c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Desember 2018

17:20 WIB

Indonesia-Kamboja Sepakat Genjot Kerja Sama Ekonomi

Perdagangan bilateral antara Indonesia dan Kamboja mengalami tren positif dan meningkat sebesar 10,86% selama lima tahun terakhir

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Indonesia-Kamboja Sepakat Genjot Kerja Sama Ekonomi
Indonesia-Kamboja Sepakat Genjot Kerja Sama Ekonomi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) berbincang dengan Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn (kiri) saat menerima kunjungan delegasi Kamboja di Gedung Pancasila Kemenlu RI, Jakarta, Selasa (4/12). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Kamboja sepakat untuk menggenjot kerja sama dagang dan perekonomian antarnegara. Untuk kebutuhan tersebut, kedua negara menyelenggarakan Sidang Komisi Bersama (Joint Commission for Bilateral Cooperation/JCBC) ke-4 di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri di Jakarta pada Selasa (4/12).

Pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-4 Indonesia-Kamboja tersebut dipimpin bersama oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Kamboja Prak Sokhonn.

"Kami sepakat untuk memperkuat kerja sama ekonomi, terutama di bidang perdagangan dan investasi," kata Menlu RI Retno Marsudi usai pertemuan Sidang Komisi Bersama Indonesia-Kamboja di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (4/12).

Retno menyebutkan, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Kamboja sedang mengalami tren positif dan meningkat sebesar 10,86% selama lima tahun terakhir. Kedua negara juga mengalami peningkatan kerja sama ekonomi di bidang investasi, terutama antarsektor swasta, misalnya seperti yang dilakukan oleh Ciputra.

Salah satu pengembang properti terkemuka Indonesia itu mengembangkan Phnom Penh International City dengan investasi senilai US$70 juta. Ada pula kesepakatan bisnis yang dibuat salah satu perusahaan farmasi asal Indonesia dengan salah satu perusahaan di Kamboja. Nilainya mencapai US$60 ribu untuk periode satu tahun.

"Saya senang menyaksikan peningkatan ketertarikan terhadap produk farmasi Indonesia di Kamboja. Untuk memfasilitasi itu, kami akan meningkatkan kerja sama di sektor produk farmasi sehingga bisa masuk ke pasar Kamboja," ucap Retno.

Selanjutnya, pemerintah kedua negara pun sepakat mempercepat proses internal penerapan kesepakatan penghindaran pajak berganda dan penghindaran fiskal terkait pajak pendapatan.

Sekadar tambahan, data statistik Indonesia 2018 yang dikeluarkan BPS mencatat tren positif pertumbuhan volume ekspor Indonesia ke Kamboja sejak 2013 hingga 2017. Tahun 2014 dan 2015 bahkan volumenya meningkat hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Besarnya masing-masing 728,4 ribu ton (2014) dan 1,64 juta ton (2015).

Meski kemudian pada tahun selanjutnya volume ekspor itu sempat turun menjadi 1,58 juta ton, ekspor ke Kamboja kembali mengalami peningkatan pada 2017 hingga sebesar 55,96%. Volume ekspor pada 2017 itu sendiri nyatanya hanya menyumbang sebesar 2,21% dari total ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN yang mencapai 111,40 juta ton.

Sementara itu, volume ekspor yang terlihat masif bertumbuh nyatanya tak lantas mendongkrak nilai ekspornya. Paling nyata terlihat pada 2014 dan 2015 yang volume ekspornya sama-masa meningkat hingga lebih dari dua kali lipat.

Jika pada 2014 terjadi peningkatan nilai ekspor hingga 33,09%, nilai ekspor pada 2015 hanya meningkat 3,3% saja. Sementara itu, pada 2017, nilai ekspor Indonesia ke Kamboja mencapai US$513,9 juta atau meningkat 20,38% dari tahun sebelumnya.

Kerja Sama Pariwisata
Selain itu, di bidang perdagangan dan investasi, Indonesia dan Kamboja akan meningkatkan kerja sama pariwisata. Salah satu caranya dengan mengkaji kembali Nota Kesepahaman (MoU) Kerja Sama Pariwisata yang ditandatangani pemerintah kedua negara pada 1999.

"Kami sepakat untuk memperbaharui lagi MoU tentang kerja sama pariwisata yang ditandatangani pada tahun 1999," ujar Prak Sokhonn.

Retno melanjutkan, kedua negara melihat potensi besar di sektor pariwisata. Tahun 2017 ada peningkatan sebesar 20% turis Kamboja yang berkunjung ke Indonesia.

“Kami sepakat untuk meningkatkan kerja sama ini, termasuk dengan mengkaji MoU Kerja Sama Pariwisata yang ditandatangani pada 1999," lanjutnya.  

Untuk menggenjot sektor pariwisata, sejatinya pemerintah sudah menawarkan pemberian insentif kepada maskapai yang mau melayani penerbangan langsung Kamboja-Indonesia.

"Kita terus berupaya supaya ada direct flight, misalnya dengan kerja sama dengan maskapai. Siapa yang mau support untuk ke Indonesia, bahkan sampai dengan support cash insentif pun kita kasih, kalau ada yang mau direct ke Indonesia," kata Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Masruroh di Phnom Penh, Kamboja, beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan, tidak adanya penerbangan langsung Kamboja-Indonesia selama ini menjadi kendala bagi peningkatan jumlah wisatawan dari Kamboja ke Indonesia.

Karenanya, di sela acara misi penjualan 10 destinasi unggulan Indonesia di Hotel Raffles le Royal, Masruroh, mengatakan bahwa upaya mendorong penerbangan langsung dimulai dari penawaran promosi bersama sampai dengan insentif dana kas jika terbang ke Indonesia. Ia menyebutkan, penerbangan langsung itu bisa dalam bentuk carter maupun reguler.

Untuk diketahui, jumlah wisatawan Kamboja ke Indonesia pada 2017 hanya naik 2% dari sekitar 5.000 pada 2016 menjadi 6.000-an. Sementara itu, jumlah wisatawan Indonesia ke Kamboja mencapai 49.000 orang wisatawan atau naik hampir 10 persen dibanding 2016 yang mencapai 48.000 orang.

Masruroh menyebutkan, wisatawan Kamboja selama ini kurang mendapat perhatian khusus, padahal kalau mau berupaya lebih keras bisa mendapat banyak tambahan jumlah wisatawan mancanegara.

"Karena kita punya banyak kesamaan akar budaya yang diperkaya misalnya kita punya temple yang lebih besar daripada di sini, juga banyak objek wisata lain yang laku dijual di Kamboja," tuturnya. (Bernadette Aderi, Faisal Rachman) 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar