31 Mei 2019
19:23 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa kondisi politik dan ekonomi Indonesia stabil usai Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Hal ini Airlangga sampaikan saat menjadi pembicara dalam acara Nikkei Forum di Tokyo, Jepang, Kamis (30/5) kemarin. Suksesnya Pemilu 2019, Airlangga ungkapkan untuk meyakinkan investor bahwa iklim usaha di Indonesia stabil dan optimis masih akan bertumbuh.
“Kami baru saja menyelesaikan Pemilu yang terbesar dan paling kompleks di dunia. Warga Indonesia semuanya merajut persatuan untuk membangun bangsa bersama-sama,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (31/5).
Situasi kondusif yang memastikan roda perekonomian Indonesia masih berjalan normal, tutur Airlangga, turut dipengaruhi oleh kemenangan Joko Widodo yang didukung 60% partai politik di parlemen.
“Tampaknya akan ada sekitar 20% tambahan dari anggota parlemen lain. Mereka sudah bersiap juga untuk mendukung pemerintahan Bapak Jokowi ke depan,” imbuh Airlangga.
Hasil pemilu yang dimenangi Jokowi dan diyakini membawa kondusivitas dunia usaha pun kembali ditegaskan Airlangga untuk meyakinkan para peserta yang hadir dalam Nikkei Forum. Ia menjelaskan bahwa pada periode kedua, Jokowi akan mengupayakan reformasi kebijakan lagi, antara lain menambah insentif pajak dan melakukan perbaikan sistem pendidikan vokasi untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang lebih kompeten.
Disebutkan, selama ini kebijakan pro-investasi yang sudah diimplementasikan pemerintah antara lain, tax holiday dan mini tax holiday sebagaifasilitas insentif fiskal kepada para investor. Sementara kebijakan yang masih menunggu pengesahan adalah super deductible tax, yakni insentif fiskal untuk perusahaan-perusahaan yang aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan guna menghasilkan inovasi serta terlibat dalam program pendidikan vokasi.
“Untuk itu, datanglah ke Indonesia, karena kami juga memiliki pasar yang sangat besar. Potensi usaha dan keuntungan sangat besar ini sangat menarik bagi para investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia,” tegasnya.
Airlangga menambahkan, pada periode kedua pemerintahan Jokowi akan lebih fokus dalam pembangunan SDM terutama di sektor industri, setelah periode pertama menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur.
“Karena kami memperoleh bonus demografi. Keunggulan dengan banyaknya populasi anak muda di angkatan kerja, yang terdiri dari generasi milenial dan generasi Z yang siap memimpin di era ekonomi digital,” jelasnya.
Dengan bonus demografi tersebut, jelas Airlangga, Indonesia memiliki target masuk dalam 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Bahkan pada tahun 20145 atau saat Indonesia berusia 100 tahun, diharapkan kekuatan ekonomi negara kepulauan ini menempati peringkat keempat dunia.
“Kemenperin telah melakukan beberapa program strategis, antara lain pendidikan vokasi link and match, pelatihan 3in1, serta pembangunan politeknik di kawasan-kawasan industri,” papar Airlangga.
Melalui program tersebut, SDM yang disiapkan dapat langsung bekerja di berbagai sektor industri, sehingga tenaga kerja diciptakan sudah sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini. Hal ini sesuai dengan implementasi dari program prioritas yang terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
Dengan kondisi politik dan keamanan yang stabil serta didorong pembangunan SDM yang kompeten, Airlangga optimis, perekonomian Indonesia akan lebih bertumbuh. Lantaran diyakini pula akan mendatangkan investasi dari berbagai negara yang menurut Airlangga masih menaruh percaya pada kepemimpinan Jokowi.
Dalam kunjungan kerjanya ke Jepang, Airlangga juga telah melakukan pertemuan dengan berbagai perusahaan besar di Jepang, antara lain Sojitz Corporation, Nippon Steel, Fujitrans, SMBC, dan Toyota.
Di Negeri Matahari Terbit itu, Menperin juga melakukan pertemuan dengan pelaku usaha yang tergabung dalam Keidanren. Organisasi ekonomi yang komprehensif dengan keanggotaan terdiri dari 1.376 perusahaan perwakilan Jepang, 109 asosiasi industri nasional dan 47 organisasi ekonomi regional.
Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa sejumlah investor Jepang di sektor industri masih berminat untuk terus menanamkan modalnya di Indonesia.
“Hal ini lantaran mereka melihat kondisi ekonomi, politik dan keamanan di Indonesia yang tetap stabil dan kondusif terutama setelah penyelenggaraan Pemilu 2019,” tambahnya.
Mengutip data National Single Window for Investment (NSWI) BKPM, sektor yang paling banyak menyerap investasi Jepang hingga tahun 2018 adalah sektor tersier, yakni sektor listrik, gas, dan air. Sementara pada sektor industri serapan investasi Jepang terbanyak dilakukan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain dengan serapan investasi sebesar US$811,98 juta.
Sementara berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dari Jepang sepanjang 2018 mencapai US$4,9 juta atau setara 16,7% dari total penanaman modal asing (PMA) yang diterima Indonesia. Di mana, Jepang masih menempati posisi kedua sebagai penanam modal asing terbesar setelah Singapura.
Untuk diketahui, kehadiran Airlangga pada Nikkei Forum adalah mewakili Pemerintah Indonesia, menggantikan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berhalangan hadir. Pertemuan internasional ini dihadiri sejumlah pemimpin politik, ekonomi dan akademik dari wilayah Asia dengan mengusung tema “25th International Conference on The Future of Asia”. (Zsazya Senorita)