19 Maret 2021
17:25 WIB
JAKARTA – Pemerintah mengklaim dapat mengantisipasi kemungkinan aliran dana asing keluar dari dalam Indonesia. Hal ini selepas The Fed menahan suku bunga acuan rendahnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, penundaan ini akan membuat Indonesia mempunyai ruang bernafas.
"Tentunya penundaan ini akan memberi Indonesia ruang untuk bernapas. Jadi kekhawatiran akan potensi capital outflow masih kita bisa jaga," ujarnya dalam Konferensi Pers Perpanjangan PPKM Mikro, Jakarta, Jumat (19/3).
The Fed menyatakan tidak melihat kenaikan suku bunga hingga 2023. The Fed memperkirakan suku bunga acuan tetap mendekati nol untuk dua tahun ke depan. Produk domestik bruto diprediksi tumbuh 6,5% pada 2021 sebelum mereda di tahun-tahun berikutnya.
Ekspektasi inflasi inti juga bergerak lebih tinggi, dengan The Fed menargetkan menjaga inflasi pada level 2% dalam jangka panjang.
Sementara, Bank Indonesia mencatat, investasi portofolio yang mencatat net outflow sebesar US$1,57 dolar pada Maret 2021 hingga 16 Maret setelah sebelumnya mencatat net inflow sebesar US$7,14 dolar pada periode Januari–Februari 2021
Untuk itu, Airlangga mengharapkan pemulihan ekonomi di dalam negeri lebih cepat. Untuk itu, pemerintah mengatakan akan mendorong kebijakan di sektor riil.
Adapun kebijakan stimulus PPnBM di bidang otomotif dan PPN di sektor properti memulihkan dari sisi permintaan.
Ke depan, Airlangga bilang stimulus tersebut akan didorong ke sektor hotel, restoran, dan cafe dengan memberikan modal kerja yang saat ini sedang dibahas dengan otoritas jasa keuangan atau OJK.
"Kita sedang siapkan ini mungkin sekitar dua tahun dan pemerintah akan memberikan penjaminan di perbankan melalui menteri keuangan," ujarnya.
Airlangga juga menambahkan, pemerintah akan mendorong sektor yang berorientasi ekspor. Di antaranya komoditas CPO, batu bara, nikel, hingga emas.
Selain itu, sektor industri pengolahan seperti makanan minuman, tekstil, otomotif, alat kesehatan, kimia, serta furnitur juga akan didorong agar mempercepat pemulihan ekonomi.
Juga, Indonesia Investment Authority alias INA juga diharapkan dapat mulai mengidentifikasi proyek-proyek infrastruktur sehingga menjadi magnet baru bagi investor asing
"Sehingga tentu kita berharap bahwa capital outflow ini bisa kita jaga," ujarnya. (Rheza Alfian)