20 Februari 2019
10:00 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Dalam dua tahun terakhir pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) utamanya yang berasal dari biodiesel kian berkembang. Kini bahkan dari total 391 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diyakini telah memiliki kapasitas pengolahan kelapa sawit mentah yang cukup tinggi, yakni sebesar 38.320 ton per jam.
"Bioenergi berbahan baku minyak kelapa sawit (CPO) sangat potensial untuk terus dikembangkan di Indonesia. Setidaknya ada 391 PKS yang tersebar di wilayah Indonesia dengan tingkat produktivitas yang tinggi," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, seperti dilansir Antara, Rabu (20/2).
Sebaran PKS tersebut, rinci Agung, terdapat di regional Sumatra sebanyak 505 pabrik dengan kapasitas produksi sebesar 22.905 ton per jam, Kalimantan memiliki 257 pabrik (13.989 ton/jam), dan Sulawesi 19 pabrik (890 ton/jam). Sementara, sisanya ada di Maluku dan Papua 8 pabrik (485 ton/jam) serta 2 pabrik (50 ton/jam) di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Dengan potensi itu, menurutnya tidak heran jika pemerintah memperluas kebijakan pemanfaatan bioenergi di semua sektor. Terutama transportasi dan pertambangan melalui implementasi mandatori Biodiesel sebesar 20% (B20) dalam Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Pemanfaatan Biodiesel menjadi salah satu mandatori yang harus dilaksanakan. Apalagi dari tahun ke tahun produksi CPO makin tinggi," ungkap Agung.
Pemerintah kembali menggenjot pemanfaatan biodiesel melalui penerbitan regulasi mengenai perluasan insentif Biodiesel untuk sektor Non-PSO Permen ESDM No.12 Tahun 2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Selain itu, ada pula Permen ESDM Nomor 41 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan BBN Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Sebelumnya dengan mandatori sebesar 15%, kebutuhan CPO mencapai 5,05 juta kilo liter (kl) pada tahun 2015. Dengan pencanangan mandatori 20%, akan ada 7,58 juta KL biodiesel yang akan dibutuhkan pada tahun 2019 dan 11,7 juta KL di 2020.
Tingginya penyerapan atas pemanfaatan CPO terhadap total produksi CPO memberikan rasa optimis Pemerintah untuk terus mengembangkan CPO untuk biodiesel. Dari 18% pemanfaatan CPO untuk biodiesel di tahun 2015 nantinya akan mencapai 26% di tahun 2020.
"Seiring meningkatnya kebutuhan dan berkembangnya teknologi, penerapan biodiesel ini bisa kita tingkatkan. Kami optimis dan sangat memungkinkan," tutup Agung.
Tahun 2018 lalu, Kementerian ESDM dalam laporannya mencatat pemanfaatan biodiesel dalam negeri sebesar 4,02 juta KL. Pemanfaatan ini berhasil menghemat devisa sekitar US$2,01 miliar atau Rp28,42 triliun.
Di periode yang sama, produksi biodiesel dalam negeri tercatat mengalami peningkatan nyaris dua kali lipat dari tahun sebelumnya hingga mencapai 6,01 juta KL. Capaian itu melebihi target produksi 2018 yang sebelumnya hanya dipatok sebesar 5,70 juta KL.
Hulu Lesu
Sementara itu, dari sisi supply PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) mencatat penurunan penjualan bibit benih pada awal tahun 2019 ini. Seperti yang terjadi pada penjualan benih sawit di PPKS Medan. Penjualan tercatat anjlok hingga tinggal setengah dari penjualan pada periode yang sama tahun 2018 yang mencapai 2,6 juta butir.
"Di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan misalnya pada Januari 2019 hanya bisa menjual benih sawit sebanyak 1.238.453 butir," ujar Direktur PPKS Medan, Hasril Hasan Siregar di Medan, Selasa (19/2), dilansir dari Antara.
Penjualan benih sawit PPKS di Januari 2019 itu, katanya, bahkan jauh di bawah angka penjualan 2017 sebanyak 2.020.220 butir. Meski menurutnya dalam kondisi itu saja pihaknya masih beruntung. Pasalnya perusahaan lain bahkan penjualannya tidak sampai 1 juta butir.
Dia mengakui, penjualan benih memang sangat dinamis dan berkorelasi positif dengan harga kelapa sawit. Sementara harga TBS dan minyak sawit mentah atau crude palm oil/CPO di 2018 rendah khususnya di semester II 2018.
Di tahun politik ini, pelaku industri tengah mengambil posisi wait and see, hingga menyebabkan permintaan benih juga menurun. Karena itu, ia berharap agar Pemilu berjalan aman. Juga, Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pemerintah berjalan lancar di 2019.
"Kalau ketiga faktor itu yakni harga CPO naik, Pemilu aman dan lancar serta program PSR berlanjut diyakini penjualan benih sawit akan kembali membaik," katanya.
Hasril menyebutkan, meski permintaan lesu di awal tahun, PPKS Medan masih optimistis bisa menjual benih kelapa sawit sebanyak 24,5 juta butir seperti yang ditargetkan pada 2019. Target penjualan di 2019 itu sendiri, ujar dia, naik dari rencana 2018 yang sebesar 23 juta butir dengan realisasi 24.142.761 butir.
"Memang ada prediksi harga jual TBS belum kembali bagus. Tetapi PPKS Medan masih optimistis bisa menjual seperti yang ditargetkan," ujar Hasril. (Bernadette Aderi)