11 Mei 2018
17:48 WIB
PALEMBANG- Perkembangan industri tenun Nusantara makin baik. Pemerintah juga membantu industri kreatif ini untuk berbenah. Sayangnya, masih ada kendala dalam bahan baku. Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Mufidah Jusuf Kalla mengakui bahwa benang emas bahan pembuat Songket saat ini masih menjadi kendala bagi pengrajin karena didatangkan dari luar negeri.
“Memang bahan Songket itu didatangkan dari luar negeri sehingga harganya lebih tinggi, “ kata Mufidah Jusuf Kalla, menjawab pertanyaan pengrajin Songket Sumatera Selatan (Sumsel) saat pertemuan dengan Dekranasda di Palembang, Jumat (11/5).
Mufidah menguraikan, umumnya benang emas itu di datangkan dari India dan China, sehingga butuh waktu bagi pengrajin mendapatkan benang yang diinginkan. Benang impor ini juga harganya tak murah. Karenanya, untuk mengatasi permasalahan tersebut pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan terutama dalam mendatangkan benang emas sebagai bahan Songket tersebut.

Pewarnaan
Mufidah menambahkan, pihaknya menyarankan supaya pengrajin membentuk koperasi untuk memudahkan dalam berkoordinasi sekaligus masalah penjualan dan pendanaan. Solusi untuk bahan baku ini menurutnya sangat penting. Apalagi Songket Palembang sudah lama dikenal, sehingga mutunya harus terus ditingkatkan sehingga semakin diminati masyarakat.
Di kesempatan tersebut, pengrajin Songket Sumsel mengeluhkan akan kesulitan bahan untuk membuat kerajinan khas daerah itu. Untuk mendapatkan benang tersebut pengrajin mendatangkan bahan tersebut dari luar negeri seperti India.
Terhadap mutu tenun, Mufidah Jusuf Kalla juga mengatakan, pihaknya siap membantu pelatihan bagi pengrajin Songket Palembang. Terutama tentang pewarnaan corak Songket agar tampilannya lebih menarik dan berkualitas. Pelatihan perwarnaan itu penting agar Songket yang ada samakin menarik. "Dewan Kerajinan Nasional siap membantu mendatangkan pelatih pewarnaan untuk membantu pengrajin Songket Palembang terutama menghadapi penyelenggaraan Asian Games 2018," katanya.
Kurikulum Songket
Songket sendiri beragam macamnya. Dua provinsi; Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, merupakan asal Songket.
Pada buku 'Menapak Jejak Songket Minangkabau' yang diterbitkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Adityawarman Padang, disebutkan Sumbar memiliki tradisi menenun yang hampir menyebar di seluruh daerah. Tanah Datar, Agam, Limopuluh Kota atau Payakumbuh, Silungkang serta Tenun Muaro Labuah dan Solok, dalah daerah-daerah tradisional asal Songket di Sumbar.
Di Sumbar, beberapa motif tenunan mengambil inspirasi dari alam sekitar, seperti motif Pucuak Rabuang, Itiak Pulang Patang, Saluak Laka, dan lain-lain. Di Kabupaten Tanah Datar terdapat beberapa macam tenunan Songket, seperti Songket Pitalah, Pandai Sikek, Batipuah, Tanjuang Sungayang, Lintau, Pariangan serta Padang Magek. Karenanya, istri Wakil Presiden RI, Ny Mufidah Jusuf Kalla memutuskan mendirikan sentra industri tenun yang akan menyokong produksi serta pelestarian kerajinan yang menjadi kearifan lokal Minangkabau.
Selain itu, keberadaan Sentra Tenun yang diresmikannya pada Selasa, 8 Mei 2018 tersebut juga berangkat dari keprihatinannya terhadap semakin berkurangnya jumlah penenun yang ada saat ini.

Untuk menunjang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan di Sentra Industri Tenun tersebut, pihak Dekranas selanjutnya menggandeng Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemdikbud) untuk menyusun kurikulum tenun.
Dilansir Antara, nantinya Sentra Industri Tenun tersebut diharapkan berkembang menjadi sekolah tenun berbasis kompetensi yang akan melahirkan para perajin tenun di Sumbar.
Mufidah Jusuf Kalla yang berasal dari Sumbar berharap, Sentra Industri Tenun juga dapat menjadi magnet bagi tenunan lain yang ada di Sumbar, seperti Tenun Pandai Sikek, Sungayang, Silungkang di Sawahlunto serta Nareh di Pariaman. Sebagai sentra terbesar di Indonesia, sentra itu juga diharapkan dapat memacu semangat generasi muda untuk belajar tenun dan ikut melestarikan kebudayaan lokal.
Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi juga mengharapkan hal serupa. Selain peningkatan perekenomian daerah, hal yang lebih penting dari keberadaan sentra industri tenun adalah dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
"Pada intinya, keberadaan sentra industri ini adalah untuk kesejahteraan masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh anak gadis yang ada di Sumbar," katanya. (Rikando Somba)