c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

03 Maret 2021

20:16 WIB

KKP Gandeng BUMN, Produksi Kincir Air Dalam Negeri

KKP dan Barata bekerja sama mengembangkan inovasi kincir angin untuk menekan penggunaan produk luar negeri

KKP Gandeng BUMN, Produksi Kincir Air Dalam Negeri
KKP Gandeng BUMN, Produksi Kincir Air Dalam Negeri
Warga menyiapkan pakan di tempat budi daya ikan nila dengan keramba apung Sungai Batanghari, Sungai Duren, Muarojambi, Jambi, Jumat (5/2/2021). Harga jual ikan nila yang sempat turun hingga Rp19 ribu per kilogram pada awal masa pandemi COVID-19 beberapa bulan lalu mulai berangsur normal dalam sebulan terakhir menjadi Rp23 ribu per kilogram seiring membaiknya daya beli masyarakat. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan

JAKARTA – Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo atau Poltek KP Sidoarjo Badan Riset Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP dan PT Barata Indonesia, menandatangani nota kesepahaman pengembangan produksi inovasi kincir air untuk tambak serta sarana penunjang produksi perikanan budidaya.

Kesepakatan ini dibuat dalam rangka meningkatkan produksi perikanan budidaya secara nasional. Sebagaimana dikatakan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Safri Burhanuddin.

Safri berharap, target produksi peningkatan perikanan budidaya  khususnya untuk udang sebanyak 250%, bisa tercapai. Kerja sama ini pun ditarget mampu meningkatkan produksi kincir air pada 2021, dari 70% menjadi 100% dalam kurun waktu satu tahun.

“Ini bukti kalau kita ini bisa membuat sendiri produknya dalam hal sarana untuk mendukung target produksi perikanan budidaya 250% dari Presiden Joko Widodo. Nah kedepannya kita perlu dorong lagi dari teman-teman Poltek KP Sidoarjo dan PT Barata untuk produksi secara masif dan bisa digunakan di berbagai tambak secara nasional,” ungkap Safri secara tertulis, Rabu (3/3).

Kincir air hasil karya anak bangsa yang merupakan inovasi dari Poltek KP Sidoarjo BRSDM KP ya dikerjasamakan dengan Barata sebagai BUMN manufaktur ini, sudah melalui tahapan uji coba sebanyak tiga kali. Saat ini Kemenko Marves sedang mendorong proses sertifikasi SNI dan TKDN.

Safri menyatakan, penandatanganan nota kesepahaman ini merupakan tonggak sejarah pengembangan industri perikanan budidaya, melalui dukungan produksi sarana dan prasarana dalam negeri.

Pasalnya, dengan menggunakan produk kincir air karya anak bangsa, maka ongkos yang selama ini besar sekali dapat diminimalisasi.

Pada masa mendatang Kemenko Marves akan mendorong Poltek KP lainnya bersama UMKM di sektor tambak perikanan budidaya, untuk menggunakan produk ini. Dimana, KKP dalam hal ini menjadi kementerian yang bertanggung jawab untuk melaksanakan koordinasi teknis di lapangan.

Penandatanganan kesepakatan ini dilaksanakan bersamaan dengan acara Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau Gernas BBI, yang berfokus pada Pembukaan Karya Kreatif Indonesia 2021 di Lombok, hari ini.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan pun mendukung upaya KKP dan Barata, untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya di Indonesia.

“Kami bangga atas pencapaian serta hasil inovasi teknologi anak bangsa, karena saat ini kincir air bagi tambak budidaya perikanan masih 100% bergantung pada produk luar negeri. Hari ini akan kita saksikan penandatanganan nota kesepahaman antara KKP dan PT Barata Indonesia,” ungkap Luhut secara daring.

Acara ini turut dihadiri pula oleh Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Kepala Badan Standardisasi Nasional, Asisten Deputi (Asdep) Hilirisasi Sumber Daya Maritim, dan Kepala Bidang Hilirisasi Industri Perikanan.

Selain melalui kincir angin, sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mengungkapkan dua terobosan lain untuk menjaga keberlanjutan perikanan budidaya. Pertama, KKP fokus pada produk ekspor komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu udang, lobster, dan rumput laut.

Komoditas udang dipilih menjadi prioritas berdasarkan data ekspor tahun 2020, yang volumenya mencapai 239.227 ton dengan nilai US$2,04 miliar. Untuk peningkatan produksi dan ekspor udang, KKP akan memfasilitasi pengembangan shrimp estate yakni sistem budidaya dengan skala intensif, dengan target produksi berkisar 40 ton per hektare per tahun.

Komoditas lainnya yaitu lobster, mencatatkan volume ekspor hingga 2.022 ton dengan nilai US$75.25 juta pada 2020. Untuk komoditas ini, KKP mengembangkan korporasi budidaya dengan strategi membuat suatu model kawasan budidaya lobster.

Selanjutnya rumput laut, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China, dengan volume ekspor sebesar 195.574 ton atau senilai US$279,58 juta pada 2020. KKP mengupayakan pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggalakkan penggunaan bibit kultur jaringan, pembangunan kebun bibit, penyaluran penjemuran rumput laut, dan penyediaan gudang rumput laut yang menerapkan Sistem Resi Gudang.

Sementara dari aspek hilir, akan dibangun pabrik pengolahan rumput laut, sehingga dapat mendorong ekspor produk turunan rumput laut.

Terobosan kedua yakni pengembangan kampung budidaya dengan konsep Corporate Farming. Kampung perikanan budidaya ini mensinergikan berbagai potensi untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha perikanan budidaya, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.

Beberapa yang dikembangkan adalah kampung bioflok lele, kampung bioflok nila, kampung kerapu, kampung kakap putih, kampung lobster, kampung rumput laut, kampung patin, kampung lobster dan kampung ikan hias.

“Akuakultur adalah jawaban untuk membangun sektor perikanan Indonesia yang memiliki aspek pembangunan yang terdiri dari teknologi yang menjadi motor, lingkungan, sosial ekonomi dan pasar yang menjadi pertimbangan komoditas unggulan,” terang Trengggono secara tertulis, Selasa (2/3). (Zsazya Senorita)

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar