12 Agustus 2020
20:30 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan kembali memperkuat sinergi di sektor perdagangan melalui forum bilateral bertajuk 'The Joint Working Group On Trafe, Investment, Handicrafts, and Shipping'yang digelar secara virtual.
Dari pihak Indonesia diwakili oleh Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Iman Pambagyo. Sementara dari Filipina diwakili oleh Undersecretary for Industry Development and Trade Policy Group, Ceferino S. Rodolfo.
Pada pertemuan ke-8 tersebut, Iman menjelaskan bahwa kedua pihak sepakat memperkuat kerja sama dan mencari jalan keluar atas permasalahan dagang yang dihadapi, khususnya pada masa pandemi covid-19.
"Kali ini kami membahas enam inisiatif, yakni MoU on investment promotion cooperation, MoU on halal, MoU on creative economy cooperation, Mou on marine and fisheries corporation, dialog industri tembaga, hingga dialog industri tekstil," jelas Iman dalam siaran pers, Rabu (12/8).
Pada pertemuan tersebut juga dibahas berbagai isu dagang yang dihadapi masing-masing negara. Indonesia sendiri mengangkat tiga isu, salah satunya penggunaan instrumen special safeguard terhadap kopi instan lokal.
Selanjutnya ada isu rencana investigasi safeguard atas impor kendaraan bermotor, serta isu pendaftaran produk obat pada food and drug administration Filipina selama pandemi covid-19 merebak. Sedangkan Filipina membahas isu eksportasi produk pertanian, peternakan, dan minuman olahan ke Indonesia.
"Melalui pertemuan ini semoga saja arus perdagangan kedua negara semakin lancar dan perekonomian bisa bangkit kembali pascapandemi," tutur Iman.
Berdasarkan data yang diolah Kemendag, total nilai perdagangan antara Indonesia dan Filipina sepanjang 2019 menyentuh angka US$7,6 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$5,9 miliar.
Sementara sepanjang Januari-Juni 2020, total perdagangan kedua negara tercatat mencapai US$2,9 miliar dengan nilai ekspor US$2,6 miliar dan impor US$283 juta. Jumlah itu menunjukkan surplus bagi Indonesia sebesar US$2,3 miliar.
Pada 2019, produk ekspor utama ke Filipina ialah batu bara dengan nilai US$1,5 miliar, mobil senilai US$1,1 miliar, sepeda motor US$681 juta, konsentrat dari kopi dan teh yang menembus US$455 juta, hingga minyak kelapa sawit sebesar US$230 juta.
Sebaliknya, produk impor utama dari Filipina sepanjang 2019 adalah tembaga dimurnikan dengan nilai US$86 juta, polimer dari propilena US$65 juta, bagian dan aksesoris kendaraan bermotor dengan nilai US$63 juta, mesin cetak US$65 juta, serta ketel uap air senilai US$45 juta. (Yoseph Krishna)