

“Pandemi Covid-19 menyebabkan industri ini menjadi salah satu yang terpukul hebat,” ungkapnya. 

Upaya Lainnya
Kepala BPPI Kemenperin Doddy Rahadi menambahkan, pandemi yang menghantam sektor industri harus dihadapi dengan berbagai strategi, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi dan efisiensi proses produksi. 

“Hal tersebut akan menjadi kunci utama penguatan daya saing industri manufaktur nasional,” tuturnya.

Kemenperin menaruh perhatian besar terhadap pengembangan industri tekstil secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Beberapa industri ramah lingkungan yang saat ini didorong adalah industri serat rayon, industri daur ulang stapel fiber polyster, serta industri dyeing printing dan finishing.

“Sehingga, industri tersebut juga bisa menghasilkan produk final yang nyaman dan fungsional ketika dipakai,” sebutnya.

Tekanan hebat pandemi terhadap industri TPT mendorong inovasi teknologi yang dapat melahirkan berbagai produk tekstil fungsional berkelanjutan. 

Kemenperin juga berupaya untuk memudahkan ketersediaan bahan baku lokal dan memastikan terjaminnya pasokan energi. Sehingga kinerja ekspor tetap terpacu dengan optimalisasi bahan baku lokal. 

“Sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri TPT nasional, khususnya tekstil fungsional,” jelasnya.

Doddy menuturkan, permintaan produk tekstil dengan teknologi tinggi akan terus meningkat di masa depan. Hal ini didukung teknologi terbaru yang meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya serta kualitas produk.

“Negara berkembang seperti Indonesia perlu berbenah dengan terus meningkatkan inovasi teknologi tekstil fungsional, sembari tetap menjaga kelestarian sumber daya alam serta meningkatkan kualitas hidup manusia,” pungkasnya. (Khairul Kahfi


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar