c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

10 April 2019

14:25 WIB

Industri Kosmetik Indonesia Ditargetkan Tumbuh 9%

Nilai ekspor kosmetik, minyak atsiri, dan wangi-wangian selama periode 2014-2018 hanya tumbuh 4,6%

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Industri Kosmetik Indonesia Ditargetkan Tumbuh 9%
Industri Kosmetik Indonesia Ditargetkan Tumbuh 9%
Ilustrasi berbagai jenis kosmetik. Pixabay/dok

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan industri kosmetik tahun 2019 tembus ke angka 9%. Lantaran pasar produk kosmetik Indonesia dinilai cukup potensial dan menjanjikan bagi produsen produk yang masuk sektor wellness industry ini.

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahyono mengungkapkan, optimism tersebut juga meyakini, permintaan pasar dalam negeri dan ekspor terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengikuti tren masyarakat yang mulai menganggap produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.

“Kami menargetkan pada tahun ini, industri kosmetik dapat tumbuh hingga 9%,” kata Sigit di Jakarta, Rabu (10/4).

Target yang dipasang Kemenperin kali ini sebenarnya lebih kecil dari capaian pertumbuhan industri kosmetik tahun 2017, yang Menteri Perindustrian Airlngga Hartarto sebutkan telah mencapai 20%. Saat mengungkapkan hal ini tahun 2018, Airlangga bahkan dengan tegas menyebutkan industri kosmetik nasional telah tumbuh empat kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sementara menurut Sigit berdasarkan catatan Kemenperin, pada tahun 2017, industri kosmetik di Tanah Air telah mencapai lebih dari 760 perusahaan. Sebanyak 95% industri kosmetika nasional merupakan sektor industri kecil dan menengah (IKM). Jumlah ini pun telah mengalami pertumbuhan sebanyak 153 perusahaan dalam periode tersebut.

“Dari industri yang skala menengah dan besar, beberapa sudah mengekspor produknya ke negara-negara di Asean, Afrika, Timur Tengah dan tujuan lainnya,” ujar Sigit.

Disebutkan nilai ekspor produk kosmetik nasional pada tahun 2017 mencapai US$516,99 juta. Nilainya naik 16% dibanding tahun 2016 yang membukukan nilai US$470,30 juta.

Sedangkan jika merujuk data Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai ekspor kosmetik yang digabung dengan minyak atsiri dan wangi-wangian mencatatkan angka US$716,2 juta pada tahun 2017. Lalu meningkat pada tahun 2018 menjadi US$779,3 juta. Tren pertumbuhannya selama tahun 2014—2018 hanya berkisar 4,6%.

Saat ini sendiri, Kemenperin tengah fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri kosmetik melalui berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektor tersebut. Salah satunya bertransformasi menerapkan teknologi digital yang dapat menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri.

“Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, tentu akan memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup,” paparnya.

Anggapan bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar juga pernah disuarakan Airlangga yang menyatakan bisnis sektor ini cukup menjanjikan dan memiliki prospektif baik. Potensi produk kosmetik untuk pasar domestik, Airlanga sebut turut disokong peningkatan jumlah penduduk usia muda atau generasi milenial.

“Saat ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai merambah pasar pria dan anak-anak,” terang Airlangga.

Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami (back to nature) sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali.

“Produk-produk spa ini cukup diminati oleh wisatawan luar negeri. Dengan branding yang baik diharapkan produk kosmetik nasional dapat mencapai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari Korea Selatan,” tuturnya.

Airlangga meyakini, dari aspek bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Beberapa bahan baku yang perlu dikembangkan seperti ganggang laut dan marine collagen yang potensial untuk dikembangkan di pasar lokal serta global.

“Jadi, perlu proses ekstraksi lagi untuk bahan baku kita. Misalnya lidah buaya bisa menghasilkan kolagen dan ada essential oil, yang saat ini masih impor,” ucapnya.

Airlangga menambahkan, di negara-negara Asean sendiri sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik.

“Maka kita juga tidak boleh ketinggalan. Kita bersaing dengan market leader di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut,” tegasnya. (Zsazya Senorita)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar