c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

25 Maret 2019

10:50 WIB

Indonesia-India Bakal Bertemu Bahas Perdagangan Sawit

Sejak adanya pemberlakuan bea masuk oleh pemerintah India pada paruh pertama 2018, ekspor sawit dan turunannya ke Negeri Anak Benua tersebut membukukan penurunan permintaan hingga 12,05%

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Indonesia-India Bakal Bertemu Bahas Perdagangan Sawit
Indonesia-India Bakal Bertemu Bahas Perdagangan Sawit
Petani mengumpulkan hasil panen kelapa sawit di lahan perkebunan Danau Lamo, Maro Sebo, Muarojambi, Jambi, Minggu (2/12/2018). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

MEDAN – Upaya untuk memulihkan ekspor sawit gencar dilakukan. Salah satunya lewat pertemuan antara pemerintah dan swasta Indonesia dengan mitra dari India pada Selasa (26/3). Pertemuan tersebut diharap dapat memperkuat kerja sama perdagangan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

"Akan ada pertemuan di Medan tanggal 26 Maret 2019 membicarakan langkah - langkah memperkuat perdagangan CPO maupun produk turunannya," ujar Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun di Medan, Minggu (24/3).

Salah satu kemungkinan yang akan dibahas adalah mengenai promosi minyak sawit Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui iklan televisi di India.

Tim dari India sendiri kembali akan dibawa mengunjungi produsen benih sawit yang juga sudah bersertifikat nasional dan internasional seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

“Tim India juga akan dibawa ke kebun dan pabrik kelapa sawit yang menjalankan berbagai ketentuan sesuai ketentuan.”Tim India juga akan dikenalkan dengan sistem ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil)," katanya.

Dengan mengenal lebih dekat tentang persawitan Indonesia, diharapkan India tidak terpengaruh dengan isu negatif sawit. Jadi, bisa tetap menjadi pembeli terbesar dan ikut mempromosikan sawit Indonesia yang diproduksi berkelanjutan.

Derom menjelaskan Indonesia dan India secara tradisional telah lama menjalin hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dengan satunya dalam perdagangan minyak kelapa sawit.

Dari data perdagangan pada 2017, lanjut Derom, diketahui dari total nilai perdagangan Indonesia-India yang tercatat US$18,1 miliar, 34,8% merupakan produk minyak sawit.

"Fakta itu menunjukkan pentingnya minyak sawit bagi kedua negara," katanya.

Derom menyebutkan sebelumnya sudah ada nota kesepahaman (MoU) antara The Solvent Extractors Association of India (SEA), DMSI dan Solidaridad Network Asia Limited (SNAL) yang ditandatangani di Jakarta pada 16 Juli 2018.

India merupakan pasar sawit yang penting bagi Indonesia. Pada 2017, permintaan minyak sawit dari India menembus 7,63 juta ton. Ini berarti terjadi kenaikan 1,84 juta ton atau 32% dibandingkan permintaan pada 2016 sebesar 5,78 juta ton.

Dengan adanya permintaan India tersebut, ekspor sawit nusantara tumbuh hingga 23% pada 2017. Tepatnya naik dari 25,11 juta ton pada 2016 menjadi 31,05 juta ton pada 2017. GAPKI tidak memasukkan biodiesel dan oleochemical pada raihan ekspor pada 2017 tersebut.

Namun, sejak adanya pemberlakuan bea masuk oleh pemerintah India pada paruh pertama 2018, ekspor sawit dan turunannya ke Negeri Anak Benua tersebut membukukan penurunan permintaan hingga 12,05%. Dari 7,63 juta ton, permintaan India akan sawit turun menjadi 6,71 juta ton di 2018.

Penurunan permintaan ini tak ayal membuat ekspor sawit secara keseluruhan tertekan dan hanya tumbuh 8% sepanjang 2018.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat pada 2018 ekspor minyak sawit Indonesia secara keseluruhan, yakni CPO dan produk turunannya seperti biodiesel dan oleochemical meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018, dari 32,18 juta ton pada 2017.

Sebelumnya, upaya untuk memulihkan pasar telah dilakukan oleh pemerintah. Dalam kunjungan ke India pada 23 Februari 2019 lalu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita telah mengajukan penurunan bea masuk produk turunan sawit yang selama ini jadi pengadang, salah satunya minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi 45% dari sebelumnya 50%.

Dalam pertemuan Menteri Enggar dan Menteri Perdagangan, Perindustrian, dan Penerbangan Sipil India, Suresh Prabhu, sinyal positif disebutkan diraih. India membuka peluang penurunan bea masuk produk turunan sawit (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil/RBDPO) asal Indonesia ke India turun 5%. (Fin Harini)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar