22 September 2020
09:55 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Menteri Perdagangan akan mempromosikan kopi arabika, salah satu produk indikasi geografis, ke pasar global khususnya Uni Eropa.
Dia mengajak semua pihak untuk turut serta mempromosikan. Kolaborasi dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan diperlukan untuk meningkatkan ekspor kopi di tengah tekanan krisis global.
Hal tersebut disampaikan Mendag Agus Suparmanto saat membuka acara Indonesia Coffee Week dan Coffee Tasting of Gayo Arabica Coffee yang berlangsung virtual di Jakarta. Turut Hadir dalam acara ini Wamendag Jerry Sambuaga, dan sejumlah duta besar.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag bersama Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham, MPKG, serta ASEAN Regional Integration Support-Indonesia Trade Support Facility atau ARISE Plus Indonesia.
“Indonesia Coffee Week merupakan upaya bersama dalam mempromosikan dan meningkatkan kesadaran akan IG sebagai komponen penting untuk meningkatkan ekspor melalui branding dan pemasaran produk,” kata Mendag, Jakarta, Senin (21/9).
IG merupakan ciri khas produk di wilayah tertentu dengan kualitas, reputasi, atau karakteristik melekat dengan daerah asal produk serta memiliki faktor lingkungan geografis produk.
“Ciri-ciri tersebut meliputi faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut yang memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang atau produk yang dihasilkan,” ungkapnya.
Indonesia dan Uni Eropa telah memperkuat kerja sama ekonomi melalui ARISE Plus Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor dan integrasi Indonesia dalam rantai nilai global.
Saat ini, Indonesia dan Uni Eropa dalam proses negosiasi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA. Salah satu kesepakatannya adalah pertukaran registrasi produk IG serta membuka jalan bagi pengakuan produk IG Indonesia di Uni Eropa dan sebaliknya.
“Produk IG Indonesia merupakan pembawa identitas bangsa Indonesia di pasar Eropa. Kopi arabika gayo merupakan produk IG Indonesia pertama yang diakui Eropa sejak 2017. Diharapkan dengan finalisasi IEU-CEPA ini berbagai jenis kopi dan produk IG lainnya dapat diakui serta dilindungi di pasar Uni Eropa,” jelasnya.
Sementara itu, Dubes Vincent Piket mengatakan, perlindungan IG merupakan hal penting, baik secara ekonomi maupun budaya. Hal ini dapat membantu menciptakan nilai bagi masyarakat lokal melalui produk yang berakar kuat pada tradisi, budaya, dan geografi.
“Uni Eropa bangga memiliki sistem IG yang kuat dan mendukung perlindungan IG di Indonesia. Kedua pihak telah bertukar daftar IG yang akan tertuang dalam IEU CEPA setelah negosiasi selesai,” tandasnya.
Senada dengan hal itu, Dirjen Kasan mengatakan, produk IG berpotensi menjadi kontributor utama kinerja ekspor nasional. Untuk itu, diperlukan kesiapan data dan informasi yang lengkap sebagai faktor kunci sebelum melakukan promosi produk.
Pengelolaan informasi produk IG sangat penting dan akan memudahkan pengambilan keputusan terkait promosi dan pemasaran, serta dalam menjalin kemitraan dengan pihak ketiga.
Indonesia Coffee Week yang berlangsung pada 17–25 September 2020 dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan kopi Indonesia.
"Diharapkan juga perwakilan perdagangan Eropa dapat memberi perhatian terhadap produk IG Indonesia, termasuk kopi arabika gayo sehingga dapat menembus pasar global,” katanya.
Kasan juga menyampaikan, untuk meningkatkan ekspor pihaknya juga melakukan berbagai langkah dan strategi. Langkah tersebut yakni, pertama peningkatan daya saing dan pengembangan produk atau desain ekspor seperti klinik produk ekspor dan desain, kolaborasi kerja dengan desainer, serta optimalisasi Indonesia Design Development Center atau IDDC.
Kedua, penguatan standar produk dan persyaratan internasional untuk meningkatkan akses pasar global melalui fasilitasi sertifikasi Analisis Bahaya dan Titik Kontrol Kritis atau HACCP, Praktik Manufaktur yang Baik atau GMP, Halal, Organik serta Hak Kekayaan Intelektual mencakup paten, merek, indikasi geografis, dan desain industri.
Ketiga, pelatihan kepada calon eksportir baru, khususnya UKM, melalui program pendidikan dan pelatihan ekspor indonesia.
Plt Sekda Arslan mengapresiasi atas dukungan Kemendag dan Uni Eropa yang telah membantu mempromosikan kopi arabika gayo sebagai IG Indonesia sehingga diakui di Eropa.
“Diharapkan kerja sama ini terus berlanjut dan menghasilkan kontrak dagang serta dapat menyejarterakan eksportir sekaligus petani kopi gayo di Aceh Tengah,” tutupnya.
Kopi arabika gayo merupakan salah satu kopi IG yang memiliki rasa dan ciri khas rasa yang telah dikenal dunia. Pada 2017, melalui bantuan dengan EU-Indonesia Trade Cooperation Facility atau TCF (2011-2016) kopi gayo mendapatkan status Protected Geographical Indications atau PGI dari Uni Eropa.
Kerja sama bilateral untuk mempromosikan dan meningkatkan branding kopi gayo berlanjut melalui program ARISE+Indonesia senilai EUR€ 15 juta untuk 2019-2023.
Ekspor kopi gayo berpotensi meningkatkan kontribusi terhadap ekspor kopi Indonesia, terutama ke pasar utama seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Pada 2019, ekspor kopi Indonesia mencapai US$883 juta atau meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$815 juta.
Selain kopi Aceh Gayo, program ini memberikan bantuan teknis untuk peningkatan kapasitas dan branding kopi arabika Bali Kintamani, kayu manis Koerintji (Jambi), gula merah Kulon Progo (Yogyakarta), lada putih Luwu Timur (Sulawesi Tenggara), madu Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), dan garam Amed (Bali). (Khairul Kahfi)