11 Mei 2020
16:35 WIB
JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk terus memacu hilirisasi dan komersialisasi produk-produk riset dan inovasi, khususnya yang saat ini sedang dibutuhkan untuk penanggulangan pandemi covid-19.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan ialah pengembangan ventilator dalam negeri.
Ia menegaskan pihaknya telah memfasilitasi untuk percepatan produksi, kemudahan bahan baku dan komponen, alat uji dan kalibrasi ventilator, serta berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait perizinan.
Doddy menambahkan sejak April 2020, Kemenperin telah melaksanakan rapat dengan inisiator ventilator nasional serta Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes untuk merealisasi produksi ventilator nasional.
“Secara umum, keempat tim pengembang ventilator adalah Tim Jogja, Tim ITS, Tim UI, dan Tim ITB yang sedang dalam proses uji fungsi dan uji klinis serta penjajakan kerja sama industri untuk melakukan produksi skala besar,” kata Doddy melalui siaran pers di Jakarta, Senin (11/5).
Salah satu yang mendapat perhatian ialah Tim Jogja yang meliputi Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, PT Stechoq, serta PT Swayasa Prakarsa yang telah mendapat sertifikat produksi, merek dagang, dan kerja sama distribusi dengan penyalur alat kesehatan.
Selanjutnya, tambah Doddy, ialah pengurusan izin edar yang saat ini tengah disiapkan persyaratan dokumennya sambil menjalani uji fungsi dan uji klinis dalam pengawasan Kemenkes.
Selain ventilator, BPPI Kemenperin juga tengah melakukan riset untuk merancang produksi alat pelindung diri (APD) jenis face shield untuk tenaga kesehatan dalam menangani pasien yang terpapar covid-19 yang telah dilakukan oleh Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) di Bandung, Jawa Barat.
Selanjutnya, Kemenperin juga mengupayakan pengembangan cokelat rempah dengan kandungan komponen bioaktif yang dilakukan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) di Makassar yang diharapkan memberikan efek positif untuk meningkatkan imunitas masyarakat.
“Kami juga akan melakukan penelitian dan pengembangan Non-PCR test kit untuk mendeteksi covid-19, yang dilaksanakan oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung,” ujar Doddy.
Selanjutnya, Kemenperin berupaya untuk mengembangkan kit rapid test guna mendeteksi virus corona dengan metode lateral flow immunoassay yang dilakukan oleh Balai Besar Industri Agro (BBIA) di Bogor, Jawa Barat.
Selain itu, BBIA juga akan mengembangkan pangan fungsional imunomodulator yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Untuk pengembangan disposable masker penahan virus berbasis kertas akan dilakukan oleh Balai Besar Pulp dan Kertas di Bandung," imbuh Doddy.
Sementara itu, Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) di Yogyakarta juga akan mengupayakan pengembangan nanofiber membrane pada masker untuk memproteksi virus corona.
“Ada juga pembuatan antioksidan untuk mencegah regenerasi virus di dalam tubuh manusia berbasis mikroalga, yang akan dilaksanakan oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) di Jakarta, dan pengembangan kayu pasak bumi sebagai bahan baku obat dan penambah stamina, yang akan dilaksanakan oleh Balai Riset dan Standardisasi Banjarbaru,” tandas Doddy. (Yoseph Krishna)