24 April 2021
11:00 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri batik nasional agar semakin berdaya saing global, termasuk mendorongnya untuk menerapkan industri hijau.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, adapun langkah strategis yang perlu dijalankan antara lain mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya lokal terbarukan serta mengefisiensi energi dalam proses produksi.
“Kami memang menekankan pelaku industri tentang pentingnya melakukan pengelolaan limbah industri yang dihasilkan agar tidak merusak ekosistem lingkungan. Hal ini merupakan wujud nyata dalam implementasi industri hijau,” katanya dalam siaran resmi, Jakarta, Jumat (23/4).
Sejalan arahan tersebut, satuan kerja di bawah binaan Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri siap menerapkan beberapa strategi untuk membantu mewujudkannya.
Kepala BSKJI Kemenperin Doddy Rahadi memaparkan, penerapan tersebut diantaranya melalui penyusunan standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik sebagai upaya untuk penjaminan kualitas mutu batik, seperti SNI batik, Standar Industri Hijau atau SIH produk batik, labelisasi batikmark dan sertifikasi produk batik.
Berikutnya, penyediaan Lembaga Uji dan Sertifikasi seperti Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik, Lembaga Sertifikasi Produk dan Sistem Manajemen Mutu, Lembaga Sertifikasi Profesi batik, serta Lembaga Sertifikasi Industri Hijau Batik.
“Kami juga melalukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi melalui program pelatihan kepada SDM industri. Misalnya, Innovating Jogja yang merupakan program inkubasi startup di bidang batik dan kerajinan, alih teknologi, bimbingan teknis, workshop, dan klinik konsultansi,” sebut Doddy.
Satuan kerja di bawah BSKJI Kemenperin juga telah melakukan inovasi riset terkait produk batik seperti pengembangan aplikasi Batik Analyzer, yang merupakan aplikasi pendeteksi batik dan tiruan batik.
Kemudian, eksplorasi sumber dan teknologi proses penyediaan pewarna alami untuk batik, serta pembuatan katalog warna alam digital 'Color Matching'. Harapannya, mampu membantu industri batik membuat resep pewarnaan lebih cepat, mudah dan akurat.
“Kami pun mendorong pengembangan proses dan peralatan membatik hemat energi, seperti kompor listrik, canting listrik, mesin cap batik otomatis berbasis PLC yang diharapkan dapat membantu efisiensi dan efektivitas produksi batik,” imbuhnya.
Perluasan Industri Hijau
Kepala BSKJI juga menegaskan, prinsip industri hijau atau industri berwawasan lingkungan juga bisa diterapkan di semua sektor industri. Termasuk industri kecil dan menengah atau IKM, seperti industri batik sekalipun.
“Dengan adanya SIH untuk produk batik yang telah kami berlakukan sejak 2019, mudah-mudahan dapat membantu perajin batik mengimplementasikan prinsip industri hijau dalam proses produksi,” tutur Doddy.
Sebab, dalam SIH tersebut terdapat pedoman tentang penggunaan bahan baku, bahan penolong, dan energi, proses produksi, produk, manajemen pengusahaan, hingga pengelolaan limbah.
Pihaknya terus mengajak seluruh stakeholders bersinergi dan berkolaborasi mewujudkan industri batik yang berdaya saing, unggul dalam kualitas dan berwawasan lingkungan.
Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik atau BBKB Kemenperin Titik Purwati Widowati menyebut, beberapa contoh aksi dalam mewujudan industri hijau di industri batik, yaitu pengunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan bakunya.
Seperti penggunaan media batik dari serat alam, serta penggunaan pewarna alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbaharui, misalnya malam batik berbasis sawit.
“Selama ini, bahan baku produksi batik masih menggunakan malam (lilin) dari formulasi parafin. Seperti diketahui, parafin bersumber dari minyak bumi dan diprediksi perlahan akan habis karena termasuk energi yang tidak bisa diperbarui,"jelas Titik.
Hal ini pun dapat mengancam kelangsungan industri batik Tanah Air. Selain itu, sebagian bagian besar parafin masih diperoleh dengan cara impor.
Menurutnya, dengan menggunakan malam batik berbasis sawit, Indonesia dapat menekan importasi parafin dan secara otomatis TKDN industri batik juga akan meningkat.
“Perekayasaan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektifitas produksi. Serta penerapan teknologi daur ulang limbah sisa produksi, seperti daur ulang sisa malam batik maupun limbah bahan pewarna juga bisa membantu mewujudkan industri batik berwawasan lingkungan,” tandasnya. (Khairul Kahfi)