09 Juni 2018
22:47 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
MINAHASA – Ketidakstabilan harga cengkeh di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) makin mengancam kesejahteraan petani di daerah tersebut. Tak mampu berbuat banyak, kini petani hanya bisa berharap agar pemerintah segera turun tangan menangani hal ini.
"Dengan harga cengkeh yang kadang-kadang berada di kisaran Rp100 ribu per kilogram, sangat memberatkan, karena selain harga kebutuhan pokok makin tinggi, biaya panen cengkeh juga sangat tinggi, belum lagi ditambah biaya olah tanah," kata Megin Rundungan, petani cengkeh dari Kecamatan Ratahan Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, seperti dikutip Antara, Sabtu (9/6).
Megin menambahkan dalam kondisi hasil panen yang sedikit, harga cengkeh masih berada pada kisaran Rp115.000/kg. Harga ini pun nantinya akan kembali turun saat panen. Senada, Oscar Lumintang, petani dari daerah Ratahan juga mengeluhkan penurunan harga tersebut.
Melihat hal ini, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Minahasa Tenggara, Marie Makalow mengakui harga pasaran cengkeh saat ini memang perlu ditingkatkan.
"Kami memang berharap juga harga cengkeh ini mengalami kenaikan, namun tetap mekanisme pasar yang berlaku. Apalagi sekarang ini lagi panen raya," ujar Marie.
Sebenarnya, kondisi tidak stabilnya harga rempah sudah menjadi perhatian pemerintah. Salah satu upaya yang ditempuh adalah membangun kemitraan antara industri pengguna dengan para petani.
“Cengkeh itu industri dalam negeri sudah terbangun. Kita bangun kemitraan industri dengan produsen rempah, terutama dengan para petani, dengan kelompok-kelompok tani,” kata Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian Agus Wahyudi kepada Validnews beberapa waktu lalu.
Dalam pandangan Agus, melalui kemitraan ini diharapkan industri dapat memperoleh bahan baku yang sesuai dengan kualitasnya. Di sisi lain petani akan memperoleh kepastian dalam harga dan penjualan.
“Petani juga senang, karena mereka memperoleh pembinaan teknis, kualitasnya dijaga bersama antara industri dan petani, harganya dibuat kontrak. Jadi ini saling menjamin, sehingga pendapatan petani ke depan itu tidak fluktuasi,” ucap Agus.
Sebagai info, Pulau Sulawesi menjadi tumpuan bagi komoditas cengkeh nasional. Dari data statistik perkebunan Indonesia 2016-2018, tercatat pada tahun 2016 di Pulau Sulawesi terdapat lahan cengkeh seluas 243,8 ribu ha dengan total produksi mencapai 67,4 ribu ton.
Luasan tersebut mencapai 44,74% dari luas areal tanaman cengkeh nasional (545,02 ribu ha). Sementara, total produksinya mampu mencapai 48,3% dari produksi nasional sebanyak 139,6 ribu ton pada tahun 2016. Lebih rinci, Sulut, Sulawesi Tengah (Sulteng), dan Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi titik sentra utama bagi komoditas cengkeh.
Lebih spesifik di Provinsi Sulut, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan memiliki luas lahan cengkeh terbesar di Provinsi Sulut.
Pada 2016, luas areal di Kabupaten Minahasa mencapai 24,9 ribu ha dengan produksi mencapai 8 ribu ton. Sedangkan, Kabupaten Minahasa Selatan memiliki luas areal cengkeh sebanyak 19,7 ribu ha dengan total produksi sebesar 5,8 ribu ton. (Shanies Tri Pinasthi)