13 Oktober 2017
14:41 WIB
SERPONG– Indonesia dan Turki sepakat untuk segera mengimplementasikan Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-T CEPA). Saat ini kedua negara membahas mengenai waktu dimulainya perundingan dagang yang juga merupakan mandat kedua Kepala Negara, saat kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Ankara bulan Juli lalu.
"Indonesia dan Turki meminta agar para Ketua Juru Runding segera memulai Putaran Pertama
Perundingan Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-T CEPA), sehingga negosiasi dapat segera dimulai dengan perundingan Trade in Goods (TIG) terlebih dahulu
di bawah kerangka I-T CEPA,” ujar Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dalam keterangannya yang diterima Validnews, Jumat (13/10).
Menurutnya, CEPA sangat penting bagi Indonesia karena dapat meningkatkan daya saing di pasar Turki dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain yang telah memiliki perjanjian dagang terlebih dahulu. “CEPA juga dapat mendorong pencapaian volume perdagangan sebesar US$10 miliar pada tahun 2023 sebagaimana ditargetkan kedua Kepala Negara,” lanjutnya.
Sekadar informasi, Turki dan Malaysia sudah sejak 2015 memiliki Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement / FTA) telah menggerus pasar Indonesia. Lewat perjanjian tersebut, ekspor Malaysia ke Turki pada 2016 terbukti melonjak hingga 49,11%. Sebaliknya, pada saat yang sama impor Turki dari Indonesia turun 13,03%.
Hal ini paling terasa pada perdagangan minyak sawit (CPO). Jika pada tahun 2014 pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Turki masih mencapai 64,71%, tahun lalu anjlok tinggal 1,32% pada 2016. Pangsa pasar minyak sawit tersebut digantikan oleh produk Malaysia yang pangsa pasarnya meroket dari 34,56% menjadi 97,87%.
Saat ini kedua negara baru saja menggelar forum bilateral berupa Sidang Komisi Bersama /SKB (Joint Commission on Economic and Technical Cooperation/JEC). Forum perundingan tersebut berlangsung pada 11—12 Oktober 2017, di sela-sela kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) di International Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten.
Pada SKB tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita. Sedangkan delegasi Turki dipimpin Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik. "SKB ke-8 fokus membahas hubungan perdagangan dan kerangka kerja sama ekonomi dan teknis," kata Enggar.
Ia menuturkan, selama kurun waktu lima tahun, kinerja perdagangan kedua negara dan realisasi investasi Turki di Indonesia tercatat terus mengalami penurunan. Untuk itu, SKB ke-8 sebagai kelanjutan Kunjungan Presiden RI ke Turki pada Juli lalu dapat dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan hubungan Indonesia-Turki.
"Hambatan dagang seperti kasus antidumping harus dikurangi atau bahkan dihapuskan. Ini sebagai langkah konkret dalam meningkatkan perdagangan bilateral dan memaksimalkan potensi perdagangan kedua negara," tuturnya.
Mendag berharap kerangka kerja sama ekonomi dan teknis dapat menjembatani permasalahan yang selama ini timbul. "Selain itu, Turki juga memiliki perjanjian customs union dengan Uni Eropa yang tentunya dapat dijadikan hub ke Uni Eropa yang memiliki standarnya relatif lebih tinggi," imbuhnya.
Sekadar informasi, pada tahun 2016, Turki merupakan negara tujuan ekspor nonmigas ke-23 dengan nilai US$1,02 miliar dan negara asal impor nonmigas ke-34 bagi Indonesia dengan nilai US$ 311,1 juta. Nilai ini memberikan surplus bagi Indonesia sebesar US$712,9 juta.
Adapun total perdagangan Indonesia dengan Turki mencapai US$ 1,33 miliar. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, neraca perdagangan kedua negara menunjukkan surplus bagi Indonesia.
Produk ekspor utama Indonesia ke Turki adalah woven fabrics of synthetic filament yarn; yarn of synthetic staple fibre; natural rubber; synthetic filament yarn; dan yarn of artificial staple fibre. Sedangkan produk impor utama Indonesia dari Turki adalah unmanufactured tobacco; petroleum oils and oils obtain from bituminous minerals; wheat or meslin flour; Borates, peroxoborates; dan starches, inulin.
Sementara investasi Turki di Indonesia mencapai US$2,7 juta dengan 61 proyek dan tercatat sebagai mitra investasi ke-43. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah sepakat untuk meluncurkan negosiasi kerja sama perdagangan bebas, Juli lalu untuk peningkatan nilai pedagangan hingga US$ 10 miliar pada 2023. (Fien Harini, Faisal Rachman)